Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Lepet Jagung Nan Lezat, Teman Nikmat Secangkir Teh

6 Agustus 2020   15:27 Diperbarui: 9 Agustus 2020   23:06 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lepet Jagung nan lezat, teman nikmat secangkir teh. (Foto: Wahyu Sapta).

Pagi sekali anak sulung saya yang biasa dipanggil kakak mengajak untuk berbelanja. Sejak semalam ia sudah ribut merancang sesuatu. 

Ia ingin belajar memasak lepet jagung. Kemudian ke pasar dan membeli bahan yang diinginkan. Ia memang pernah melihat saya membuat lepet jagung yang berbahan dasar jagung manis dan kelapa parut. Katanya sedap. Ia suka.

"Bun, ajari aku memasak lepet jagung, ya." begitu katanya. Saya mengiyakan. 

Memang selama ini ia tidak begitu memperhatikan tentang cara masak-memasak. Bagi dia, memasak itu identik dengan bundanya. Aih... padahal berkali-kali saya mengajaknya untuk belajar memasak, tetapi belum fokus. 

Beberapa masakan memang ia sudah bisa. Tetapi hanya yang mudah. Seperti membikin ceplok, dadar, atau sekedar menggoreng tempe. Itupun katanya takut terkena percikan minyak goreng.

Karena ada pandemi dan ia sering berada di rumah, ia mulai jenuh dan ingin melakukan kegiatan yang berbeda selain urusan kampus. Ia juga mulai berpikir bahwa anak perempuan harus bisa masak, meskipun dengan resep yang sederhana. 

Saya memang tak pernah menuntutnya untuk bisa memasak dan memaksanya membantu di dapur, meskipun ia sering memperhatikan saya ketika sedang memasak. Melihatnya sudah sibuk dengan kegiatan kampus, tak tega rasanya. 

Tetapi ketika sering berada di rumah, ide mencoba memasak kudapan yang mudah pun muncul. Ia ternyata suka dengan lepet jagung dan ingin mencoba resepnya. 

Saya sih ayok saja. Karena dengan begitu, ia mulai menyukai dunia masak-memasak. Tak harus mahir, cukup bisa itu sudah bagus. Bisa menjadi bekal saat ia sudah berumah tangga. Mengurus keluarga dan membantu tumbuh kembang anak-anaknya kelak.

Saya juga senang mewariskan ilmu memasak yang tak seberapa kepada anak perempuanku. Kelak saya berharap, ia juga mewariskan ilmu kepada anaknya di kemudian hari. 

Seperti resep lepet jagung ini, yang merupakan jajanan tradisonal dengan bahan alami. Warisan jajanan tradisional memang perlu dilestarikan, agar bisa sampai ke anak cucu. Tidak tergerus oleh zaman dan jajanan kekinian yang banyak merebak. Paling tidak, tak terlupakan dan bisa berjalan beriringan dengan jajanan kekinian.

Nah, ketika bahan telah tersedia, maka mulailah acara masak-memasak. 

"Persiapkan dulu bahannya ya, kak," kata saya. 

Persiapkan dulu bahan-bahannya, ya. Agar mudah saat memasaknya. (Foto: Wahyu Sapta).
Persiapkan dulu bahan-bahannya, ya. Agar mudah saat memasaknya. (Foto: Wahyu Sapta).
Lepet jagung adalah sebuah jajanan tradisional berbahan dasar jagung dan parutan kelapa. Banyak dijual dipasar atau toko kue di pagi hari. Tetapi kali ini ingin memasaknya sendiri.

Membuat jajanan ini atau di daerah lain ada yang menyebutnya Lepet jagung cukup mudah. Mempergunakan bahan yang gampang di dapat. Jagung dan kelapa banyak tersedia di pasar. Jajanan warisan kuliner tradisional memang biasanya lebih memakai bahan yang ada di sekitar dan merupakan kekayaan alam Indonesia yang beriklim tropis.

Teknik memasaknya hanya dikukus. Tidak menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya, melainkan kulit jagung sebagai pembungkus. Kulit jagung memberi rasa dan aroma wangi yang khas. Ada manis-manisnya, gitu...

Karena rasanya yang enak, saya yakin, pasti anak-anak zaman sekarang suka untuk menyantapnya. Tinggal bagaimana kita mengenalkan dan membiasakan di lidah mereka.

Pembungkusnya memakai kulit jagung. Jadi jangan dibuang dulu, ya! (Foto: Wahyu Sapta).
Pembungkusnya memakai kulit jagung. Jadi jangan dibuang dulu, ya! (Foto: Wahyu Sapta).
Bahan:
  1. 1 kg jagung manis segar (biasanya berisi 3 buah jagung besar sedang)
  2. 1/2 butir kelapa parut (biasanya memakai kelapa yang tidak terlalu tua)
  3. Gula pasir sesuai selera (karena memakai jagung manis, usahakan tidak terlalu banyak gula agar tidak kemanisan).
  4. Garam secukupnya untuk penyeimbang rasa dan memberikan rasa lebih gurih.
  5. Tepung beras 2 sendok makan. Fungsinya agar adonan tidak ambyar dan cantik bentuknya saat sudah jadi.
  6. Kulit jagung sebagai pembungkus (diambil dari jagung itu sendiri, ya).

Cara Membuat:

  1. Sisir jagung yang sudah dipisahkan dari kulitnya. Haluskan setengah kasar, agar saat disantap, masih ada sensasi kletisan biji jagung utuh. 
  2. Campurkan kelapa parut dan bahan lainnya. Aduk adonan hingga rata.
  3. Bungkus dengan kulit jagung, semat dengan lidi.
  4. Kukus hingga matang. Kurang lebih 30 menit.
  5. Siap disajikan.

Campur semua bahan. (Foto: Wahyu Sapta).
Campur semua bahan. (Foto: Wahyu Sapta).
Bungkus seperti ini dan disemat dengan lidi. Kemudian dikukus kurang lebih 30 menit. (Foto: Wahyu Sapta).
Bungkus seperti ini dan disemat dengan lidi. Kemudian dikukus kurang lebih 30 menit. (Foto: Wahyu Sapta).
 "Kak, kamu boleh mengkreasikannya dalam bentuk lain. Misalnya dicetak dengan cetakan putu ayu. Rasanya nggak kalah enaknya, meski tidak memakai bungkus kulit jagung," kata saya.

"Siap, Bun."

Nah, mudah sekali, bukan? Memasak jika dilakukan dengan hati riang akan menjadi mudah dan menyenangkan. Dengan sendirinya akan timbul kreativitas untuk membuat jajanan itu tampil lebih menarik ketika disantap. Misalnya dengan memberi toping dan hiasan.

Taraaa... lepet jagungnya sudah jadi. Siap disantap, ya! Aroma lepet jagung yang manis gurih menguar segar, akan semakin memikat sensasi rasa siapapun yang menyantapnya. 

Rasanya manis gurih. Manis dari jagungnya, gurih dari kelapanya. Klop. Petjah! Sensasi nikmat sedap. Apalagi jika lepet jagung ini untuk teman minum teh. Nikmatnya dobel, deh!

Ada sensasi manis kletis dari jagungnya. Gurih dari kelapa. Petjah! Lezato! (Foto: Wahyu Sapta).
Ada sensasi manis kletis dari jagungnya. Gurih dari kelapa. Petjah! Lezato! (Foto: Wahyu Sapta).
Cocok disajikan pada pagi hari. Tetapi tidak menutup kemungkinan menyajikannya sore hari, ya. Di antara jeda makan siang dan makan malam yang cukup panjang. Sama nikmatnya!

Taraaa... sudah jadi ya lepet jagungnya. Mudah bikinnya. Cocok disantap pagi atau sore hari bersama secangkir teh hangat. Heeem... (Foto: Wahyu Sapta).
Taraaa... sudah jadi ya lepet jagungnya. Mudah bikinnya. Cocok disantap pagi atau sore hari bersama secangkir teh hangat. Heeem... (Foto: Wahyu Sapta).
"Bun, kapan-kapan nyoba resep lainnya, ya," kata Kakak. Matanya berbinar senang.

"Okay, siapa takut." jawab saya.

Selamat mencoba! Resep ini sudah diuji coba di dapur saya.

Salam kuliner,

Wahyu Sapta.

Semarang, 6 Agustus 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun