Beberapa teman mulai berdehem-dehem. Mereka memaklumi, ada rindu antara Alya dan Bintang. Dulu, akrab sekali. Banyak yang menduga, aku dan ia berpacaran. Begitukah? Padahal nyaris.
Aku melihat sekeliling ruangan. Beberapa teman sudah menggandeng pasangannya. Bahkan ada yang menggendong bayi mungil. Sedang ia, hanya datang sendiri. Masih sendiri? Aku melirik jari manis di tangannya. Masih kosong, tak ada sebentuk cincinpun yang melingkar di sana.
Hem. Bintang belum memiliki kekasih.
Aku masih memandang sekeliling ruangan gedung tempat reuni. Teman-teman masih saling mengobrol. Tertawa riang. Bahagia. Sesekali mereka sambil mencicipi hidangan yang tersaji di meja besar yang berisi banyak makanan.
Aku dan Bintang masih saja bercengkerama. Berdekatan sambil mengobrol. Seperti tak ingin lepas. Sayang sekali, bila waktu yang pendek di acara reuni ini, harus saling berjauhan, meski hanya bergeser sedikit.
"Alya, kamu sudah punya pendamping?" Aku tak menjawabnya. Hanya tersenyum tipis dan seperti misterius. Bagaimana menjawabnya? Jika melihat wajah teduhnya saja, aku merasa seperti mengantuk? Syukurlah ia tak bertanya lebih jauh.
Hingga akhirnya, acara reuni berakhir. Ia seperti sedih dan tak mau berpisah dariku.
Tiba-tiba ada bisikan, begitu dekat di telingaku.
"Alya, aku jatuh cinta padamu." katanya.
Oh, dunia seakan runtuh. Tetapi, acara reuni sudah berakhir. Aku harus segera pulang dan harus berpisah dengannya.
"Kita berpisah sampai di sini, Bintang."
"Iya, kita berpisah Alya. Bisakah kita bertemu kembali?"