Kemarin saya ke Yogyakarta karena ada suatu keperluan. Mengantar Ayah mertua ke RS Mata dr. Yap untuk kontrol. Sebelum pandemi, memang biasa kontrol paling tidak satu sampai tiga bulan sekali. Setelah ada pandemi, hampir sembilan bulan tidak kontrol lagi. Nah, karena ada keluhan tidak nyaman, maka terpaksa harus kontrol.Â
Pagi sekali dari rumah kami berangkat. Kurang lebih tiga jam perjalanan dari Semarang ke Yogyakarta. Sesampai di RS dr. Yap, pasien dan pengantar di ukur suhu oleh petugas.Â
Setelah aman, maka kami diberi stiker yang ditempel di lengan atas sebagai tanda lolos sensor alias suhu aman. Tentu saja dengan aturan prokes, seperti memakai masker, mencuci tangan terlebih dahulu, juga menjaga jarak. Di sana juga tersedia handsanitizer yang bisa dipakai oleh pengunjung.
Bersyukur, karena telah mendaftar secara online terlebih dahulu dan pasien yang tidak terlalu banyak, maka proses periksa mata bisa selesai cepat. Kami bisa pulang cepat tanpa mengantre banyak. Apalagi setelah diperiksa, Bapak tidak ada kondisi yang patut dicemaskan. Hanya diberi obat tetes mata yang harus rutin diberikan, karena dulu pernah operasi laser.Â
Saatnya pulang kembali ke Semarang. Dalam perjalanan, ketika melewati kota Magelang, bertepatan jam makan siang. Karena pagi sekali berangkat dari rumah dan buru-buru, maka tidak sempat membawa bekal. Lalu saya bertanya pada Bapak, ingin makan apa? Beliau ingin makan kupat tahu.
Ya, kupat tahu memang merupakan kuliner legendaris. Makanan ini adalah salah satu klangenan atau makanan yang dikangeni saat berkunjung di kota Magelang, sudah lama ada.
Ada beberapa warung kupat tahu yang ada di Magelang. Kami memilih yang berada di Jalan Tentara Pelajar. Di sana juga ada beberapa warung kupat tahu yang legendaris. Bahkan beberapa petinggi negara menggemari. Kupat Tahu Pojok dan Kupat Tahu Pak Slamet. Pilihan kami jatuh pada Warung Pak Slamet sesuai keinginan Bapak.
Warung di siang terik ini sudah melebihi sedikit jam makan siang ketika sampai. Syukurlah, antrean tidak terlalu banyak, karena sudah lapar dan tidak sabar jika menunggu lama.Â
Saat memasuki warung, penjual memakai masker sesuai dengan prokes. Ada tempat cuci tangan di depan warung. Saya salut, di masa pandemi ini, warung tetap sesuai prokes yang dianjurkan. Saya memang lebih banyak cemasnya ketika mampir pada suatu tempat.Â