Seperti biasa, sebelum lebaran, saya dan keluarga mudik ke kampung halaman. Sebenarnya bisa dikatakan bukan mudik, karena hampir tiap dua minggu saya pulang mengunjungi orang tua. Sudah biasa. Sudah hapal suasana perjalanannya.
Tetapi mudik menjelang lebaran, berbeda dengan mudik seperti hari biasanya. Lebih istimewa. Nuansanya berbeda. Saya sengaja mudik mendekati hari H. Selain karena masih ada pekerjaan, juga lebih santai. Jalanan pasti sudah agak sepi, karena sudah banyak warga yang mudik, telah sampai ke kampung halaman.
H-1 sebelum lebaran, biasanya jalan sudah lumayan sepi. Truk dan kendaraan besar sudah tidak bisa melintas di jalanan. Tidak seperti kondisi pada saat puncak arus balik lebaran minggu lalu. Jalanan ramai dan banyak macetnya. Sekarang cenderung sepi. Jadi, mudik saya tidak kemrungsung.
Apalagi perjalanan ini dilakukan malam hari. Suasananya lebih adem dan tidak panas tersengat matahari siang.
Nah, pada malam lebaran tahun ini, ada yang unik saat perjalanan mudik saya melewati jalur pantura Jalan Raya Sayung-Demak. Apakah itu? Pada waktu itu menunjukkan pukul 8 ketika saya sampai pada jalur tersebut. Jalanan ramai oleh pawai takbir keliling dan pesta kembang api! Wow, meriah.
Tradisi yang sudah lama berlangsung ini, meriah hampir tiap tahunnya. Hanya ada di malam lebaran. Malam takbiran. Dan jika saya dan keluarga mudik di malam lebaran, pasti akan melewati jalur pawai takbir keliling tersebut.
Banyak anak-anak dan remaja yang menjadi peserta takbir keliling. Pawai yang digelar, melibatkan kendaraan umum atau mobil yang dihiasi oleh lampu-lampu. Karena dilakukan pada malam hari, maka cahaya lampu lebih bependar dan menyala terang. Sedangkan kendaraan yang dibawa, nyaris tak kelihatan. Hanya lampu yang menyala terang dan berkerlap-kerlip yang dominan.
Kendaraan hias, selain berhias lampu, juga tak jarang di atasnya ada pajangan boneka-boneka besar dengan bentuk yang bermacam-macam. Ada bentuk masjid, bunga, spongebob, naga yang besar sekali atau tokoh kartun populer yang sedang tren saat ini. Bahannya sederhana. Dari bambu dan kertas. Kreatif sekali.
Hampir di setiap langkah perjalanan di jalur tersebut, saya melihat beberapa tempat ada pawai takbir keliling. Orang-orang berpawai. Selain berkendara, tak jarang juga ada yang berjalan kaki. Mereka melakukan pawai dengan teratur. Tidak memenuhi jalan. Apalagi pada saat menjelang lebaran seperti ini, jalan sudah sedikit lengang. Dan tidak ada kemacetan. Bagus deh, juga menyenangkan.
Bukannya takbir keliling, melainkan mendengarkan musik dengan suara keras dan menggelegar. Juga berjoged di atas truk. Kemudian saya berpikir, pantas jika takbir keliling di jalanan dilarang. Karena mereka bertindak melanggar aturan dan tidak beretika. Bahkan di tengah perjalanan, sempat terhenti karena ada beberapa warga menyulut petasan di tengah-tengah jalan raya. Aduh, membuat kaget para pelintas jalan.