Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nurcholish Madjid dalam Pemahaman Saya

27 Mei 2019   12:05 Diperbarui: 27 Mei 2019   12:10 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: BincangSyariah.com.

"Adanya rasa kesucian yang serba mencakup itu pada jiwa manusia, secara alamiah atau fitrah, telah membuat manusia menjadi apa yang disebut hanif *) dalam agama (Islam). Secara singkat, agama adalah pernyataan keluar sifat hanif manusia, yang telah tertanam dalam jiwanya. Maka, beragama adalah amat natural, dan merupakan kebutuhan manusia secara esensial. (Nurcholish Madjid)."

Prof. Dr. Nurcholish Madjid lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 -- meninggal tahun 2005 di usia 66 tahun. Beliau populer dipanggil Cak Nur. Merupakan seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia.

Saya menyukai pemikiran-pemikiran Cak Nur. Meskipun beliau sudah wafat, tapi pemikiran-pemikirannya aktual dan bisa diterapkan pada masa sekarang. Beliau memperkenalkan kita kepada pandangan-pandangan keagamaan yang awalnya terasa asing. Tetapi jika dikaji lebih lanjut, pada dasarnya pemikirannya itu abadi. Didasari oleh kearifan klasik Islam yang diberi konteks baru pergulatan Islam Indonesia saat ini.

Itu sebabnya Cak Nur dengan pemikiran keislamannya sesungguhnya bukan hanya menyumbangkan sesuatu untuk umat Islam, tetapi corak keislamannya betul-betul sejalan dengan yang terbaik dari dasar-dasar lehidupan berbangsa.

Bagi Cak Nur, tidak ada pertentangan antara keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan. Tiga hal itu dikembangkan secara simultan, dengan rajutan yang akan menghasilkan masa depan Indonesia yang lebih baik, lebih demokratis, lebih adil, dan lebih terbuka.

Pernah beliau membuat pernyataan yang kontroversional, yaitu pernyataannya tentang "Islam Yes, Partai Islam No". Pernyataan ini gempar pada awal tahun 1971, dimana ia masih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam. 

Tetapi pernyataan ini ia ralat pada tahun 2004, ketika akan meminta dukungan dari Partai Keadilan (sekarang PKS) sebagai calon presiden. Hidayat Nur Wahid sebagai wakil ketua dewan syuro menanyakan tentang pernyataan "Islam Yes, Partai Islam No". 

Dari situlah, Cak Nur mengoreksi pernyataanya menjadi 'Islam Yes, Partai Islam Yes'. Cak Nur memberikan penjelasan. Kalimat, "Islam Yes Partai Islam No" muncul tahun 1970 saat kondisi partai Islam belum bisa menjadi wahana aspiratif dan harapan bagi masyarakat. Ketika itu Partai Islam belum bisa mengemas secara apik bahasa agama ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang plural.

Tapi begitu Cak Nur melihat PK yang ketika itu kelahirannya dibidani oleh tokoh-tokoh lulusan Eropa dan Timur Tengah, paradigmanya soal Partai Islam berubah. Sehingga selain dari konvensi Golkar, dia pun coba meminta dukungan dari PK untuk maju sebagai calon presiden 2004. Cak Nur kemudian memilih mundur dari konvensi Golkar dan tak pernah lagi maju sebagai calon presiden.

Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, secara khusus dalam buku @fileCaknur Keislaman yang Hanif  memberikan pandangannya tentang sosok Cak Nur:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun