Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Soto Kerbau, Soto Khas Kudus yang Segar

9 Mei 2018   08:09 Diperbarui: 9 Mei 2018   08:18 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangkok Soto Kerbau dengan beberapa irisan daging kerbau yang segar dan berkuah bening. Rasa bawang putih goreng mendominasi. (Dokpri).

Soto? Ada banyak macam masakan soto di Indonesia. Hampir tiap kota, memiliki kuliner soto ini. Tentunya dengan ciri khas masing-masing kota. Tapi ini Soto Kerbau, loh! Hal yang tak biasa. Karena biasanya bahan daging untuk soto adalah ayam atau sapi.

Soto Kerbau adalah soto khas kota Kudus. Biasanya kita mengenal soto Kudus itu memakai daging ayam kampung. Ternyata Soto Kudus memiliki dua macam varian rasa. Soto ayam dan soto kerbau. Konon, ada sejarahnya, mengapa masyarakat Kudus lebih menggunakan daging kerbau, dan bukan daging sapi.

Jadi, pada masa lampau, bagi masyarakat Kudus, konon hewan sapi dianggap sebagai hewan yang suci. Pada masa itu, masih banyak pemeluk agama Hindu, dimana merupakan sebuah larangan besar untuk menyembelih sapi dan memakannya.

Pada masa penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di daerah Kudus, untuk menghargai dan menjunjung tinggi sikap menghormati antar pemeluk agama Hindu dan umat Islam, Sunan Kudus pun melarang (dalam tanda kutip) daging sapi untuk dijadikan santapan. Meskipun dari sisi syariah Islam dihalalkan. Sebagai langkah alternatif, konsumsi daging sapi digantikan dengan daging kerbau. Sebuah sikap toleransi yang indah, ya. Meski berbeda, tetapi tetap saling menghargai. Dan tidak ada terjadi bentrok, karena kehidupan pada masa itu ada tepa seliranya.

Dan dimasa sekarang, meski budaya untuk tidak memakan daging sapi telah hilang pengaruhnya, tetapi kebiasaan ini terlanjur terpatri dalam kehidupan masyarakat Kudus untuk tidak menyantap daging sapi. Kebiasaan inilah yang diwariskan hingga sekarang. Sebagai gantinya, mereka terbiasa mengkonsumsi daging kerbau daripada daging sapi. Termasuk untuk menu masakan soto.

Ketika saya dalam sebuah perjalanan dari Semarang ke Pati, saya melewati kota Kudus. Pada saat itu, hari sudah agak petang. Perut lapar, minta diisi. Sepanjang jalan banyak rumah makan yang bisa dituju. Tetapi saya ingin makan sesuatu yang segar. Pilihan jatuh pada rumah makan Soto Kudus yang ada di jalan Pantura.

Ada dua pilihan menu soto. Soto ayam dan soto kerbau. Saya memilih soto kerbau. (Dokpri).
Ada dua pilihan menu soto. Soto ayam dan soto kerbau. Saya memilih soto kerbau. (Dokpri).
Ada dua pilihan rasa soto. Soto ayam dan soto kerbau. Kalau biasanya saya memilih soto ayam, kali ini ingin merasakan soto kerbau. Hem, seperti apa ya rasanya? Kemudian, saya memesan soto kerbau.

Pesanan datang. Semangkok soto kerbau telah ada di hadapan saya. Siap disantap. Wah, segar sekali tampaknya. Kuahnya berlimpah. Sajian soto ini berisi nasi, kecambah, beberapa irisan daging kerbau, daun bawang dan yang menjadi ciri khas soto Kudus adalah irisan bawang putih goreng. Segar dan bening.

Saya penasaran, seperti apa sih rasanya daging kerbau. Bila dilihat secara kasat mata, warna dagingnya lebih kemerahan jika dibanding dengan daging sapi. Tekstur serat dagingnya, lebih besar dari daging sapi. Mengenai rasanya, menurut saya, hampir mirip dengan daging sapi. Tetapi daging sapi lebih gurih jika dibanding daging kerbau.

Kuahnya bening. Bumbu yang ada di kuahnya terasa ada serai, daun salam, daun jeruk. Sedang bumbu halusnya, bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, jahe, kemiri, jintan yang di tumis terlebih dahulu hingga harum. Bumbu dimasukkan dalam kuah kaldu daging kerbau.

Semangkok soto yang berisi beberapa irisan daging kerbau, cukup mengenyangkan. Apalagi ditambah dengan sepotong perkedel dan satu tusuk sate jerohan. Harga yang dibandrol, semangkok soto hanya sebelas ribu rupiah. Perkedel dua ribu rupiah. Aneka sate empat ribu rupiah. Oya, ada soto pisah loh, harganya tiga belas ribu rupiah. Eh, apaan tuh soto pisah? Memangnya nasinya di Semarang dan kuahnya di Jakarta ya? Hehehe.. Bukan! Soto pisah adalah nasi dan kuah sotonya dipisah dalam wadah yang berbeda. Karena porsinya lebih banyak, maka harganya berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun