Hari Minggu. Hari ini ramadan memasuki hari ke sebelas. Sepertiga pertama dalam ramadan telah kita lalui. Tidak terasa. Padahal, sepertinya baru kemarin awal ramadan, loh. Kok sudah hari ke sebelas. Duh, jadi baper nih. Betapa cepat waktu berlalu. Ihiks.
Seperti biasanya saat hari libur atau hari Minggu, saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah orang tua. Jarak yang ditempuh menuju rumah orang tua hanya 75 km. Atau sekitar dua jam. Sudah biasa. Nah, yang tak biasa adalah saat melewati jalur pantura, jalan yang biasa saya lalui menuju rumah orang tua.
Ketika memasuki jalan pantura selepas kota Demak menuju kota Kudus, di sepanjang jalan banyak yang berjualan buah. Seperti semangka, melon, blewah, dan timun suri. Banyak tenda baru dibuat untuk lapak berdagang buah-buahan tersebut. Pasar buah dadakan. Di tahun-tahun sebelumnya, memang pasar buah dadakan ini telah lama ada. Sudah bertahun-tahun. Tetapi mereka berdagang hanya pada saat bulan ramadan saja.
Biasanya buah-buahan tersebut diambil langsung dari petani. Terutama buah semangka dan blewah. Karena lokasi yang dipakai untuk berjualan, dekat dengan area persawahan. Mungkin mereka sengaja menanam buah tersebut, dengan hitungan masa panen bersamaan dengan bulan ramadan datang. Jadi, pas ramadan, pas panen buah-buahan. Dan bisa di pasarkan.

Benar saja. Saat saya tanya ke penjualnya, ia bilang baru panen kemarin sore. Segera saja saya memilih buah semangka yang bertumpuk. Tetapi saya malah bingung. Biar penjualnya saja yang memilihkan.
Memang bagaimana caranya bisa tahu semangka yang bagus? tanya saya. Katanya bunyinya berbeda. Ibu tadi memilih semangka dengan cara memukulnya pelan, dengan di dekatkan ke telinga. Insting karena terbiasa, yang bisa membuatnya tahu buah semangka yang bagus. Wah, begitu ya?
"Satu kilonya berapa, bu?" tanya saya. "Semangka lima ribu rupiah per kilonya." jawabnya. Segera saja, saya iyakan, tidak pakai nawar. Murah banget. Karena langsung dari petaninya. Nah, semangka yang dipilihkan tadi, beratnya lima kilogram. Hem, berat juga, ya? Jadi satu buah semangka besar dua puluh lima ribu rupiah.
Ada timbangan gantung sederhana berada di sana, untuk menimbang buah semangka. Jika membeli dalam jumlah banyak, ia menjualnya per biji. Lebih murah. Biasanya, pembeli dalam jumlah banyak akan menjualnya kembali di toko buah miliknya.

Saya meneruskan perjalanan. Baru beberapa meter, saya penasaran dengan buah yang berwarna kuning memanjang. Saya berhenti kembali.