Mohon tunggu...
Ismail Wahyudi
Ismail Wahyudi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

SEORANG YANG MENGEJAR MIMPI DAN BERLARI MENDEKATI PINTU KESUKSESAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kertas-kertas Berdarah

13 Februari 2014   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku kembali duduk di teras depan rumah. Mataku tak berkedip. Perlahan aku mulai melihat kekanan dan kekiri. Aku sangat bingung, aku sadar aku adalah anak yang bodoh, aku juga miskin, kerjaanku hanya bermain dengan teman – temanku. Di sekolah aku tak pernah mendapat peringkat sepuluh besar. Tapi setidaknya aku tidak terbodoh diantara ke dua puluh teman – temanku. Aku tidak sendirian. Ada ayah, ibu, dan kakak perempuan bernama kak cintia yang selalu menghiburku. Aku mulai ingat, kak cintia adalah anak yang pintar dan cerdas. Tapi saying, setelah lulus SMP ia sudah putus sekolah. Mungkin karena orang tuaku tak mampu menyekolahkan kami berdua, sehingga kak cintia harus putus dari sekolahnya. Dan aku tetap melanjutkan sekolah ke tingkat SMP.

Saat ini aku duduk di kelas VIII, dan prestasiku belum juga meningkat. Sedangkan kak cintia bekerja sebagai penjahit dan membantu ayah, ibu di sawah.

“ Danil cepat masuk, pisang gorengnya sudah siap.”

Aku tersentak. Ketika aku menoleh, kudapati kak cintia tengah tersenyum dengan membawa piring berisi pisang gorengdi tangannya. Aku tersenyum dan mengangguk, kak cintia adalah kakak yang baik dan selalu memperhatikanku. Walau terkadang aku selalu iri ketika melihat Ibu selalu memujinya. Tak lama kemudian aku menyusul, dan ikut makan pisang goring buatan kak cintia.

“ akhir – akhir ini kulihat kau tak pernah belajar Nil..?” tegur kak cintia. Aku hanya menggeleng dan melempar pandang kea rah pisang goring yang masih berada ditangganku.

“ apa kamu tidak ingin membahagiakan ayah dan ibu…? Mereka sangat mengharapkanmu Nil…!”

Aku masih diam, tak tau harus berkata apa.

“ jangan kawatir , Nil. Nanti malam kakak temani kamu belajar, siapa tau kamu bisa berubah.”

“ Oke kak cintia, nanti malam habis sholat Isya’.” Jawabku pada kak cintia. Hari ini aku sangat senang, kak cintia adalah pahlawan bagiku. Aku selalu kagum padanya. Ia tak pernah putus asa. Ia selalu menghiburku, menemaniku, dan mengajarkan banyak hal padaku. Semoga nanti ia tak sia – sia mengajariku. Dan aku bisa memberikan yang terbaik untuknya.

Allahuakbar…………… Allahuakbar…. Suara adzan iaya’ begitu menggema dalam telingaku. Segera ku ambil air wudhu bersama kak cintia dan kedua orang tuaku. Setelah itu kami berangkat ke masjid di depan rumah, jama’ahnya tidak terlalu banyak, kurang lebih hanya dua puluh orang, maklum saat ini, sholat berja’maah itu sangat sulit dilakukan. Apalagi bagi para remaja, mereka lebih giat nonton TV, dari pada mengaji. Seperti itulah zaman sekarang, lebih condong menuju budaya barat. Sehabis sholat isya’ kami langsung pulang bersama – sama.

“ danil, habis ini kamu belajar sama kak cintia ya…?” pinta ibu padaku.

“ iya buuu, tadi kak cintia udah bilang mau belajar bersama.” Jawabku pada ibu.

“ ayo cepat Nil, ambil bukumu, aku tunggu di ruang tamu.” Sambung kak cintia.

“ iya kak, bentar.” Jawabku sambil berlari menuju kamar untuk mengambil buku. Beberapa detik kemudian aku sudah bersama kak cintia di ruang tamu. Kami belajar MATEMATIKA. Kak cintia sangat pandai dalam pelajaran itu. Bahkan cara menerangkannyapun sangat jelas, sehingga aku merasa senang bisa tahu berbagai macam rumus yang dulunya kukira sulit, menjadi sangat gampang. Tapi, setiap kali kak cintia menanyaiku, aku selalu berlagak malas dan tidak memperhatiakn. Ini semua kulakukan karena kau sengaja ingin memberi kejutan kepada kak cintia. Agar ia menganggapku bodoh dan pemalas, tetapi sebenarnya aku selalu memperhatikannya, dan memahami apa yang dia ajarkan kepadaku. Hari demi hari selalu kulalui, tiap malam aku selalu belajar bersama kak cintia, hingga akhirnya sudah dua bulan aku belajar bersamanya.

----------------*****-----------------

Saat ini adalah hari minggu, dan besok hari senin aku harus menghadapi ujian semester. Maka, nanti malam aku harus serius dalam belajar bersama kak cintia. Tak terasa hari sudah mulai malam, adzan isya’ sudah menggema di udara. Seperti biasa, kami Sekeluarga langsung berangkat ke masjid untuk sholat berjama’ah.

“ danil, nanti habis sholat, kita belajar bersama di rumahmu za……?” sapa nadia sambil duduk di teras masjid.

“ ya, ngak masalah. Tapi usahakan jangan Cuma malam ini saja, kalau bisa tiap malam kita belajar bersama.” Jawabku pada Nadia.

“ okey…….!” Balas Nadia singkat. Aku tersenyummelihat nadia ingin belajar, dia adalah sepupuku yang pandai dalm menyontek, bahkan tiap ujian ia selalu menyontek. Katanya si , ibunya bakal marah kalau melihat hasil RAPORnya jelek.

Tak terasa iqomah telah dikumandangkan, kami semua berbaris rapi memulai sholat isya’. Tak lupa ayahku berdiri didepan menjadi IMAM. Setelah melaksanakan sholat isya’ kami langsung pulang. Tak lupa aku segera berkemas, kuambil beberapa buku pelajaran yang besok akan diujikan. Setelah itu aku berlari menuju ruang tamu untuk belajar bersama kak cintia.

“ tok…tok…tok….. Assalamualaikum.” Terdengar seorang gadis kecil mengetuk pintu.

“ Waalaikumsalam.” Jawab kak cintia sambil membuka pintu.

“ Eh dik nadia, ayo masuk kita belajar bersama….?”

“ iya kak cintia ayo.”

“ tuh danil udah menunggu.”

Beberapa detik kemudian kami sudah berkumpul di ruang tamu. Kak cintia mulai menerangkan dan member beberapa soal latihan. Seperti biasa aku mulai berpura – pura tak memperhatikan. Karena sebenarnya aku sudah mempelajarinya tadi sore, ketika kak cintia sibuk menjahit baju pelanggan. Tiba – tiba kak cintia mengatakan kalau akan memberikan hadiah sebatang coklat bagi siapa yang jawabannya benar dan tercepat. Tanpa banyak piker ternyata aku langsung mengerjakan soal yang tadi diberikan kak cintia .Aku sangat serius, dikarenakan sebatang coklat yang menghipnotisku. Coklat adalah makanan kesukaanku sejak TK. Jadi aku tak mungkin membiarkan coklat itu pergi begitu saja. Lima menit telah berlalu, dan semua soal telah selesai kukerjakan. Kuberikan jawaban soal itu kepada kak cintia, aku berharap jawabanku benar , dan segera mendapatkan sebatang coklat yang menjadi hadiah bagiku.

“ nil, ini benar kerjaanmu sendiri….?” Tanya kak cintia.

“ iya kak, emangnya ada yang salah…?” jawabku sambil kembali bertanya.

“ semuanya benar, tidak ada yang salah.” Jawab kak cintia pelan sambil terus memandangi selembar kertas jawaban yang tadi kuberikan kepadanya.

Tanpa berkata apapun segera kuambil sebatang coklat dari tangan kak cintia. Kubuka bungkusnya, dan akupun mulai memakannya. Sesekali kulihat wajah kak cintia yang seakan tak percaya melihat soal yang kukerjakan benar seratus persen. Disamping kananku tampak Nadia yang serius memandangi soalnya. Tetapi tidak satupun soal yang dijawabnya. Dari sinilah kak cintia mulai sadar, bahwa dari gerak gerikku yang malas dan tidak memperhatikannya. Ia mulai mengetahui kalau aku hanya berpura – pura bodoh dan tak mengerti. Hari itu juga kak cintia merasa sangat senang. Wajahnya sangat cerah, dibalut dengan jilbab warna hijau muda.

Matahari perlahan terbit, beberapa ayam jantan mulai berkokok dengan riangnya. Setelah sholat subuh aku langsung mandi dan memakai seragam berwarna putih biru, hatiku sangat senang. Tidak biasanya aku bangun sepagi ini, karena hampir tiap pagi aku selalu kesiangan, bahkan sholat subuh pun aku selalu sendirian. Ini berkat kak cintia yang selalu memberikan semangat kepadaku.

“ danil ayo masuk, kita makan nasi goring buatanku.” Pinta kak cintia di samping pintu. Segera aku mengangguk dan melangkah menuju ruang tamu. Disana sudah ada ayah, ibu dan kak cintia. Kami pun langsung makan nasi goreng buatan kak cintia yang sangat lezat.

“ nil, kalau kamu nanti dapat peringkat satu. Kak cintia akan belikan sepuluh batang coklat untukmu….!” Kata kak cintia padaku.

“ beneran kak, kak cintia ngak bohong kan…?”

“ iya bener…. Kak cintia janji.”

“ hore……… lihat aja kak, nanti aku pasti peringkat satu.

Hatiku sangat senang, apalagi kak cintia menawari sepuluh batang coklat. Aku tak akan pernah menyia – nyiakannya. Setelah lama bercakap – cakap. Segera aku berpamitan. Kuucapkan salam pertanda aku akan berangkat ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, segera akumemasuki ruangan. Beberapa menit kemudian, “kriiiiiiiiiiing………..” suara bel berbunyi, member isyarat bahwa ujian jam pertama akan segera dimulai. Soal yang akan dibagikan adalah soal Matematika, dan pak joko sudah siap membagikannya. Aku mengerjakan dengan begitu serius, bagiku soal matematika menjadi mudah karena kak cintia selalu mengajariku tiap malam. Empat puluh menit kemudian bel istirahat berbunyi, segera kuserahkan lembar jawabanku pada pak joko, dan langsung bersiap – siap menghadapi soal ujian berikutnya. Sepuluh menit kemudian, bel berbunyi lagi. Menunjukkan ujian jam kedua akan segera dimulai. Kali ini yang menjadi pengawas adalah bu Yusi. Soal pelajaran bahasa Indonesia pun dibagikan. Beberapa soal mulai kubaca, dan ternyata semua yang diajarkan kak cintia sangat bermanfaat. Aku sangat gembira bias menyelesaikannya dengan begitu cepat. Segera kuserahkan lembar jawabanku kepada bu Yusi. Dan aku segera keluar dari ruangan.

Setelah sampai di depan rumah, kulihat kak cintia membawa selembar kertas, entahlah aku tak tau apa isinya.

“ assalamualaikum…” aku mengucapkan salam.

“ waalaikumsalam….” Jawab kak cintia sambil memasukkan kertas yang di pegangnya ke dalam saku. Kami berdua lalu masuk ke dalam rumah bersama – sama. Waktu selalu berputar, seiring bergantinya hari ke hari. Tiap malam aku selalu belajar, dan kini aku tak pernah lagi berpura – pura bodoh di depan kak cintia. Dan tiap pagi aku selalu berangkat ke sekolah untuk mengikuti ujian semester. Tak terasa besok adalah saatnya rapor dibagikan. Bayangan sepuluh batang coklat selalu memenuhi pikiranku.

“ tia , besok yang mengambil rapor adikmu kamu saja ya….?” Pinta ibu pada kak cintia.

“ kenapa bukan ibu atau ayah saja…?” balas kak cintia.

“ ibu dan ayah harus ke sawah, padinya akan segera dipanen.” Jawab ibu singkat.

“ iya bu, insyaalloh.” Balas kak cintia tenang.

Mataku berbinar seketika itu juga, bagaimana tidak. Kak cintia yang mewakili ayah dan ibu untuk mengambil raporku. Aku sangat berharap dalam hati agar besok aku benar – benar mendapat peringkat satu, dan kak cintia akan bangga padaku. Malam ini setelah sholat isya’, aku tak lagi belajar karena memang liburan sudah menanti. Didepanku sudah ada TV, aku dan kak cintia menonton sinetron yang kami sukai. Tak terasa malam makin larut, akupun segera masuk kamar untuk tidur. Sedangkan kak cintia belum tidur. Entahlah apa yang sedang dilakukannya mala mini.

Pagi yang sangat cerah, setelah sholat subuh, aku segera mandi dan bersiap – siap untuk berangkat ke sekolah. Dikarenakan semua murid harus membersihkan lingkungan sekolah terlebih dahulu. Sedangkan pembagian rapor baru akan dimulai pada jam sepuluh tepat.

“ kak cintia aku berangkat dulu yah……………? Assalamualaikum.” Ucapku pada kak cintia.

“Waalaikumsalam, hati – hati di jalan nil. Kak cintia pasti datang.” Balas kak cintia dengan penuh perhatian. Segera ku gayuh sepedaku dan merangkat menuju sekolah, disana kami memulai kerja bakti, dari ruang kelas, taman, sampai halaman sekolah. Semuanya telah bersih dari kotoran. Kami sangat rajin, sehingga pukul Sembilan lebih dua puluh menit semua pekerjaan telah terselesaikan. Kriiiiiiiiiing………….. bel berbunyi menandakan sebentar lagi pertemuan wali murid akan segera dimulai, dan seluruh orang tua akan mengetahui hasil belajar anak – anak mereka di sekolah. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan jam sepuluh tepat, beberapa wali murid mulai berdatangan. Tapi aku tak melihat kak cintia dating. Aku sangat kecewa padanya, padahal ia telah berjanji akan dating. Sepuluh menit kemudian acara sudah dimulai, sedangkan kak cintia belum juga datang ke sekolahku. Aku sangat kesal, hatiku ingin sekali marah padanya, aku merasa dipermainkan. Apakah hanya ini keinginan kak cintia, agar aku giat belajar, berprestasi, dan lain sebagainya…? Aku mulai benci padanya, disaat seperti ini, saat seluruh teman – temanku berkumpul bersama ayah dan ibu mereka untuk mengambil rapor. Aku hanya sendirian, sungguh kak cintia sangat kejam. Aku sangat benci padanya, dalam hatiku aku tak mau lagi melihat wajah kak cintia. Semuanya sudah terlambat…………. Kak cintia tidak mungkin datang, dan dia pasti akan membiarkan aku sendirian disini.

“ danil saputra………” pak sofyan memanggil namaku. Terpaksa dengan wajah melas , aku sendiri yang maju mengambil rapor.

“ nil kamu kenapa..? mana ibumu…?” Tanya pak sofyan.

“ aku baik – baik saja pak, ibu dan ayah sibuk di sawah, tidak bias mengikuti perkumpulan ini.”

“ ya udah, kamu jangan sedih, nih lihat kamu dapat peringkat satu Nil.” Ucap pak sofyan sambil tersenyum.

“Terimakasih pk.” Jawabku singkat.

Segera aku berlari, aku sangat marah pada kak cintia, entah apa yang dilakukannya saat ini hingga ia lupa tidak datang menghadiri perkumpulan di sekolah, aku sangat kesal padanya.

“ kak cintia jahat…………..!” ucapku dalam hati. Aku terus berlari hingga sampai dihalaman sekolah. Tiba – tiba aku melihat selembar kertas terhempas angin di tengah jalan, segera kupungut kertas itu, tampak beberapa bercak darah diantara tulisan yang tersusun begitu rapi, aku mulai membacanya.

Untuk adikku Danil yang sangat aku sayangi.

Danil, kau adalah adikku satu – satunya, yang selalu membawa kebahagiaan bersamaku. Aku ingin engkau menjadi anak yang baik, berbakti dan pintar. Aku tak mau melihatmu memiliki masa depan yang suram, beberapa bulan yang lalu aku sangat senang bias melihatmu belajar, walaupun aku tau kau berpura – pura tak memperhatikan, aku juga bangga melihatmu bias mengerjakan soal – soal yang kuberikan. Sekarang aku yakin kau pasti dapat peringkat pertama, dan kemarin aku sudah membelikanmu sepuluh batang coklat. Semuanya sudah aku siapkan di bawah bajumu dalam lemari.

Danil, aku sangat menyayangimu, maafkan kakak jika selalu membuatmu marah, atau mungkin mengganggu waktumu untuk bermain, aku harap kau mau memaafkan kakak, aku juga sangat senang bias mengambilkan rapormu besok pagi, semoga kau benar – benar mendapatkan peringkat satu.

Satu lagi pesan kak cintia, jangan lupa belajar terus…………………….. biar lebih pintar.

Kakak yang selalu menyayangimu. Kak cintia

Air mataku begitu deras, aku yakin kertas ini milik kak cintia. Tapi kenapa kertas ini bisa ada disini………? dan kenapa ada bercak darah disekitar kertas ini………..? aku sangat bingung, segera kuambil sepedaku. Aku menggayuh begitu cepat. Hingga aku benar – benar berhenti di depan rumah. Kulihat ada banyak orang di rumah ku. Tampak ibuku sedang menangis. Aku mulai melangkah mendekati ibuku, dan sekali lagi mataku mulai berderai air mata, aku tak bisa berkata apa – apa. MAAFKAN DANIL KAK……..! danil tidak marah sama Kakak…… Terimakasih banyak Kak,……. Terima kasih……. Aku mulai sadar, keberhasilan membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, dan sekarang kak cintia telah membuktikannya………. Ya Alloh terimakasih engkau telah memberikan kakak perempuan terbaik dalam hidupku. Walaupun kini ia telah meninggalkanku, sungguh begitu cepat waktu yang ada, ya Alloh sekali lagi aku bersyukur kepadamu………… kak cintia adalh kakak terbaik yang ada dalam hidupku, terimalah dia di sisimu…….. berikanlah tempat terbaik untuknya, maafkan aku Kak….? Aku memang selalu menyusahkanmu, dan tak pernah memberikan yang terbaik untukmu. Selamat tinggal kak cintia, aku adikmu Danil hanya bias berdo’a untukmu.

SEKIAN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun