Mohon tunggu...
Wahyu
Wahyu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Itu lah hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib

21 Agustus 2023   19:10 Diperbarui: 21 Agustus 2023   19:28 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah Pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib

                               Abstrak

Munir Said Thalib adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan pengacara terkemuka
di Indonesia. Ia dibunuh pada 7 September 2004, saat dalam penerbangan dari Jakarta
ke Amsterdam, dengan cara diracun. Peristiwa ini diberitakan secara luas dan
menimbulkan kontroversi yang signifikan di Indonesia, dengan banyak pihak yang
menuduh pemerintah dan militer terlibat dalam pembunuhan tersebut. Setelah
bertahun-tahun penyelidikan dan kasus pengadilan, beberapa orang dinyatakan
bersalah dan dihukum karena keterlibatan mereka dalam pembunuhan Munir,
meskipun banyak yang masih percaya bahwa ada orang yang belum diadili atas
kejahatan tersebut.
Kata Kunci: Munir, Aktivis HAM, 10 Tahun Munir dan Pembunuhan.

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Media massa hadir di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan untuk
memberitakan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar mereka, maupun yang terjadi
belahan bumi lain. Tidak semua peristiwa layak menjadi berita bagi publik, masing-
masing media massa memiliki pandangan dan standar kelayakan masing-masing atas
peristiwa tersebut. Tidak pula semua kejadian mendapatkan porsi pemberitaan
maupun durasi pemberitaan yang sama. Hanya sedikit kejadian yang dianggap
berdampak luas pada setiap aspek kehidupan masyarakat seperti serangan teroris,
bencana alam, keadaan ekonomi dunia, dan lain-lain yang biasanya mendapat porsi
khusus dan durasi liputan yang panjang (Ishwara, 2005, hal. .53). Kasus pembunuhan
aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib pada tanggal 7 September 2004, 1
merupakan salah satu contoh kejadian yang masih terus mendapat perhatian dari
media massa di Indonesia. Diterbitkannya edisi khusus mengenang 10 tahun
meninggalnya Munir oleh Tempo pada tahun 2014 yang lalu menjadi bukti konkret
pernyataan tersebut.
Seperti yang tertulis di atas, pada tahun 2014 tepatnya tanggal 8 Desember. Tempo
mengeluarkan edisi khusus "10 Tahun Munir" untuk memperingati 10 tahun kasus ini.
Tanggal 8 Desember dipilih oleh Tempo karena bertepatan dengan hari kelahiran
Munir. Edisi khusus ini sendiri disajikan baik dalam bentuk cetak maupun digital di
situs web edisi khusus milik Tempo, yaitu edsus.tempo.co.
Bagian Inti
Munir adalah pendiri organisasi hak asasi manusia bernama KontraS (Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) di Indonesia. Dia dikenal karena kerja
advokasinya atas nama korban pelanggaran hak asasi manusia, termasuk yang
dilakukan oleh militer Indonesia. Pembunuhan Munir secara luas diyakini sebagai
pembunuhan yang ditargetkan yang dimaksudkan untuk membungkam dia dan kerja
advokasinya. Pemerintah Indonesia membentuk Tim Pencari Fakta untuk menyelidiki
kasus tersebut, dan tim tersebut menemukan beberapa orang yang terlibat dalam
pembunuhan tersebut, termasuk seorang pilot yang mengantarkan racun tersebut
kepada Munir di atas pesawat yang ditumpanginya.
Beberapa aktivis terus mengampanyekan keadilan atas kematian Munir, termasuk
KontraS dan janda Munir, yang vokal ingin melihat semua yang bertanggung jawab
diadili. Pada tahun 2018, ada upaya baru untuk mendapatkan laporan lengkap dan
akurat tentang apa yang terjadi pada Munir dan melihat semua yang terlibat diadili.
Namun hingga saat ini, belum semua yang terlibat dalam pembunuhan Munir diadili.
Pembunuhan Munir berdampak signifikan pada masyarakat sipil Indonesia dan
organisasi hak asasi manusia. Kematiannya memicu kemarahan dan protes yang
meluas di seluruh Indonesia, dengan kelompok hak asasi manusia menyerukan
keadilan dan pertanggungjawaban yang lebih besar atas pelanggaran hak asasi
manusia yang dilakukan oleh pemerintah dan militer Indonesia.
Kasus ini juga mendapat perhatian dan kecaman internasional, dengan banyak
pemerintah dan organisasi menyerukan penyelidikan penuh dan transparan atas
pembunuhan tersebut. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Belanda,
menangguhkan hubungan militer dengan Indonesia setelah kematian Munir karena
kekhawatiran atas pelanggaran hak asasi manusia.
Bertahun-tahun sejak pembunuhan Munir, ada beberapa kemajuan yang dicapai
dalam menangani pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Namun, para aktivis
dan organisasi hak asasi manusia terus menghadapi tantangan yang signifikan,
termasuk ancaman, intimidasi, dan kekerasan.
Warisan Munir juga termasuk karyanya atas nama korban pelanggaran hak asasi
manusia selama rezim Suharto, yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998. Dia
dan KontraS berperan penting dalam mengadvokasi keadilan dan reparasi bagi korban
pembersihan anti-komunis pemerintah dan pelanggaran lain yang dilakukan. selama
waktu itu.
Pembunuhan Munir berdampak lama pada gerakan hak asasi manusia di
Indonesia, dengan banyak aktivis dan organisasi terus menghadapi ancaman dan
pelecehan. Namun, kasus ini juga telah membangkitkan gerakan tersebut,
menginspirasi banyak orang untuk melipatgandakan upaya mereka dalam mempromosikan akuntabilitas dan transparansi dalam pemerintahan, dan bekerja untuk mengakhiri impunitas atas pelanggaran hak asasi manusia.

Pada Oktober 2018, Presiden Indonesia Joko Widodo meminta maaf atas
pembunuhan Munir, menggambarkannya sebagai "pelanggaran berat hak asasi
manusia." Dia juga berjanji untuk menyelidiki kasus ini dan membawa semua yang
bertanggung jawab ke pengadilan. Namun, beberapa aktivis dan organisasi hak asasi
manusia tetap skeptis, mengutip kurangnya kemajuan sejauh ini dan pelecehan dan
intimidasi terus-menerus yang dihadapi oleh mereka yang mengadvokasi keadilan.
Pada 2019, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia merilis
laporan yang menyimpulkan bahwa pembunuhan Munir dilakukan sebagai bagian dari
konspirasi yang melibatkan pejabat senior di badan intelijen Indonesia, Badan Intelijen
Nasional (BIN). Laporan tersebut menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab
diadili, dan juga mengkritik pemerintah karena gagal melindungi para pembela hak
asasi manusia dan jurnalis.
Terlepas dari laporan Komnas HAM dan seruan dari organisasi hak asasi manusia
untuk bertindak, perkembangan kasus ini berjalan lambat. Pada Maret 2021,
pemerintah Indonesia mengumumkan telah membentuk tim baru untuk menyelidiki
pembunuhan tersebut, tetapi muncul kekhawatiran tentang komposisi dan
independensi tim tersebut. Beberapa aktivis dan pengamat menyerukan penyelidikan
independen dilakukan oleh badan internasional untuk memastikan penyelidikan
menyeluruh dan tidak memihak.
Pembunuhan Munir tetap menjadi simbol penting bagi para pembela hak asasi
manusia di Indonesia dan sekitarnya, menyoroti risiko dan tantangan yang dihadapi
oleh mereka yang menentang pelanggaran dan ketidakadilan. Ini juga merupakan
pengingat akan pentingnya meminta pertanggungjawaban pemerintah dan pejabat atas
pelanggaran hak asasi manusia, dan perlunya advokasi dan aktivisme yang
berkelanjutan untuk mempromosikan penghormatan yang lebih besar terhadap hak
asasi manusia dan supremasi hukum.
Selain bekerja dengan KontraS, Munir juga menjadi anggota beberapa kelompok dan
organisasi hak asasi manusia lainnya, termasuk Lembaga Bantuan Hukum Jakarta
dan Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia. Dia adalah seorang tokoh
terkemuka dalam gerakan hak asasi manusia di Indonesia dan pembunuhannya
memicu kemarahan yang meluas, baik di dalam negeri maupun internasional.
Komitmen Munir terhadap hak asasi manusia dan keadilan sosial telah
menginspirasi banyak orang di Indonesia dan sekitarnya, dan warisannya terus
membentuk karya para aktivis dan organisasi yang bekerja untuk mempromosikan dan
melindungi hak asasi manusia. Kehidupan dan karyanya telah dirayakan dengan
berbagai cara, termasuk melalui pendirian Munir Foundation, yang bekerja untuk
mempromosikan hak asasi manusia, demokrasi, dan supremasi hukum di Indonesia.
Kesimpulan
Warisan Munir sebagai pembela hak asasi manusia terkemuka terus menginspirasi
orang lain untuk bekerja menuju akuntabilitas dan penghormatan yang lebih besar
terhadap hak asasi manusia di Indonesia dan sekitarnya. Terlepas dari tantangan dan
risiko yang dihadapi para pembela hak asasi manusia di Indonesia dan di tempat lain,
warisan Munir dan orang lain seperti dia berfungsi sebagai pengingat yang kuat akan
pentingnya pekerjaan mereka, dan kekuatan serta ketahanan mereka yang terus
memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bahkan dalam menghadapi kesulitan.
Untuk itu sebagai generasi muda kita harus menerapkan sifat Munir yang berani
membela kebenaran walau menemui risiko dan tantangan yang sulit.

Daftar Pustaka
Mario S Pattiwael
https://media.neliti.com/media/publications/186489-ID-framing-pemberitaan-
kasus-munir-pada-edi.pdf
Tri indrawati, 14 september 2022
Kronologi pembunuhan munir: diracun diudara saat menuju belanda
https://www.kompas.com
Rachel farahdiba regar
18 tahun kematian munir,begini kronologinya pembunuhan aktivis HAM itu dengan
racun arsenik
https://nasional.tempo.com
Fahri zulfikar, 11 september 2022
Sejarah kasus Munir, kronologi dari tahun 2004 hingga 2022
https://www.detik.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun