Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Atifa, Jiwa yang Penuh Kasih Sayang

15 Januari 2019   22:58 Diperbarui: 15 Januari 2019   23:07 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

"Tetapi, dirimu juga harus menjaga diri."

"Mama, Atifa bisa jaga diri. Percayalah, ma. Atifa minta doa mama, agar Atifa selalu sehat dan bisa membantu mereka dengan sekuat tenaga." jawab Atifa untuk meyakinkan mamanya.

Mamanya tidak bisa mencegah dan hanya bisa mendoakan dari jauh akan keselamatan anak gadis kesayangannya. Dulu, mama Atifa sebenarnya keberatan jika harus melepasnya bertugas jauh dari rumah. Tetapi, Atifa bersikeras dan beralasan bahwa ini adalah panggilan jiwa.

Benar saja. Atifa nyaman di tempat barunya. Sebagai guru SMP Negeri. Ia mengajar matematika. Dan ia banyak disayang oleh muridnya. Atifa memang cerdas dan bisa membuat anak didiknya menjadi suka pada pelajaran matematika yang konon menjadi momok bagi mereka.

***

Malam ini, gempa datang lagi. Bahkan lebih keras dari kemarin lusa. Segera saja orang berlarian keluar dari rumah tinggal mereka. Tak berani lagi berada di dalam rumah, karena ketakutan tertimpa material rumah. Juga takut jika sewaktu-waktu terjadi gempa kembali. Suasana sangat mencekam. Apalagi listrik padam.

Atifa berpikir, bahwa mereka membutuhkan tenda, untuk melindungi diri dari hujan dan panas. Juga hawa dingin di malam hari. Besok, ia akan mencari tenda yang ada di seluruh pelosok kota ini. Dengan uang sumbangan dari rekan-rekannya. Bersama Hani dan teman lainnya di sini. Juga Sena, rekan guru yang mengajar di sekolah yang sama. Bahu membahu membantu para korban.

Hem, kata teman-teman guru, Sena dan Atifa mirip. Jangan-jangan mereka jodoh. Mereka sering menggodanya begitu. Tetapi ia belum memikirkan ke arah sana. Ia masih ingin mengabdi untuk sekolah dan murid-muridnya. Meskipun Sena memberi sinyal bahwa ia suka padanya.

***

Setelah semalaman ia tak bisa tidur, karena harus mengurus beberapa balita yang menangis kedinginan. Ia membagi selimut. Beruntung sore sebelumnya kiriman itu datang. Sehingga ia bisa langsung membagikannya. Kecemasan itu yang membuatnya memiliki kekuatan lebih. Entah darimana kekuatan itu.

Hingga terkadang ia lupa akan kesehatan dirinya. Hingga ia merasa lemas dan merasa harus membutuhkan istirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun