Kuas berserakan di ubin yang berwarna biru, cat air tak karuan keberadaannya, kanvas putih, bergambar dan setengah jadi tertata di deretan dinding yang putih, ya beginilah keadaan kamar pribadiSakta yang hoby dia adalah melukis tak heran apabilakeadaan kamar dia seperti itu. Lain lagi dengan kamar si kembarannya Sakti, kamarnya tertata rapi dengan banyak miniatur tentang alat musik, terutama biola. Sakti adalah seorang pemain biola yang berpengalaman, dia sudah menyabet banyak penghargaan di berbagai event dan lomba. Dia menjadi bintang yang di idolakan di kampusnya. Sakta dan Sakti adalah saudara kembar identik sama-sama memiliki keahlian dalam bidang seni. Sakta dalam bidang melukis dan Sakti dalam bidang bermain biola. Mereka sekarang sedang menempuh study dalam jurusan seni di kahlian masing-masing tetapi dalam universitas yang berbeda. Karena mereka kembar yang sangat identik mungkin hanya tatanan rambut mereka saja yang berbeda karena itu memereka memutuskan untuk tidak kuliah dalam satu universitas takutnya lingkungan mereka tak bisa membedakan keduanya.
“Sakti, mana kakakmu ? kebiasaan kalau uda ngelembur dengan kanvasnya sarapan pagiselalu telat!” sang mama mulai ceramah pada pagi hari karena memang si Sakta selalu telat dalam sarapan.
“Tau tuh ma Sakta anak mama kan memang gitu kayak kelelawar kalau pagi tidur kalau malam begadang.“ jawab Sakti
“Mama aja heran gimana kalau dia punya cewek kelakuannya kayak gitu.”
“Jangan salah maa, Sakti punya cewek tau.” Sakti tiba-tiba muncul dengan masih memakai handuk dan mencomot tempe yang ada di meja makan.
“Masa sih mama kok gak percaya?“
“Mama mau bukti apa biar mama percaya sama Sakta kalau Saktai punya cewek? Emang Sakti tuh yang dia pacari cuma biolanya yang gak jelas itu?”
“Enak aja loe kalu ngomong. Biola itu jiwa gue tau!” si sakti mukai ambil suara
“Udah-udah kalian kok malah berantem sih? Gini aja biar adli kalian bawa cewek kalian masing-masing gimana?” pinta mama
“Oke siapa takut!” jawab Sakti dan Sakta bersamaan
“Ya udah kalian berangkat kuliah gih, sudah mulai siang ini. Papa kalian aja sudah berangkat dari tadi pagi sebelum kalian turun.” sahut mama
Setelah bersiap-siap mereka berdua berangkat menuju kampus masing-masing. Setelah sampai di kampus si sakti di sambut dengan senyum pagi yang penuh semngat oleh sang sohibnya,Thata cewek yang agak tomboy tapi dalam berpenampilan dia nomor satu. Meskipun terkesan simpel tapi enak dipandang. Thata adalah sahabat Sakti mulai dari SMA mereka berkenalan dan mulai dekat ketika mereka satu kelompoksaatMOS. Dan akhirnya mereka sekarang berada dalam satu kampus. Meskipun berebeda jurusan Thata saat ini mengambil jurusan psikologi.
“Eh ini kamu mau gak ngisi acara dalam ulang taun temenku buat jadi pengisi acara, kamu main biola ya? Please?“ si Thata pagi-pagi udah nyerocos.
“Aduh gue gak mood ini Tha! Lagian aku juga malas kalu ngisi acara gitu-gituan.” sabet Sakti.
“Alah sakti loh gitu kalau ke aku! Kamu gak pengen apa ya ngebantuin orang gitu, bikin orang seneng, dia loh ngefans sama kamu Sakti.”
“Terus gue harus ya datang gitu ke acaranya?“ jawab Sakt.i
“Ya lah datang dong, senengin hati para fansmu.“ tantang Thata.
“Haduuuhhh!“ protes Sakti
“Ayolah Sakti??? Yaya??” bujuk Thata
“Oke-oke ini demi kamu ya, kenapa harus kamu sih yang minta tolong, kalau ke kamu aku tuh gak bisa nolak tau.” jawab sakti sambil mencubit pipi si Thata
“Hahaha ya dong, kamu kalau nolak permintaanku, kamu bukan sahabatku lagi.” Jawab Thata
“Tha, nanti ikut aku ya?” Pinta sakti
“Mau kemana?“ tanya Thata
“Udah pokoknya kamu ikut aja! Ya gantian lah aku udah nuruti apa yang kamu minta sekarang giliran aku yang minta sesuatu ke kamu.”
“Oke, pokok gak nemenin kamu ke toko buku ya, kalau kamu ke toko buku itu sewindu tau aku nungguin kamu buat kamu nemuin buku yang cocok sama hatimu.” Cerocos Thata
“Iya-iya ini bukan ke toko buku kok. Aku tunggu kamu nanti di tempat biasa kita makan. Kan nanti aku pulang dulu daripada kamu Tha.”
“Beres, yaudah aku ke kelas dulu ya ini udah telat lima menit aku gara-gara kamu. “
Setelah itu Thata pergi dan Sakti menuju ke ruang musik yang ada di kampusnya. Setelah menuju ke ruang musik disana dia mulai bermain dengan biolanya. Keadaanseperti ini yang sangat disukai oleh Sakti karena dalam kesendiriannya dengan biola dia dapat mengekspresikan apa yang ada dalam hatinya ketika dia sedih, senang, takut, galau biolanya tempat dia mengadu segala keadaan hatinya. Dan terakhir kali dia merasakan nyaman dengan cara beradu gelisahnya ketika dia mengetahui kakaknya Sakta mengidap kanker hati, Sakti tak ingin melihat kegembiraan sang kakak begitu saja menghilang ketika saat kakaknya pergi. Dia tak sanggup jika sang kembarannya itu pergi dan tak bisa lagi melihat lukisan indah Sakta.
Ketika diruang musik itupun Sakti memutuskan sesuatu dalam hidupnya. Saat itu juga dia menciptakan sebuah nada-nada alunan indah dari gesekan biola yang dia mainkan. Saat itu juga dia berhasil menciptakan sebuah lagu dengan iringan biola. Dia berharap suatu hari lagu yang dia ciptakan bisa dimainkan orang lain dengan biolanya selain dia. Entah itu anak, istri, kembarannya, ataupun sahabat-sahabatnya.
Ketika Sakti akan menyelesaikan lagunya tiba-tiba Thata datang dan mengagetkannya.
“Heh, Sakti loe tenyata disini, gue nyari muter-muter dari tadi ditempat biasa loenya gak ada ternyata loe malah asyik dengan dunia loe disini.”
“Loe emang udahselesai kuliahnya?”
“Udah dari tadi lah, sekarang coba kamu liat jam berapa tuh!”
“Ya ampun udan jam setengah tiga. Berari loe uda keluar dari setengah jam yang lalu ya?”
“Nah ini yang menjadi kebiasaan burukmu, lupa waktu kalau uda berdua dengan biola. Akunya di duakan gak dianggep, dicuekin, dilupain..”
“Hzzz, udah kamu banyak omong aja, yuk kita pergi ! “
“Emang mau kemana sih,?”
“Udah ikut aja! Jangan banyak kepo!” Jawab sakti
Setelah itu mereka berangkat ke sebuah toko musik. Ternyata sakti ingin membelikan sebuah kado untuk Sakta karena 2 hari kagi adalah ulang tahun mereka. Sudah menjadi kebiasaan apabila diulang tahun mereka, mereka pasti akan bertukar kado.
“Mau apa sih Sakti kita kesini? Kamu mau beli biola lagi?” tanya Thata
“Gak, aku bukan cari biola. Tapi aku mau cari kado buat Sakta. Kan bentar lagi ulang tahun kita, jadi udah jadi kebiasaan buat tukar kado. Karena seringnya kita tukar kado sekarang aku bingung mau ngado dia apa.” Cerocos sakti.
“Ya kalau buat Sakta ngapain kita ke toko alat musik, ya kita ke toko alat lukis lah. Kan kembaran loe itu suka ngelukis.”
“Aduh, sekali-kali aku ngasih dia ang aku sukai bukan yang dia sukai saja.“
“Oh oke deh, terus sekarang kamu mau beli apa coba?”
“Tunggu dulu, aku tadi liat sesuatu yang menarik. Bentar aku mau ke yang penjaga toko. Kamu tunggu sini dulu ya Tha?” Pinta sakti
Setelah bebrapa saat.
“Udah?” tanya Thata.
“Udah lah yuk kita pulang.” ajak Sakti.
Dalam perjalanan pulang Thata penasaran apa yang di beli sama Sakti, dan dalam perjalanan si sakti lebih terlihat diam dan memikirkan sesuatu.
“Loe kenapa si? Kok diam aja? Apa yang kamu fikirkan?”
“Gak kok, gak ada yang aku fikirin.”
“Udah kamu gak bisa bohong ke aku, kita udah berteman hampir 4 tahun. Aku tau kamu itu bagaiman, aku tau kamu kalau bohong juga bagaimana ? udah kamu cerita saja sama aku. Berbagi aja sama aku !” ujar Thata
“Tapi jangan dijalan gini, ayo kita cari tempt yang lebih nyaman.” Jawab sakti
Akhirnya mereka berdua menuju ke kedai kopi yang biasa mereka tuju ketika mereka bersama-sama.
“Kita duduk disana aja Tha! Tempatnya nyaman kayaknya!” pinta Sakti
“Oke. Sekarang kamu cerita!“
“Aku bingung ini Tha,”
“Bingung kenapa? “
“Si sakta itu sakit. “
“Ha? Sakit ? sakit apa ?”
“Sakit yang tak bisa kujelaskan.”
“Alah kamu ini, ayolah cerita.“
“Udah nanti pasti kamu tahu jawabannya, biar waktu yang akan menjawab. Oh iya aku nitip ini ya, nanti buat Sakta kalau suatu hari aku pergi.”
“Apa ini ? Emang kamu mau kemana ?”
“Ini ada kotak, di dalam kotak itu ada sesuatu jangan kamu buka, biar Sakta aja yang ngebukanya oke ? Oh iya ini aku ngasih kotak musik buat Sakta ketika nanti kita ulang tahun liat bagus ya? “
“Lihat-lihat !”
“Oh iya bagus ini ada orang main biola dan berputar-putar diatasnya “
“Udah sore yuk kita pulang, oh iya nanti pas ulang tahunku kamu datang ya? Pas makan malam oke? Dua hari lagi !” pinta Sakti.
2 hari kemudian ketika sampai pada hari ulang tahun Sakti dan Sakta. Keluarga mereka kumpul. Ada Sakti, Sakta, mama, papa, dan tak lupa ada Thata. Ketika semua telah berkumpul juga tinggal Sakta saja yang belum muncul.
“Sakti, coba kamu liat Sakta. Sudah dari tadi kok belum turun-turun?” Pinta sang papa.
“Iya pa,” jawab sakti.
Setelah itu Sakti naik ke kamar Sakta, betapa kaget Sakti etika dia melihat si Sakta tergelatak di bawah ranjang dengan darah ang berceceran dihidungnya.
“Sakta !” jerit Sakti, seketika itu Sakti langsung menuju ke Sakta dan menolongnya
“Bangun Sakta, jangan tinggalin aku sendiri!, ma, pa, Thata! Tolong !!” sontak Sakti berteriak
Beberapa saat kemudian papa,mama,dan Thata datang dan betapa kaget juga mereka
“Kenapa ini Sakti ?” tanya papa.
