Dia adalah kawan saya sejak SMA, sehingga saya hapal dengan kebiasaannya. Bahkan karena dia tidak makan daging kambing, sayapun menyesuaikan meskipun doyan.
"Kok kamu berhenti di sini? Bukankah ini menjual sate kambing? Memangnya mau?"
"Tuh baca, kan ada menu lain. Ada ikan lele, belut, dan gurami. Kita pesan lele saja." katanya.
O iya. Ternyata warung ini selain menjual sate kambing, juga menyediakan menu ikan. Baiklah. Saya menjadi tidak kawatir. Soalnya, saya takut dia tensi tinggi. Hahaha...
Ketika memasuki warung yang lumayan luas, aroma khas daging kambing menguar. Tetapi kami tak sedang ingin makan daging kambing. Memesanlah kami lele goreng beserta lalapannya. Eh, saat menengok di salah satu sudut tembok, ada tulisan tongseng kambing, tongseng belut, tongseng kepala, tongseng gurame.Â
Aha! Kami berpandangan. "Kita pesan tongseng belut saja!" katanya penuh semangat. Kami kepo, seperti apa rasanya.
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, menu ini tersaji. Huum... dari baunya tercium aroma rempah-rempah yang menyengat. Aroma khas tongseng.
Saatnya mencicipi tongseng belut, ya. Ssst... jika biasanya masakan tongseng, berbahan dasar daging kambing. Tetapi kali ini, daging kambing digantikan dengan daging belut segar.
Kami perlu menunggu sedikit waktu agar kuahnya agak dingin, karena kuahnya panas mongah-mongah (panas banget) baru masak. Daging belutnya kenyal segar. Sedap. Tidak amis.
Saya memang sering makan daging belut. Tetapi cara memasaknya berbeda. Biasanya belut diasap kemudian baru dibumbui mangut. Atau kadang belut dibikin rempeyek yang renyah. Kali ini untuk tongseng, daging belutnya masih segar. Jadi beda rasanya. Sensasinya juga beda. Apalagi daging belut baru dimasak saat akan disajikan.