Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Retno Winarti, Sosok Inspiratif di Balik Warung Kalasan, Warungnya UMKM

2 September 2020   16:11 Diperbarui: 2 September 2020   16:37 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat mengerjakan paket parcel yang berisi makanan produk-produk UMKM, Mbak Retno merelakan rumahnya sebagai markas. (Dokumen pribadi).

Saya mengenal Mbak Retno awal Januari lalu saat acara Empu Pameran Kain dan Serat Pewarna Alam di Semarang. Sebagai pemilik Hijrah Creative Ecoprint dari Yogyakarta, ia adalah salah satu pengisi stand pameran, sedangkan saya hanya sebagai pengunjung. Ngobrol panjang lebar meskipun baru mengenalnya, menandakan bahwa ia adalah orang yang supel, karena kebetulan saya termasuk orang yang pendiam. Kemudian dari ngobrol tersebut kami saling bertukar nomor telepon. Beberapa kali obrolan berlanjut di chat WA.

Saya pernah bertemu dengan Mbak Retno Winarti di salah satu acara pameran. (Dokumen pribadi).
Saya pernah bertemu dengan Mbak Retno Winarti di salah satu acara pameran. (Dokumen pribadi).

Kadang-kadang saya membaca status WA Mbak Retno yang menawarkan berbagai macam barang dagangan UMKM seperti makanan, masker, kain batik, baju-baju termasuk daster. Saya tertarik dengan promosi dasternya yang katanya kekinian. Maklum, sebagai ibu-ibu, saya nyaman memakai baju kebesaran alias daster saat berada di rumah. Apalagi di masa pandemi ini, saya kebanyakan berada di rumah. Jadi lebih sering menggunakan baju rumah daripada baju pergi.  

Lalu saya memesan daster. Katanya, daster ini adalah produk rumahan temannya. Ia juga menawarkan bagaimana kalau saya reseller. Alias menjualkan kembali baju daster ini ke teman-teman lainnya. Saya mengiyakan saja. Tetapi sebenarnya saya belum tertarik jika melakukan reseller. Di samping tidak berbakat jualan, juga masih banyak kesibukan lainnya. Takutnya nanti terbengkalai. 

Saya malah tertarik dengan profil Mbak Retno, karena ia mengatakan bahwa dengan menjual barang dagangan (salah satunya daster), berarti telah membantu geliatnya UMKM di lingkungannya. Daster ini diproduksi oleh temannya. 

Tidak hanya daster saja yang dipromosikan, melainkan juga makanan khas, masker, kain batik, souvenir dan banyak lagi. Dengan menggunakan fasilitas media sosial, baik itu Facebook, IG, WA. Dengan begitu ia menangkap konsumennya agar tertarik membeli barang dagangan melalui media sosial. 

Saat saya bertanya, apakah sudah banyak barang yang terjual dengan menawarkan barang-barang melalui media sosial? Ia menjawab lumayan. Lalu ia bercerita bahwa ia mulai merintis sebuah warung tetapi secara online. Namanya Warung Kalasan.

Menurut saya, Mbak Retno perempuan berusia 42 tahun ini sangat inspiratif dengan membantu teman-teman UMKM lainnya untuk bangkit di masa pandemi. Pantang menyerah dan tanpa pamrih. Padahal ia juga memiliki usaha sendiri dengan memproduksi kain ecoprint. Tetapi ia tak segan mempromosikan barang produksi temannya. Berjuang bersama, melewati masa pandemi tanpa mengeluh, katanya.

Mbak Retno menginisiasi program parcel yang isi paketannya adalah produksi UMKM di lingkungannya. (Dokumen pribadi).
Mbak Retno menginisiasi program parcel yang isi paketannya adalah produksi UMKM di lingkungannya. (Dokumen pribadi).
Awal Terbentuknya Warung Kalasan

Pada masa pandemi di awal Mei lalu, ia banyak menerima keluhan dari teman-temannya dari Forkom UKM Kalasan Yogyakarta. Ia adalah salah satu penggiatnya. Cerita-cerita sedih mengalir dari teman-teman UKM bahwa untuk bertahan hidup, banyak teman yang menjual barang-barang pribadi. Karena memang pada masa pandemi, penghasilan mereka berkurang secara drastis. Sedangkan kebutuhan hidup tetap saja harus terpenuhi.

Teman-teman UMKM tidak bisa menjual produknya di masa pandemi. Disamping karena adanya pembatasan jarak untuk memutus rantai penularan covid, juga daya beli masyarakat yang menurun. Akibatnya tidak ada pemasukan sama sekali. Padahal penghasilan yang mereka diperoleh hanya dengan memproduksi dan menjual barang tersebut.

Mbak Retno kemudian menginisiasi dengan membentuk program parcel. Kebetulan pada saat itu bulan puasa menjelang hari lebaran. Di mana para perantau tidak bisa mudik karena kondisi pandemi. Meskipun tidak bisa mudik, tetapi bingkisan untuk orang tersayang tetap sampai ke rumah. Itu tujuan awalnya. Tetap sayang walaupun jauh. Membantu konsumen memberikan bingkisan tersebut dengan bentuk parcel yang berisi produk-produk UMKM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun