Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rindu Pada Kehidupan Normal Sebelum Pandemi

5 Mei 2020   09:48 Diperbarui: 5 Mei 2020   09:56 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang berbeda di bulan ramadan tahun ini. Entah kenapa, saya merasa hari menjadi lebih lambat. Ada sesuatu yang diharap, tetapi tak bisa kesampaian. Menunggu sesuatu, tapi ia terasa masih jauh. Angan melebar, hanya bisa mengendapkannya di lubuk hati. 

Aku rindu pada kehidupan normal kembali. Dimana senyum riang lepas tanpa penutup masker. Hari-hari tak harus cemas ketika bertemu dengan orang lain. Rasa curiga datang, padahal pernah kenal dan sering berbincang. 

"Eh, kamu bawa penyakit, nggak?" tanya dalam hati. Sungguh, ini adalah sebuah prasangka yang datang demikian berat dan menurutku jahat karena kecemasan yang tinggi. Pada hari normal, mana ada rasa curiga yang berlebihan seperti ini? 

Terlalu berlebihan dengan memperlakukan tangan memberinya hand sanitizer. Tangan menjadi lebih kaku dan sedikit terkelupas kulit arinya. Lama-lama aku bisa kehilangan sidik jari kalau begini, batinku. 

Lalu lebih boros pada sabun dan air, sedikit-sedikit cuci tangan. Padahal baru saja mencucinya, masih bersih. 

Situasi ini datang sejak pandemi merebak. Maret hingga sekarang, memasuki bulan suci ramadan. Mengharap ketika bulan puasa pandemi pergi, ternyata masih jauh dari angan. 

Sedih ketika Masjid Belum Boleh Dikunjungi 

Rindu, akan kebiasaan dan keriuhan masyarakat menyambut ramadan suci tiba. Masjid, dimana pada saat ramadan tiba, keceriaan datang menyambutnya. 

Mengikuti terawih, bertemu dengan kawan muslimin untuk beribadah bersama sebagai rangkaian yang indah di bulan suci ini, di masjid dekat rumah. 

Bersalam-salaman, pandangan bahagia karena bisa bertemu dengan mereka. Wajah bersih tersapu air wudlu. Rona-rona keikhlasan dalam beribadah demi mendapatkan pahala yang berlipat ganda pada saat bulan suci ramadan dari Allah Azza Wa Jalla. Bisa didapat pada saat bertemu mereka di dalam masjid. 

Juga kerinduan pada celoteh keceriaan anak-anak menyambut ramadan suci, mengikuti pesantren ramadan. Suara mereka terdengar bagai nyanyian semesta yang indah ketika belajar mengaji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun