Pagi sekali anak sulung saya yang biasa dipanggil kakak mengajak untuk berbelanja. Sejak semalam ia sudah ribut merancang sesuatu.Â
Ia ingin belajar memasak lepet jagung. Kemudian ke pasar dan membeli bahan yang diinginkan. Ia memang pernah melihat saya membuat lepet jagung yang berbahan dasar jagung manis dan kelapa parut. Katanya sedap. Ia suka.
"Bun, ajari aku memasak lepet jagung, ya." begitu katanya. Saya mengiyakan.Â
Memang selama ini ia tidak begitu memperhatikan tentang cara masak-memasak. Bagi dia, memasak itu identik dengan bundanya. Aih... padahal berkali-kali saya mengajaknya untuk belajar memasak, tetapi belum fokus.Â
Beberapa masakan memang ia sudah bisa. Tetapi hanya yang mudah. Seperti membikin ceplok, dadar, atau sekedar menggoreng tempe. Itupun katanya takut terkena percikan minyak goreng.
Karena ada pandemi dan ia sering berada di rumah, ia mulai jenuh dan ingin melakukan kegiatan yang berbeda selain urusan kampus. Ia juga mulai berpikir bahwa anak perempuan harus bisa masak, meskipun dengan resep yang sederhana.Â
Saya memang tak pernah menuntutnya untuk bisa memasak dan memaksanya membantu di dapur, meskipun ia sering memperhatikan saya ketika sedang memasak. Melihatnya sudah sibuk dengan kegiatan kampus, tak tega rasanya.Â
Tetapi ketika sering berada di rumah, ide mencoba memasak kudapan yang mudah pun muncul. Ia ternyata suka dengan lepet jagung dan ingin mencoba resepnya.Â
Saya sih ayok saja. Karena dengan begitu, ia mulai menyukai dunia masak-memasak. Tak harus mahir, cukup bisa itu sudah bagus. Bisa menjadi bekal saat ia sudah berumah tangga. Mengurus keluarga dan membantu tumbuh kembang anak-anaknya kelak.
Saya juga senang mewariskan ilmu memasak yang tak seberapa kepada anak perempuanku. Kelak saya berharap, ia juga mewariskan ilmu kepada anaknya di kemudian hari.Â
Seperti resep lepet jagung ini, yang merupakan jajanan tradisonal dengan bahan alami. Warisan jajanan tradisional memang perlu dilestarikan, agar bisa sampai ke anak cucu. Tidak tergerus oleh zaman dan jajanan kekinian yang banyak merebak. Paling tidak, tak terlupakan dan bisa berjalan beriringan dengan jajanan kekinian.
Nah, ketika bahan telah tersedia, maka mulailah acara masak-memasak.Â
"Persiapkan dulu bahannya ya, kak," kata saya.Â
Membuat jajanan ini atau di daerah lain ada yang menyebutnya Lepet jagung cukup mudah. Mempergunakan bahan yang gampang di dapat. Jagung dan kelapa banyak tersedia di pasar. Jajanan warisan kuliner tradisional memang biasanya lebih memakai bahan yang ada di sekitar dan merupakan kekayaan alam Indonesia yang beriklim tropis.
Teknik memasaknya hanya dikukus. Tidak menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya, melainkan kulit jagung sebagai pembungkus. Kulit jagung memberi rasa dan aroma wangi yang khas. Ada manis-manisnya, gitu...
Karena rasanya yang enak, saya yakin, pasti anak-anak zaman sekarang suka untuk menyantapnya. Tinggal bagaimana kita mengenalkan dan membiasakan di lidah mereka.
- 1 kg jagung manis segar (biasanya berisi 3 buah jagung besar sedang)
- 1/2 butir kelapa parut (biasanya memakai kelapa yang tidak terlalu tua)
- Gula pasir sesuai selera (karena memakai jagung manis, usahakan tidak terlalu banyak gula agar tidak kemanisan).
- Garam secukupnya untuk penyeimbang rasa dan memberikan rasa lebih gurih.
- Tepung beras 2 sendok makan. Fungsinya agar adonan tidak ambyar dan cantik bentuknya saat sudah jadi.
- Kulit jagung sebagai pembungkus (diambil dari jagung itu sendiri, ya).
Cara Membuat:
- Sisir jagung yang sudah dipisahkan dari kulitnya. Haluskan setengah kasar, agar saat disantap, masih ada sensasi kletisan biji jagung utuh.Â
- Campurkan kelapa parut dan bahan lainnya. Aduk adonan hingga rata.
- Bungkus dengan kulit jagung, semat dengan lidi.
- Kukus hingga matang. Kurang lebih 30 menit.
- Siap disajikan.
"Siap, Bun."
Nah, mudah sekali, bukan? Memasak jika dilakukan dengan hati riang akan menjadi mudah dan menyenangkan. Dengan sendirinya akan timbul kreativitas untuk membuat jajanan itu tampil lebih menarik ketika disantap. Misalnya dengan memberi toping dan hiasan.
Taraaa... lepet jagungnya sudah jadi. Siap disantap, ya! Aroma lepet jagung yang manis gurih menguar segar, akan semakin memikat sensasi rasa siapapun yang menyantapnya.Â
Rasanya manis gurih. Manis dari jagungnya, gurih dari kelapanya. Klop. Petjah! Sensasi nikmat sedap. Apalagi jika lepet jagung ini untuk teman minum teh. Nikmatnya dobel, deh!
"Okay, siapa takut." jawab saya.
Selamat mencoba! Resep ini sudah diuji coba di dapur saya.
Salam kuliner,
Semarang, 6 Agustus 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H