Kemarin suami saya pamer, habis jajan bakso rusuk. Katanya enak banget. Saya protes, kenapa nggak ngajak saya? Saya berkata sambil cemberut. Rupanya cemberut itu membuat suami tak enak hati, lalu merayu. "Buk, jangan kuatir, besok kuajak ke sana deh." Asiiik...
Dan sesuai janjinya, hari ini saya diajak menikmati semangkok bakso rusuk. Eh, ternyata lokasi warung bakso itu tidak di Semarang. Jauh ke Ambarawa.Â
Duh, kenapa juga jajan bakso harus jauh, sih? Rupanya dia sedang ada keperluan ke sana dan nemu warung bakso yang berbeda dari lainnya. Lalu dikepoin dan mampir.
Suami saya hapal jika istrinya menggemari bakso. Sejak zaman pendekatan, jika kencan juga mampirnya ke warung bakso. Dulu ia tidak begitu suka bakso. Hanya beradaptasi dengan kegemaran saya. Eh, jadi ketularan deh sukanya.Â
Hem, apakah cinta itu membuat seseorang berubah, ya? Hahaha... Cius, dulu saya juga tidak doyan petai. Eh, sekarang jadi doyan, meskipun sekedar doyan saja. Ya gegara suami menyukai petai garis keras, maka saya menyesuaikan. Padahal kalau habis makan petai saya sering menggerutu karena efek setelahnya.Â
Nah, balik lagi masalah bakso nih. Siapa yang tidak suka makan bakso? Hampir semua menyukai. Makanan favorit ini berbahan dasar daging sapi, yang dihaluskan kemudian diolah menjadi bahan adonan bersama tepung kanji. Adonan ini kemudian dipulung bulat lalu direbus.Â
Gurih dari bakso membuat orang ingin menikmatinya kembali alias nagih. Aroma sedap daging bakso memang khas. Hayo, bagi penggemar bakso, mana pernah merasa bosan untuk menyantapnya? Jawabannya pasti tidak.Â
Sampailah kami di warung bakso yang dimaksud. Berada di Jalan Raya Ngampin Krajan Ambarawa. Nama warungnya Bakso Balungan Bu Sinden. Tersedia berbagai macam menu bakso. Ada bakso balungan, bakso rusuk, mie ayam bakso dan banyak lagi. Saya tertarik dengan bakso rusuk yang di pamerkan kemarin.Â
Semangkok bakso rusuk siap dinikmati. Seperti apa sih bakso rusuk itu?Â