“Ini sakit Sakta kambuh pa, ayo cepat tolongin Sakti itu pa !” ujar mama dengan nada suara pelan tak sanggup melihat anaknya.
“Ayo kita kerumah sakit om!” pinta Thata.
Sekejab kemudian mereka berangkat ke rumah sakit dan langsung menuju keruang UGD. Si sakti terlihat lebih gelisah.
“Udahlah Sakti jangan gelisah terus, gak akan terjadi apa-apa kok sama Sakta !” hibur Thata
“Kamu belum tau rasanya jadi aku Thata, aku sayang sama kembaranku bagaimana pun dia, bagaimanapun kita sering berantem aku gak mau dia pergi. Dia lahir kedunia juga bareng sama aku dia udah sebagian dari hidup aku. “Sahut Sakti.
“iya, iya aku tau emang dia sakit apa ? “
“Dia sakit...sakit kangker hati stadium akhir.” Jawab Sakti dengan lemas.
“Benar Sakti? Kenapa kamu gak pernah cerita sama aku? Dan Saktapun tak terlihat jika ia sakit separah itu ?” jawab Thata kaget.
“Iya, Sakta sendiri yang bilang. Dia gak ingin orang lain tau kalau dia sakit dia pun kalau sakit gak pernah ngeluh cuma dia kalau merasa sakit langsung mengalihkan pada kegiatan ngelukisnya.”
“Terus apa Sakti punya harapan untuk sembuh? “ tanya Thata.
“Punya jika ada orang yang mau mendonorkan hatinya. Aku pernah bialang sama orang tuaku kalau akumau jadi pendonornya. Tapi orang tuaku melarangnya.”
“Sabar ya Sakti !” hibur Thata.
Kemudian dokter keluar dari ruang UGD.
“Bagaimana dok keadaaan anak saya ? “ tanya papa Sakta pada dokter.
“Putra bapak, dalam keadaan sangat kritis, dia harus segera mendapatkan donor hati jika tidak, umurnya tak akan lama lagi. Saya permisi dulu pak !” jawab dokter.
“Pa, sakta !!” mama sakti tak kuat menahan tangisnya dan menangis dalam pelukan susaminya.
Thata menenangkan Sakti di kursi tunggu. Sakti terlihat sangat terpukul. Malam ini Sakti dan Thata giliran menjaga Sakta. Sakti yang meminta agar papanya memebawa mama pulang kerumah untuk istirahat.
Saat menjaga keadaan kembarannya. Entah mengapa dia begitu ingin kembaranya itu kembali sehat, dia ingat waktu itu Sakta yang menyelamatkan Sakti dari maut. Ketika itu mereka bermain sepeda waktu mereka masih duduk di kelas 3 SD. Saat itu Sakti naik belajar sepeda ke jalan yang lebih luas. Tak disangka ada mobil yang lewat dan hampir menabrak sakti tapi untungnya ada sang kembarannya menolongnya. Saat itu Sakta langsung mendorong Sakti dari sepeda dan Sakta yang tertabrak oleh mobil, Sakti sempat koma di rumah sakit 3 hari, untung sakta bisa bertahan hidup.
Karena kenangan itulah si Sakti berfikir saat ini lah dia harus membalas jasa kembarannya. Dia memutusakan hal terbesar dalam hidupnya. Meskipun orang tuanya melarangnya dan resikonya hidupnya. Dan Sakti mengajak Thata utuk menemiu sang dokter
“Beneran Sakti, kamu mau ngelakuin ini? Aku bakal kehilangan kamu!” ujar Thata dengan sedih.
“Masih ada kembaranku yag siap njaga kamu kayak aku menjagamu Tha, aku sama Sakta itu sama. Kamu jangan sedih aku selalu sayang kamu!” ujar Sakti sebelum ia masuk ke ruang operasi.
Saat yang bersamaan mama dan papa Sakti datang dan betapa mereka tak habis fikir kenapa Sakti berkorban demi Sakta.
“Sakti nitipkan ini buat tante” Thata menyerahkan sepucuk surat.
Ma, pa maaf.. sakti kali ini tak menurut sama mama sama papa. Tapi ini uda keputusan Sakti. Sakti sadar jika mama sama papa sayang sama kita. Tapi ini hidup ma, kalau yang hidup Sakti berarti Sakta yang pergi. Tapi Sakti ingin Sakta yang tetap menjaga mama sama papa, saat ini Sakti ingin membalas kebaikan Sakta ketika Sakta dulu menyelamatkan Sakti dari maut. Maaf ma, pa .. SAKTI SAYANG KALIAN.
Seketika itu mama dan papa Sakti menangis membaca surat dari Sakti. Dan saat itu pula dokter keluar dari ruang operasi. Dan menyatakan operasi berhasil tapi satu yang harus pergi sesuai dengan konsekuensi. Sakti pergi untuk selamanya. Seketika itu tangis pecah diantara mama, papa Thata. Setelah mengurusi pemakaman sakti, mama, papa, dan Thata menuju ke rumah sakit kembali untuk menemui Sakta. Dan menuju ke ruang dimana Sakta di rawat.
“Kamu sudah sadar Sakta? Bagiamana? Apa yang kamu rasakan ?” tanya papa
“Sudah pa, sudah lebih baik dari sebelumnya. Sudah sehat.” Jawab Sakta
“Alhamdulilah, kamu yang banyak istirahat. “Pinta mama
“Kok mama kayak habis nangis? kenapa? oh iya mana si Sakti kok tak terlihat tuh anak batang hidungnya. Sopan ketika kembarannya sembuh dia malah gak datang pasti tuh lagi berdua sama si biola.” cerocos Sakta.
“ Sakti ada di situ Sakta !” kata Thata sambil menunjuk hati Sakta
“Maksudmu Tha ? aku gak paham !” seru Sakta dengan kaget
“Sakti sudah tenang di sana Sakta, sekarang Sakti selalu sama kamu. Dia ada dalam tubuh kamu, di hati kamu.” Jawab papa
“Maksud kalian ? Sakti, Sakti, Sakti yang ndonorin hatinya buat aku ? tanya Sakta dengan tak percaya “
“Iya, Sakta. Ini ada kado buat kamu dari Sakti sewaktu kalian ulang tahun dan ini juga ada kotakan dari Sakti, aku tak boleh membukanya kecuali kamu yang membuka.” Ujar Thata sambil memberikan sebuah kotakan dan kado untuk Sakta
Ketika Sakta membuka, betapa dia bertanya-tanya mengapa Sakti memberikan sebuah nada-nada not dan syair lagu sebuah biola apa yang sakti maksud. Sakta kan cuma bisa melukis bukan main biola. Thata yang melihat kebingungan Sakta kemudian ia berpendapat.
“bagaimana kalau kamu belajar main biola. Mungkin ada sesuatu di sebuah biola itu. Ini aku bawa biola Sakti” pendapat Thata
Saat itu juga sakta mencobanya. Meskipun tak seahli Sakti, Sakta pernah belajar biola dari kembarannya itu walau cuma sedikit. Dari not-not tersebut akhirnya terjawab apa yang dimaksud sakti dengan ini semua.
Sakti ingin sang kembarannya bermain biola, karena biola dan Sakti itu satu, seperti Sakta dan sakti. Biola adalah kata hati dari sakti tempat sakti mencurahkan segala isi hati. Tempat Sakti mengungkapkan rasa sayangnya pada orang yang disayangi termasuk kembaranya si Sakta, ketika si Saktipergi biola lah yang mampu menggantikannya yang bisa menemani si Sakta. Dan sakti tak ingin setelah dia pergi biola itu diam tak ada yang menggunakannya. Karena saat biola dimainkan, biola bisa membawa ketenangan bagi yang memainkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H