Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bu Takwadi, Membuat Kue Hanya Saat Menjelang Lebaran

29 Mei 2018   11:58 Diperbarui: 29 Mei 2018   12:08 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semua kegiatan dalam membuat kue, ia lakukan sendiri. Keren. Semangat ya bu. (Dokpri: Wahyu Sapta).

Pagi-pagi saya sudah menyambangi rumah bu Takwadi. Memenuhi janji mau berkunjung ke sana. "Segera ke rumah, ya bu. Saya butuh tahu berapa jumlah pesanan kuenya." katanya lewat WA. Padahal sudah saya tulis berapa jumlah pesanan saya di WA. Tetapi beliau tetap meminta saya datang, agar lebih jelas.

Ya. Bu Takwadi (66 tahun) adalah tetangga dekat rumah saya. Hanya terpaut satu gang. Bu Takwadi menerima pesanan kue kering hanya pada saat menjelang lebaran saja. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya selalu memesan kue. Sudah langganan. Sejak beberapa tahun lalu. Sudah hapal apa saja jenis kue yang akan dipesan.

Di usianya yang tak lagi muda, masih bersemangat menjalankan bisnis kue kering. Meskipun hanya pada saat menjelang lebaran saja. Pada hari lainnya, ia sibuk mengurusi rumahnya yang sekarang di koskan. Lumayanlah, daripada rumah kosong. Juga ada temannya. Anak kos yang tinggal di sana empat orang, kuliah di UIN Walisongo Semarang.

Biasanya, ia memulai pembuatan kue pada saat awal puasa Ramadan. Kemudian ia mulai aktif menghubungi pelanggannya, untuk memesan kue. Kebanyakan adalah para tetangga. Sejalan dengan waktu, pelanggannya semakin bertambah, tak sebatas hanya para tetangga. Karena kue bikinannya enak dan murah.

Setelah sahur, ia mulai memanggang kue-kuenya. Persiapan itu telah ia lakukan pada sore hari. Peralatan memasak, menimbang bahan kue kemudian di tata sedemikian rupa. Pada saat selepas sahur tinggal membuat adonan, dan memanggangnya. Lalu ketika telah dingin, dimasukkan dalam wadah kemasan kue.

Aroma kue yang baru matang, harum menusuk hidung ketika saya tiba di sana. Saya melihat beberapa kue baru matang masih ada dalam loyang, belum dimasukkan ke wadah kemasan. Beberapa lagi, masih ada di panggangan oven atas kompor. Baunya harum. Hum... mungkin kalau saya sedang tak puasa, pasti mencomotnya. Hehehe...

"Catat saja pesanan kuenya, bu. Sekalian dihitung berapa jumlah seluruh harganya." katanya. Loh, kok? Saya mengernyitkan dahi. Sejenak kemudian saya memaklumi, karena ternyata ia sendirian. Tidak ada yang membantu. Mbak Pipi, putrinya yang biasa membantu, sekarang ada di Surabaya mengikuti suami. O, baiklah. Saya mulai mencatat jumlah pesanan kue.

Seperti tahun lalu, saya memesan untuk orang tua dan saya sendiri. "Tulis saja di situ, dan tulis juga bonus satu," kata Bu Takwadi. Buat saya? Wah, baik hati banget. Alasannya, karena saya sudah langganan lama dan tidak pernah bosan. Memang saya sudah cocok dengan kue bikinan bu Takwadi. Rasanya enak dan tetap tak berubah dari dulu. Apalagi kastengelnya yang bikin jatuh hati. Bikin dag dig dug. Jika lebaran pasti habis duluan.

Penampakan kue kering Kastengel yang bikin hati dag dig dug. Rasanya enak. Tak berubah dari dulu. (Dokpri Wahyu Sapta).
Penampakan kue kering Kastengel yang bikin hati dag dig dug. Rasanya enak. Tak berubah dari dulu. (Dokpri Wahyu Sapta).
Bu Takwadi memulai bisnis kue lebaran sejak belasan tahun lalu. Pada saat pesanan banyak bisa menghabiskan 75 kilogram tepung terigu, 60 kilogram mentega. Belum lagi bahan lainnya seperti telur, selai nanas, kacang tanah, coklat dan keju. Semua bahan ia dapatkan dari layanan pesan antar, dari toko langganannya. Jika ia belanja sendiri, akan repot. Karena semua ia kerjakan sendiri. Jadi kalau belanja bahan lewat layanan pesan antar tidak akan merepotkan juga menghemat waktu. Tinggal menelpon dan di antar sampai rumah.

Kue semprit keju, fresh from oven. Nyumiii... (dokpri Wahyu Sapta).
Kue semprit keju, fresh from oven. Nyumiii... (dokpri Wahyu Sapta).
Ia sekarang memang tinggal sendirian. Dua anaknya sudah mandiri dan memiliki rumah sendiri. Sedangkan suami tercinta sudah mendahului beberapa tahun yang lalu. "Dulu saat masih ada pak Takwadi, malah sering ribut saat bikin kue. Memang ada yang membantu, tetapi bapak sering ketiduran saat memanggang kue. Jadi gosong. Tidak cantik kuenya." katanya sambil menerawang. Kemudian tersenyum. "Kenangan manis ya, bu" sahut saya. Bu Takwadi mengangguk.

Semua kegiatan dalam membuat kue, ia lakukan sendiri. Keren. Semangat ya bu. (Dokpri: Wahyu Sapta).
Semua kegiatan dalam membuat kue, ia lakukan sendiri. Keren. Semangat ya bu. (Dokpri: Wahyu Sapta).
Sambil menaruh kue yang sudah dingin ke dalam wadah, Bu Takwadi meneruskan ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun