Suatu seni, tidak memiliki batasan seperti ilmu pasti. Seni itu tak berbatas. Kemampuan mengekspresikan jiwa seni yang sebenarnya dimiliki setiap orang, sangat bebas. Suatu seni, biasanya diekspresikan lewat berbagai pengenalan budaya tradisi yang cenderung lebih mengenal alam.Â
Budaya tradisi mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang laras dengan alam, bukan saling menindas dan hanya mementingkan diri sendiri.
Kesamaan sifat dan karakter yang selaras dalam satu kesatuan, merupakan perpaduan antara makhluk dan alamnya. Apresiasi pada alam akan menumbuhkan kerendahan hati, untuk mengakui kebesaran Sang Penciptanya. Di dalam kesederhanaan itulah, terkandung nilai-nilai kehidupan.
Setiap orang boleh mengekspresikan jiwa seninya selebar yang ia punya. Misalnya, ia mempunyai kemampuan untuk melukis. Maka ia boleh mengekspresikan kemampuannya, tanpa harus terkungkung oleh batasan-batasan aturan yang membelenggu.
Begitu juga seni tari tradisonal. Meskipun dalam seni tari tradisional  memiliki pakem dalam gerakan dan iramanya, tetapi saat mengekspresikannya, harus dengan hati dan perasaan.Â
Menari dengan hati, akan menghasilkan suatu tarian yang indah dan seakan membawa ruh. Bagi penikmat seni tari, dirinya akan terbawa oleh pesan dari tarian itu. Sebuah tarian tradisional yang diciptakan, biasanya membawa pesan dan pertanda filosofi kehidupan oleh pencipta tari tradisional tersebut.
Jika penari membawakannya sambil lalu, maka pesan itu tak tersampaikan. Tarian akan biasa saja. Hanya sebuah gerakan tanpa makna. Tetapi jika tarian dilakukan dari hati, sangat menjiwai, maka sebuah tarian bisa dikatakan sukses dan berjiwa, pesan tersampaikan.
Tanggal 30-31 Agustus 2018 pukul 09.00 hingga 16.00 WIB, di Lobi Gedung Rektorat UPGRIS Semarang diadakan pameran yang menggabungkan seni tari tradisional dengan seni sketsa/lukis. Hasilnya? Amazing.
Dalam pameran foto dan sketsa ini, juga dipamerkan tiga foto Koteka. Foto Lisa, Pak Casmudi dan mbak Tamita. Foto mereka merupakan pemenang Lomba Esai foto yang diselenggarakan oleh Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana).
Gaganawati Stegmann adalah seorang Kompasianer yang sangat energik dan sangat inspiratif. Saya sangat beruntung bisa mengenalnya. Ia tinggal di Jerman karena menikah dengan Bernd Michael Stegmann yang berkebangsaan Jerman.Â