Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Serunya Pameran Gabungan Seni Tari Tradisional dan Sketsa di UPGRIS Semarang

30 Agustus 2018   16:56 Diperbarui: 31 Agustus 2018   10:24 2694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran Foto & Sketsa Tari Indonesia oleh Gana Stegmann dan Berbudi LW di Universitas PGRI Semarang, tanggal 30-31 Agustus 2018. (Dokpri).

Suatu seni, tidak memiliki batasan seperti ilmu pasti. Seni itu tak berbatas. Kemampuan mengekspresikan jiwa seni yang sebenarnya dimiliki setiap orang, sangat bebas. Suatu seni, biasanya diekspresikan lewat berbagai pengenalan budaya tradisi yang cenderung lebih mengenal alam. 

Budaya tradisi mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang laras dengan alam, bukan saling menindas dan hanya mementingkan diri sendiri.

Kesamaan sifat dan karakter yang selaras dalam satu kesatuan, merupakan perpaduan antara makhluk dan alamnya. Apresiasi pada alam akan menumbuhkan kerendahan hati, untuk mengakui kebesaran Sang Penciptanya. Di dalam kesederhanaan itulah, terkandung nilai-nilai kehidupan.

Setiap orang boleh mengekspresikan jiwa seninya selebar yang ia punya. Misalnya, ia mempunyai kemampuan untuk melukis. Maka ia boleh mengekspresikan kemampuannya, tanpa harus terkungkung oleh batasan-batasan aturan yang membelenggu.

Begitu juga seni tari tradisonal. Meskipun dalam seni tari tradisional  memiliki pakem dalam gerakan dan iramanya, tetapi saat mengekspresikannya, harus dengan hati dan perasaan. 

Menari dengan hati, akan menghasilkan suatu tarian yang indah dan seakan membawa ruh. Bagi penikmat seni tari, dirinya akan terbawa oleh pesan dari tarian itu. Sebuah tarian tradisional yang diciptakan, biasanya membawa pesan dan pertanda filosofi kehidupan oleh pencipta tari tradisional tersebut.

Jika penari membawakannya sambil lalu, maka pesan itu tak tersampaikan. Tarian akan biasa saja. Hanya sebuah gerakan tanpa makna. Tetapi jika tarian dilakukan dari hati, sangat menjiwai, maka sebuah tarian bisa dikatakan sukses dan berjiwa, pesan tersampaikan.

Tanggal 30-31 Agustus 2018 pukul 09.00 hingga 16.00 WIB, di Lobi Gedung Rektorat UPGRIS Semarang diadakan pameran yang menggabungkan seni tari tradisional dengan seni sketsa/lukis. Hasilnya? Amazing.

Pameran dibuka oleh Bapak Rektor UPGRIS. Sosok Gagana tidak asing di Universitas ini, karena ia sering melakukan kegiatan yang sangat menginspirasi buat generasi muda yang dilakukan di kampus. (Dokpri).
Pameran dibuka oleh Bapak Rektor UPGRIS. Sosok Gagana tidak asing di Universitas ini, karena ia sering melakukan kegiatan yang sangat menginspirasi buat generasi muda yang dilakukan di kampus. (Dokpri).
Pameran Foto dan Sketsa Tari Tradisional oleh Gana Stegmann dan Berbudi LW, dimaksudkan untuk menginspirasi generasi muda agar mengenali hobi dan bakat dimiliki. Banyak pesan yang disampaikan dalam pameran ini. Antara lain, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Memberikan manfaat bagi orang lain. Menginspirasi orang lain, agar pula menggali potensi diri.

Dalam pameran foto dan sketsa ini, juga dipamerkan tiga foto Koteka. Foto Lisa, Pak Casmudi dan mbak Tamita. Foto mereka merupakan pemenang Lomba Esai foto yang diselenggarakan oleh Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana).

Gaganawati Stegmann adalah seorang Kompasianer yang sangat energik dan sangat inspiratif. Saya sangat beruntung bisa mengenalnya. Ia tinggal di Jerman karena menikah dengan Bernd Michael Stegmann yang berkebangsaan Jerman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun