malam ketika rembulan menitipkan cahaya pada pusaran angin yang sedang basah oleh sisa hujan, bergegas kupunguti tetes-tetes air yang menyala karena sinarnya
apa yang kamu mengerti tentang cinta? tanyamu
:adalah sebuah perpaduan antara keduanya, rembulan yang bersinar terang lebih besar dari biasanya dan tetesan air hujan semata, membawa cinta, untuk sang arjunaku
hei, itu aku? tanyamu
tiba-tiba kesunyian mendera, hanya gelap malam yang tertutup awan mendung, hujan tampaknya kembali datang
aku mencarimu, katamu
tetapi aku terlanjur luluh oleh pekatnya malam dan sunyinya bintang-bintang saat sang rembulan bersembunyi
lalu bagaimana dengan fajar, saat tetes embun sisa hujan tadi malam, menitik pelan kemudian sirna? apakah kamu ada di sana? tanyamu
rembulan ada menipis, lalu akan muncul sore nanti, tunggulah aku
:aku adalah seorang yang setia lagi cinta.
Semarang, 4 Oktober 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H