Tersesat oh tersesat
Astagfirullah
Beberapa dari kita mungkin sudah tidak asing dengan ucapan tersebut. Ucapan yang menjadi tagline kaum pemuda tersesat, kaum yang mengikuti video Youtube kolaborasi Tretanmuslim, Coki Pardede, dan Habib Husein Ja'far. Nama Tretanmuslim dan Coki Pardede sudah tidak asing lagi karena mereka berdua adalah dua orang komika kondang dengan gaya pembawaan dan materi yang cukup nyentrik. Lantas siapa Habib Ja'far? Habib Ja'far atau selengkapnya Habib Husein Ja'far Al-Hadar merupakan ustadz millenial yang terkenal dengan gaya dakwahnya yang nyantai dan pas banget untuk para kaum muda. Selain berkarya melalui  video Youtube, Habib Ja'far juga menuangkan ide dakwahnya yang berfokus pada "Islam Cinta" melalui sebuah buku dengan judul "Tuhan Ada di Hatimu".
Buku ini mengajak pembaca untuk mengenal dakwah islam yang sarat akan nafas cinta, kasih, dan penuh lemah lembut. Alih-alih disampaikan dengan bahasa yang kaku, buku ini menyampaikan konten dakwah dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh kaum muda. Dimulai dengan prolog "Tuhan ada di hatimu", Habib Ja'far mengajak kita untuk melihat hal-hal yang berada di sekitar kita sebagai tanda-tanda kehadiran dan kebesaran-Nya. Bumi ini sejatinya adalah masjid, Â dimanapun kita bersujud dan menyebut nama-Nya di situlah Tuhan berada, tidak terbatas hanya pada bangunan yang kita sebut masjid.Â
Bab selanjutnya akan mengenalkan tentang hijrah, bagaimana muslim yang seharusnya bisa  menyelami sejuknya islam dengan lebih baik, bukan hanya sebatas penampilan luar namun hingga ke dalam pemikiran.  Dalam berhijrah, kita juga dapat menyampaikan kebaikan atau dakwahdengan menggunakan bahasa yang halus tanpa menghujat, mengajak tanpa mencela, sehigga dapat diterima dengan baik. Mengajarkan konsep sunnah Rasulullah kepada kaum muda menjadi lebih muda dipahami. Konsep mengikuti sunnah Rasulullah sendiri bukan konsep yang sekedar membuat kita ke arab-araban namun kita menjadi mengerti bahwa sunnah merupakan bentuk komitmen dan kecintaan kepada Rasulullah.
Buku ini juga mengenalkan bagaimana pembaca harus menumbuhkan akhlak yang baik. Akhlak merupakan output dari proses beragama, atau dapat dibilang sebagai outfit dari agama yang kita anut. Dengan berakhlak yang baik, pandangan non-muslim mengenai islam yang selama ini mereka kenal "keras" akan perlahan membaik dan menjadi agama yang penuh perdamaian, cinta, dan rahmatan lil 'alamin. Beda pendapat antar muslim juga sebenarnya hal wajar, ada dasar pada setiap pendapat yang diambil sebagai dasar hukum. Sayangnya, beberapa masih banyak yang menjadikan perbedaan itu sebagai hal yang harus dihilangkan, menganggap A benar sedangkan B, C, atau D adalah salah. Buku ini mengajarkan pada pembaca bahwa perbedaan itu sebuah keniscayaan, bukan sesuatu yang harus ditakuti atau diperangi. Perbedaan juga menjadi hal yang harus dihargai, bisa jadi A benar sedangkan B, C, D juga benar, sehingga tidak perlu untuk saling menyalahkan dan mengklaim ada yang paling benar dan yang lainnya salah. Begitu pula ketika hendak menasehati, mengajak dengan akhlak yang santun dan bukan paksaan.Â
Buku dengan tebal mencapai 200 halaman ini cukup bisa dinikmati oleh semua kalangan. Bahasa yang santai dan tidak kaku membuat substansi dakwah di dalamnya dapat dirasakan para pembacanya. Poin positif dari Habib Ja'far dalam buku yakni peyampaian konten dakwah dengan kemasan yang ringkas dan dapat dipahami, juga quotes-quotes yang di-highlight menjadikan buku ini cocok untuk pembaca yang suka bikin story IG dengan kutipan pada buku. Satu kutipan menarik yang saya suka pada buku ini adalah Ibadah termulia adlaah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang lain. Cukup sekian review buku kali ini dan jangan lupa untuk meluangkan waktu membaca buku di tengah kegiatan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H