Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Musik Alunan Tong Tek Sudah Tak Ada

5 Juni 2018   11:13 Diperbarui: 5 Juni 2018   11:24 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik Tong Tek oleh anak-anak. (Iustrasi: Elshinta.com).

Pernah dulu ketika masih kecil, saya amat penasaran dengan bunyi-bunyian seperti alunan musik rancak yang dari alat musik yang dipukul. Beatnya statis tetapi enak didengar. Lalu dari iringan musik itu, terdengarlah suara vokal, sahuuur... sahuuur...

Iyup, memang alunan musik itu hanya ada pada saat Ramadan. Saatnya sahur. Saat dini hari. Sebenarnya saya takut. Karena tidak melihat bentuknya, hanya suaranya saja. Ketika itu saya membayangkan suara itu dibunyikan dari makhluk luar angkasa yang sedang berkunjung ke bumi. Mengintip pun nggak berani. Takut makhluk luar angkasa itu akan membawaku pergi.

Tetapi saat menjelang siang, saya mendapati teman-teman bermainku sedang berlatih musik dari berbagai alat yang bisa dipukul. Ada ember dan kaleng bekas. Untuk alat pukulnya dari kayu dan batu. O, saya jadi termangu dan malu sendiri. Bayangan makhluk luar angkasa, sirna sudah. Ternyata mereka... bukan alien. Hahaha...

Mereka butuh latihan untuk bisa memadukan nada. Agar rancak dan kompak. Lalu ketika saatnya perfoma di malam hari, sudah tidak canggung lagi dan bisa kompak. Perpaduan musik dan vokalnya sesuai. Keren jadinya.

Musik-musik rancak yang hanya terdengar di malam hari di bulan Ramadan itu, untuk membangunkan orang-orang agar segera bersiap santap sahur. Bulan ramadan itu bulan istimewa. Sahurpun merupakan hal yang istimewa juga. Maka itu mereka sukarela melakukannya. Para pemain musik pembangun sahur, tidak ada yang nyuruh. Kemauan mereka sendiri dan mereka senang melakukannya.

Alunan musik yang mengalun rancak itu bernama: Tong Tek.

Dari sejak pukul dua, mereka telah bersiap. Kemudian berkeliling kampung, membangunkan warga yang hendak bersantap sahur agar segera bersiap. Tujuannya agar warga tidak kesiangan. Pukul tiga mereka bubar dan pulang ke rumah untuk bersantap sahur juga. Kembali ke ibunya masing-masing. Hehehe...

Ah, menyenangan pada masa itu.

Berbeda masa sekarang. Sudah jarang ada. Nggak ada lagi yang mau melakukannya. Musik Tong Tek sudah memudar. Sudah masuk kategori jadul dan menjadi kenangan yang ngangeni. Memori indah di masa kecil, bahwa zaman dulu, pernah ada musik Tong Tek.

Lalu sekarang? Musik Tong Tek tergantikan dengan suara pukulan tiang listrik atau telpon. Oleh penjaga malam, yang saat itu sedang meronda menjaga kampung. Kemudian suara dari masjid menggema, memberikan isyarat, agar warga bersiap untuk bersantap sahur.

"Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara, monggo sami sahur. Wekdalipun sampun wanci jam tigo. Sahuuuur... sahuuuur... sahuuur..." kemudian senyap. Hanya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun