Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesempurnaan Cinta, Katamu!

30 Mei 2016   13:18 Diperbarui: 30 Mei 2016   17:08 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandu ternyata berani menembakku, dan bilang suka padaku. Sejak itu, dunia terasa Pink dan berbentuk serpihan hati, banyak sekali! Aku juga selalu memikirkan Pandu, hingga tak ada lagi laki-laki lain, selain Pandu. Itu namanya jatuh cinta, Sita! Kata kawanku Dinar. Oya? Jatuh cinta membuatku melupakan sejenak Dinar yang telah lama menjadi sahabatku.  Hingga suatu ketika, ia protes, bahwa sekarang aku tak lagi mau pergi ke mall bersamanya. Aku tak bisa berbuat apapun, selain merayunya, agar Dinar tetap mau menjadi sahabatku, karena aku membutuhkannya.

***

Rindu. Jika rindu, obatnya bertemu, katamu. Memang kalau cinta harus ada rindu? Dan harus bertemu? Aku kira rindu datang tak sendirian. Mungkin. Rindu datang bersama cinta. Cinta itu kamu. Dan rindu itu aku. Cinta itu langit dan rindu itu bumi. Ada aku, ada kamu. Ada langit, ada bumi. Tapi jika langit selalu bersama bumi, tak demikian denganku dan kamu. Aku tak selalu bersamamu. Kita berjauhan. Dan aku rindu padamu. Duh, bingung ya?

Jujur, saat kamu mengatakan bahwa tak selalu bisa menemaniku, hatiku sangat sedih. Lalu ada salah paham datang bersamanya. Aku mengira, bahwa kamu tak lagi sayang padaku. Kamu mengira, jika aku tak mau mengertimu. Sungguh, aku hanya rindu, bila tak bersamamu.

Lalu putus! End! Kamu dan aku, end! Kita berpisah!

***

Benci. Aku membencimu. Tapi sekaligus menyayangimu. Itu tandanya kamu masih cinta, kata Dinar sahabatku. Baiklah, aku tak ingin kehilanganmu. Aku hanya ingin memilikimu. Aku hanya mencintaimu. Aku hanya merindukanmu. Bolehkah? Jika bisa, aku selalu setia padamu, selamanya.

“Sita, mengapa seperti ini?” wajah sendumu amat terasa.

“Pandu...., “ Hanya itu yang bisa aku katakan. Selanjutnya, suara sesegukan yang terdengar. Aku menangis!

“Cengeng...” kata Pandu.

“Kok kamu bilangnya begitu sih?” kataku, masih dengan nada sesegukan. Biarain! Aku memang sedih, mengapa tak boleh menangis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun