Mohon tunggu...
Wahyu Sri Yulianti
Wahyu Sri Yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z Kritis Membaca

26 Juni 2024   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   14:06 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wahyu sri yulianti

Najwa Shihab menyatakan “bahwa sebagian besar Generasi Z (83%) tidak bisa membedakan informasi fakta dan hoaks. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan Generasi Z yang hanya membaca judul tanpa memverifikasi informasi yang mereka terima”. Lebih lanjut, Najwa menyampaikan survei serupa yang dilakukan oleh Stanford University, yang juga menggambarkan Generasi Z bahkan tidak bisa membedakan antara iklan dan berita, serta fakta dan opini.

Gen Z adalah sebutan bagi orang yang lahir antara akhir tahun 90-an dan awal 2000-an. Media sosial kian populer di awal 2000-an hingga puncaknya saat Gen Z usia remaja. Mereka pun merasakan kemajuan teknologi yang signifikan. Namun, sayangnya, kita telah menyaksikan sebuah tren yang mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir, yaitu turunnya minat baca pada Generasi Z. Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan bahasa dasar dan merupakan bagian dari komunikasi tertulis. Dapat dipahami bahwa pada tingkat awal membaca, proses perubahan ini terjadi pada masa kanak - kanak, terutama pada tahun - tahun awal sekolah. Pengertian transformasi di sini juga mencakup penggunaan huruf sebagai simbol bunyi bahasa. Jika perubahan – perubahan dikelola secara ketat, penekanannya adalah pada pemahaman bacaan.

Kurangnya keterampilan kritis dalam membaca Generasi Z menjadi tantangan kritis sebab melibatkan kemampuan untuk menganalisis, dan menilai informasi. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor kurangnya pemanfaatan literasi membaca dalam jurnal Sosial Dan Humaniora. Altoviah Nuha Belvar, dkk (2024) Literasi membaca adalah kemampuan memahami gagasan yang dibaca, bukan hanya mampu membaca suatu teks secara fisik tanpa memahami makna atau substansinya. Konteks mengacu pada informasi dalam bacaan yang memperjelas makna suatu kata atau kata dan frasa dari bacaan. 

Kata atau kalimat yang muncul sebelum atau sesudah kata atau frasa yang tidak kita pahami mungkin dianggap konteks. Kita dapat menyimpulkan arti kata dan frasa yang asing atau asing dengan mempertimbangkan konteksnya. Dan juga disleksia, yang merupakan bentuk gangguan belajar, mencakup kesulitan dalam membedakan kata - kata tunggal dari kelompok kata dan kesulitan memisahkan bagian kata (fonemis) dalam setiap kata. Gangguan membaca merujuk pada ketidakmampuan berkembang dalam mengenali kata-kata dan memahami bacaan.

Memerangi kurangnya minat membaca dapat dilakukan dengan beberapa cara praktis, jika dilihat dari keadaan Generasi Z di kehidupan saat ini, hal tersebut dapat melalui beberapa hal seperti menumbuhkan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, pendidikan, dan keadaan minat membaca, penyediaan bahan bacaan, pemilihan bahan bacaan yang berkualitas, pengembangan kebiasaan membaca secara teratur atau berkesinambungan, perbaikan sarana prasarana literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun