Di petengahan bulan februari ada segombrolan anak SMA yang terdiri dari 4 orang. Mereka sedang suntuk- suntuknya memikirkan tugas anak kelas 12 yang banyak dan tidak ada habisnya, lalu mereka berfikiran untuk melakukan pendakian tanpa menginap. Jadi, mendaki sehari saja atau biasanya disebut dengan tektok (istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pendakian gunung yang dilakukan dalam waktu singkat, biasanya satu hari tanpa menginap). Lalu teman-teman mencari referensi dimana mereka akan mendaki. Mereka mencari gunung yang bisa untuk pemula, akhirnya merek menemukan yaitu Mt Lorokan dengan ketinggian 1.100 MDPL dengan estimasi perjalanan 1 jam untuk sampai puncak.Singkat cerita, akhirnya mereka ber-empat berangkat di hari sabtu pagi dengan segala persiapannya, perjalanan di mulai dari Sidoarjo menuju basecamp Mt Lorokan yang terletak di Sendi Pacet. Perjalanan sekitar 2jam, tapi mereka melakukannya dengan asyik mengingat bahwa ini pendakian pertama mereka. Lalu, sampailah mereka di basecamp, salah satu diantara mereka mengisi data-data yaitu Nomor Telpon. Nomor KTP, dan Nama Lengkap. Setelah megisi lalu mereka persiapan untuk jalan menuju puncak, sebelum menuju puncak mereka berdoa terlebih dahulu agar perjalanan pagi pagi hari itu lancar. Berdoa sudah selesai, mereka lanjut jalan dari basecamp hingga di pos 1, untuk medan jalannya dari basecamp hingga pos 1 sangat landai maka dari itu Mt Lorokan bisa dikatakan bukit yang bisa didaki oleh pemula. Sebelum pos 1 ada sungai dan air terjun, tetapi kita tidak berhenti karena takut kesiangan di puncaknya.
Setelah berjalan 15 menit mereka sampai di pos 2, lalu mereka lanjut lagi di pos 3 dengan waktu kurang lebih 10 menit, lalu pos 3 hinnga puncak memakan waktu 10 menit. Jadi perjalanan mereka hanya butuh waktu 35 menit lebih cepat dari estimasi perjalanan. Sampailah mereka di puncak, namun pada saat itu musim hujan, jadi pada saat sampai atas kabut, tidak terlihat pemandangan indah. Jika di dunia pendakian bisa dikatakan remidi (jadi kita harus mengulang muncak kembali), tetapi mereka tidak kecewa karena sangat maklum jika musim hujan dipuncak sering kabut, lalu mereka makan bekal yang dibawa masing- masing dari rumah, dan mereka berfoto bersama di puncak.
Singkat cerita, akhirnya mereka memutuskan untuk turun dari puncak karena mereka sangat lelah akibat dari pendaki pemula yang tidak olahraga sebelumnya. Mereka turun dengan hati yang sangat senang, merea merencanakan kemana pendakian selanjutnya. Lalu mereka tiba di pos 2, salah satu dari meraka ada yang terpleset karen salah menggunakan sepatu, mengingat juga sedang musim hujan jadi jalur licin. Tetapi untungnya tidak tejadi cidera lalu bisa lanjut jalan hingga di pos 1, samapai di pos 1 lita istirahat karena di pos 1 ada warung yang menjual aneka mie dan es. Mereka membeli mie ayam karena tiket masuk sekalian bisa ditukarkan di pos 1, mereka menikmati mie ayamnya karena mereka sedang lapar. Setelah makan mi ayam mereka turun, sampai di basecamp hujan pun turun, sudah menunggu lama hujan pun tak kunjung reda. Tepat waktu maghrib pukul 17.00 mereka memutuskan untuk pulang dengan hujan hujan. Cerita pendakian ini sangatlah berkesan dan mereka sampai saat ini gemar mendaki gunung hingga saat ini meskipun personilnya sudah tidak selengkap dulu, karena sudah memiliki kesibukan masing-masin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H