Hari Sabtu. Keponakan datang dari Jogja. "Tan, aku main ke rumah, ya." begitu katanya. Tentu saja boleh. Nah, waktu kutanya apakah pernah ke Goa Kreo? Ia menjawab belum pernah. Baiklah, ayuk ke sana. Berempat berangkat.
Goa Kreo berada di Kampung Kandri Kecamatan Gunungpati Semarang, kurang lebih sepuluh kilometer dari pusat kota. Goa Kreo sendiri merupakan bentukan alam yang sekarang dikelilingi oleh Waduk Jatibarang.Â
Konon menurut legenda, pada saat itu Sunan Kalijaga mencari pohon jati untuk saka Masjid Demak. Nah, singkat cerita, dalam perjalanannya Sunan Kalijaga kesulitan membawa pohon jati di medan yang sulit. Kemudian beliau bertafakur di sebuah goa memohon keridhoan Tuhan Yang Maha Esa. Maka datang empat ekor monyet membantu, hingga pohon jati tersebut berhasil dihanyutkan hingga keluar.Â
Keempat monyet bermaksud mengikuti beliau, tetapi tidak diijinkan. Akhirnya Sunan Kalijaga memberi anugerah "Mangreho" yang artinya jagalah. Oleh masyarakat sekitar, tempat tersebut dinamakan Goa Kreo. Monyet kemudian berkembang biak menjadi banyak hingga sekarang.
Sampailah di tempat lokasi. Tiket masuk empat orang dua puluh ribu rupiah, artinya satu orang lima ribu. Parkir kendaraan dua ribu rupiah. Begitu masuk lokasi, disambut oleh banyak monyet yang dibiarkan berkeliaran. Dulu saya pernah berkunjung ke sini. Saya merasa sepertinya populasi monyet semakin banyak. Benar saja, kata seorang penjaga yang berada di lokasi, monyet memang berkembangbiak, juga karena ada beberapa monyet tambahan yang merupakan migrasi dari tempat lain.
Penjaga tersebut berpesan bahwa, monyet tersebut menyukai segala macam makanan yang dibawa oleh pengunjung. Lucunya, katanya lebih menyukai minuman manis daripada air mineral. Maka harus hati-hati, jika tak ingin direbut oleh mereka.
Lalu timbul keberanian saya untuk meniru. Saya membeli kacang dua bungkus yang dijual di lokasi wisata tersebut. Satu bungkusnya lima ribu. Kemudian dua botol air mineral. Kalau yang air minum sih untuk saya sendiri.
Kacang saya buka, satu persatu monyet datang. Saya ulurkan makanan ke mereka dan mereka mengambilnya sopan tanpa merebut. Mereka jinak. Bergantian mereka mengambilnya. Tetapi saya kecolongan air mineral. Aduh.... etapi sombong banget mereka, airnya diminum sedikit, selebihnya dibuang. Saat bisa merebut minuman manis dan enak dari pengunjung lain, mereka menghabiskannya hingga tetes terakhir. Hahaha...