Di kedalaman hati, bunga-bunga bermekaran. Menceritakan, betapa keindahan ada di alam raya. Nampak saat kuncup, kemudian mekar, kelopak bunga yang menari-nari seolah malu-malu.Â
Aku ada, aku datang padamu, kata sang bunga.
Sepatah katapun sempat terucap, betapa indah sang bunga. Jika bunga bermekaran, hati menjadi riang, lalu berlompatan, oi, bungaku bercerita!
Lalu kupu-kupu datang, saat terik siang, cahya mentari penuh, berkilau pantul cemerlang bunga. Kupu-kupu mencari manisnya ia.Â
Menghisap hingga tak bersisa, meninggalkan putik bunga yang jatuh ke pangkuan. Akankah menjadi biji? Lalu? Ia jatuh ke tanah, tumbuh, menjadi bunga kembali?
Bunga-bunga bermekaran merekah, merah, putih, ungu, kuning, pink! Auuuww.... betapa indah alam semesta, terlebih ia mekar sempurna.
Pernahkah membayangkan bagaimana saat mereka menari-nari, memanggil peri bunga agar berkunjung? Padahal peri bunga baru saja berkunjung ke bunga cantik ungu?
img-20171223-wa0005-5a3e41fccf01b46f35350152.jpg
Atau bunga Wijaya Kusuma?
Bunga Teratai?
Bunga Lantana?
Mencium harum bunga Melati, tak akan pernah menyesal, katamu!
Semarang, 23 Desember 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Puisi Selengkapnya