[sebuah perjalanan menuju cinta]
Berbicara cinta takkan pernah ada habisnya, dari cinta dalam maknanya yang sakral sampai makna cinta yang seolah barang obral.
Sejatinya cinta adalah “suatu keadaan hati”, sebagai hasil dari sebuah proses perjalanan cinta. Witing trisno jalaran soko kulino…[datangnya cinta berasal dari kebiasaan, kulino: sesuatu yang sering], begitulah menurut budaya jawa yang saya tahu.
Jangan pernah filosofi ini disempitkan maknanya hanya sekedar untuk cinta antara laki-laki-perempuan [apalagi disimpulkan sebagai proses pacaran] an sich, memang tidak salah, tapi naïf.
Filosofi ini sebenarnya adalah sebuah nasihat pendidikan jiwa, agar kita tekun, bahagia, dan menikmati dalam melakukan suatu pekerjaan[yang baik-baik].
Awalnya mungkin terpaksa, belum biasa, sulit, nggak mungkin, nggak bisa, nyerah deh..dsb. Tetapi ujungnya bahagia, ketagihan, membutuhkan, karena kita telah “jatuh cinta”.Sehingga akhirnya terikat, terkristalisasi…karena cinta.
Perjalanan ini sebenarnya sedang kita tempuh, diantara kita ada yang sudah sampai, baru memulai, ataupun menempuh setengah perjalanan, karena semua kita membutuhkan cinta.
Berbicara tentang cinta…,ingat waktu dulu di Al Ghifari, Mas Nain menyampaikan penggalan ayat dalam surat Al Baqarah “…walladzina amanu asyaddu hubballillah…” bahwa orang-orang yang beriman sangat cintanya pada Allah SWT. Ternyata cinta adalah derivat dari iman, artinya mereka yang benar imannya akan memiliki cinta yang suci, jujur, tulus, dan sangat.
Cinta yang suci, jujur, tulus, dan sangat…, bukan cinta pura-pura. Subhanallah!
Guruku ngaji di kampung dulu pernah bercerita tentang seorang sufi. Suatu hari, sufi itu pernah ditanya “apakah engkau mencintai Allah?”, sufi itu diam tak menjawab sepatah kata pun. Akhirnya sang sufi itu menjelaskan, bahwa ketika ditanya “apakah engkau mencintai Allah?”, maka ia diam karena kalo menjawab “Ya”, ia takut berdusta, sedang kalo menjawab “Tidak” maka berarti kafir [jangan tanyakan keshahihan kisah ini pada saya, karena saya tak akan bisa menjawabnya, hikmah kisah ini mengajarkan sebuah kejujuran].
Witing trisno jalaran soko kulino… filosofi ini harus ditempatkan disini, bahwa cinta adalah derivat dari iman. Karena semua yang kita lakukan harus berawal dari sini, agar tak sia-sia, agar kita bahagia.
adalah perjalanan hati…
menempuh jalan menuju Sang Tercinta
takkan bahagia bagi yang mendua
dusta atau pun ragu
adalah perjalanan hati…
kan pasti menemui jalan terjal
jalan menyimpang
selalu ada ujian…
agar cinta teruji
terarah istiqomah di jalan yang lurus
Rabbi…
jadikan aku pecinta Mu yang jujur
dekatkan aku pada cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H