Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Renjana Bayangan Senja

26 Desember 2018   22:25 Diperbarui: 27 Desember 2018   20:19 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

Tetapi kali ini, di hari itu. Dimana ia tak lagi bisa membendung rasa cintanya pada Yan. Ia tak ingin dimiliki orang lain selain Yan. Ia memberanikan diri untuk melawan. Demi cinta. Demi Yan.

"Ayah, aku tak mau dijodohkan." begitu katanya.

Serta merta ayahnya terhuyung sambil memegang dadanya yang sakit. Ayahnya jatuh di kursi. Dan Sonya berlari menuju ayahnya. 

Memegang tangan ayahnya sambil meminta maaf. Mencium kaki ayahnya. Memohon agar ayahnya memaafkan dirinya, juga jangan meninggalkan dirinya.

"Ayah..." katanya sesegukan. Ia tak mampu menahan rasa gundah dirinya. Antara sakit dan cinta. Antara ayah dan Yan. Ia, benar-benar terpuruk.

"Jika kau tak ingin kehilangan ayah, penuhi saja keinginan ayah," kata ibu pelan sambil berurai air mata.

***

Belajar untuk mencintai, adalah hal yang menyiksa bagi Sonya. Ia berkali-kali berusaha mencintai lelaki pilihan ayah. Lelaki yang telah merebut hati ayah. 

Sonya tak menyalahkan ayahnya. Karena kenyataannya lelaki itu adalah lelaki yang baik juga sabar.

Tetapi memang sesuatu yang penuh kesabaran, ujungnya akan berbuah manis. Segala sakit dan dera, lama-lama pulih. Oleh waktu dan keindahan yang tiap hari menjelma, dari sosok lelaki pilihan ayahnya.

Sesuatu yang mungkin saja terjadi bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun