Untuk sebagian orang nama Mandor mungkin sudah sangat sering terdengar. Tapi jika berbicara mengenai kota Mandor, mungkin hanya sebagian dari kita yang sudah mendengarnya. Bahkan sebagian dari kita mungkin tidak mengetahui bahwa dahulu pada masa penjajahan Jepang pernah terjadi suatu peristiwa berdarah yang pernah terjadi di kota Mandor tersebut.Â
Kota Mandor sendiri dulunya merupakan wilayah dari Kabupaten Pontianak, namun kini sudah termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Landak di Provinsi Kalimantan Barat. Pada saat itu Kalimantan Barat telah berhasil dikuasai oleh pasukan Jepang yang berasal dari pasukan ke-29, yang berhasil membuat pasukan Belanda kocar-kacir. Hingga akhirnya pada awal Februari seluruh Kota Kalimantan berhasil dikuasai oleh tentara Jepang.
Setelah berhasil menguasai Kalimantan Barat, termasuk Pontianak, tentara Jepang banyak sekali melakukan penindasan kepada rakyat Kalimantan Barat, hingga banyak dari mereka yang ditindas dan kemudian meninggal. Biasanya yang melakukan penindasan dan penyiksaan tersebut adalah Kempeitai dan Tokkeitai. Model penyiksaan mereka biasanya adalah dengan terapi air dimana mulut para tahanan dimasukkan air melalui selang dan juga penyungkupan. Kebanyakan dari mereka yang menjadi korban adalah dari kalangan feodal, cerdik pandai, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama hingga rakyat jelata.Â
Yang membuat peristiwa ini memilukan adalah para korban tersebut dibantai dengan cara kepala mereka dipenggal hidup-hidup dengan samurai setelah kepala mereka ditutupi dengan sungkup, dan hal ini dibuktikan dengan banyaknya samurai patah di sekitar lokasi pemancungan. Dan kota Mandor sendiri pada saat itu merupakan ladang pembantaian tersebut. Tak terhitung berapa banyak korban yang tewas akibat pembantaian tersebut.
Menurut seorang mantan Kempeitai di daerah tersebut, Yamamoto, mengatakan bahwa jumlah korban pada saat itu mencapai angka sekitar 50.000 orang. Dan sebagian dari mereka yang telah dibunuh tersebut adalah kaum-kaum intelektual dan tokoh-tokoh masyarakat.
Bahkan Sultan Pontianak pun menjadi korban dari peristiwa ini bersama dengan 60 orang kerabatnya. Disini jelas sekali pembantaian yang dilakukan Jepang tersebut sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan. Sebenarnya pembantaian yang dilakukan Jepang di Kalimantan Barat tersebut memang mempunyai suatu maksud.Â
Kalimantan Barat sendiri memiliki lokasi yang strategis dan hanya mempunyai penduduk sekitar satu setengah juta jiwa. Selain itu Kalimantan Barat sendiri mempunyai wilayah yang sangat luas yaitu satu setengah kali luas pulau Jawa ditambah Madura dan Bali. Kalimantan sendiri pada waktu itu akan dijadikan seperti Manchuria dan Korea kedua.
Pada waktu itu di Kalimantan Barat, semua orang yang berumur dua belas tahun ke atas semuanya akan dibunuh habis. Generasi sisanya sampai kanak-kanak akan dididik dengan ala Jepang ditambah dengan orang-orang jepang yang akan didatangkan nantinya sebagai transmigrasi.
Maka jadilah Kalimantan barat lima puluh tahun mendatang sebagai " Jepang yang sebenarnya" dan itu merupakan rencana militer Jepang. Itulah sebabnya mengapa banyak kaum intelektual yang dibunuh pada saat pembantaian di kota Mandor tersebut.
Dan setelah Indonesia merdeka, di tempat dimana peristiwa tersebut terjadi yaitu di daerah Mandor pada tanggal 28 Juni 1944. Dibangun sebuah Monumen perjuangan untuk mengenang para korban pembantaian tersebut, yang diberi nama Monumen Juang Mandor yang diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat pada saat itu Kadarusno tahun 1977.
Semoga sejarah tersebut dapat mengingatkan kita sebagai penerus bangsa untuk tidak lupa dengan darah dan perjuangan para pahlawan kita untuk Kemerdekan Negara Indonesia