Mohon tunggu...
wahyu arifin arifin
wahyu arifin arifin Mohon Tunggu... -

Bekerja sebagai konsultan pertanian khususnya dalam penggunaan obat-obatan, herbisida, fungisida maupun insektisida

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Tinggal Hongkong

4 Desember 2013   14:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tugas terbesar anak adalah menyatukan kedua orang tuanya kembali.Ucapan pa Rusli ini membuat  Heru benar-benar  tersentak.Di usianya yang ke dua puluh ini sungguh buta pemahamannya tentang cinta dan tujuan berkeluarga namun keadaan memaksanya memahami pengertian itu hingga keintinya.Bagaikan the hero ia mengambil semua kesempatan bersama ibunya untuk shearing tentang rencana keluarga Iwan Gunadi ini ke depan!

“Maafkan bapak bu..”pinta Heru pada  ibunya.

“Bapak sendiri tidak pernah meminta maaf pada ibu, ia menyuruh ibu pergi dan tidak pernah minta kembali!” balas bundanya

“Bapak hanya tidak tahu cara menyampaikan bu, dia sangat manut sama ibu!” pinta Heru lagi.

“Kalau harus  memaafkan jelas tidak, tapi kalau hanya sekedar bertemu bapakmu demi menyenangkan hatimu ibu mau!” jawab bundanya pasrah.

Betapa girang hati Heru, kesempatan langka itu telah menemukan momennya . Bayangkan ibu hanya pulang dua bahkan tiga tahun sekali, sementara masalahnya dengan bapak berlarut-larut tidak pernah terselesaikan tergerus oleh sempitnya waktu pertemuan dan lamanya perpisahan.

Memang jarak Hongkong dengan Surabaya tidak jauh, hanya tiga jam perjalanan sudan sampai, namun bukan itu masalahnya, ibu hanya seorang TKW di Hongkong dan ijin pulang hanya setahun sekali dan kalau lagi tidak terlalu perlu bahkan ibu menunda kepulangannya hingga akhirnya menjadi dua atau tiga tahun baru pulang ke Surabaya.

Sungguh unik , pikir Heru,ibu sejak belum menikah dengan Bapak sudah biasa bekerja sebagai TKW di Hongkong,  setelah menikah dan melahirkan anak kerja lagi ke Hongkong.Heru tumbuh besar dengan kakek dan neneknya.

Pa Iwan Gunadi tentu tahu akar persoalannya, yaitu uang!Kalau aku kaya tentu Ibumu tidak akan pergi lagi ke Hongkong hibur ayahnya waktu itu.Dan benar saja,ayah membuktikan semua ucapannya. Ia bekerja apa saja. Menjadi petani di pagi hari, siang menjadi tukang ojek dan malam menjadi petugas ronda. Tidak puas dengan hasil yang ada ia terbujuk teman-temannya mencari pesugihan di gunung Kawi dan tempat keramat lainnya. Tidak berhasil ia coba peruntungan dengan  bermain  judi. Sampai akhirnya ia sadar bahwa Heru telah tumbuh besar, umurnya sudah 20 tahunan, tapi ia tidak memberikan apa-apa pada keluarganya.Tidak ada harta. Tidak ada kekayaan dan sudah hampir tujuh tahun berpisah dengan istrinya.

-0-

“Ini tidak terlambat pa, usia Bapak baru 40-an dan usia ibu 35.Kita  bisa bangun keluarga bahagia lagi saat ini.” Bincang  Heru mengenai rencana pertemuan dengan Ibunya.”Aku tidak punya siapa-siapa lagi Pa..Kakek dan Nenek sudah tidak ada lagi, aku hanya punya Bapak dan Ibu saja.Sebagai mana Bapak dan Ibu tidak punya siapa-siapa kecuali Aku!” pinta Heru lirih..

Agak lama terdiam pa Iwan Gunadi.Ia tidak pernah terpikir lagi istrinya sejak bertahun-tahun silam. Cinta yang bergelora itu tersumbat oleh kenyataan, dan perlahan menjauhkannya dari kehangatan cinta itu.Hari demi hari menjadi asing, dan  akhirnya terlupakan.

“Ibu masih mencintai Bapak!” kata Heru memecah kehening.

Agak gugup Pa Iwan mendengan ucapan Heru. Kata cinta saja telah sekian lama ia tidak mendengarnya, tapi hari ia melihat  ada getaran yang tulus dari suara Heru anaknya.

“Benarkah?” tanyanya berbinar

“Ya !”jawab Heru berbinar pula”Ibu masih mencintai Bapak!” tambah Heru bersemangat.

Hanya beberapa detik kegembiraan itu, tiba-tiba pa Iwan tenggelam lagi dalam  lamunannya.”Aku kenal Ibumu.pikirnya dalam hati.

“Kapan ia pulang dari Hongkong?” Tanya pa Iwan di sela lamunannya.

“Sudah beberapa hari, Pa, setelah ziarah ke Malang  beberapa hari, baru ketemu kita.”

“Kita?  kau maksudnya!”

“Kita Pa..”tegas Heru pada Bapaknya.

-0-

“Tidak akan berhasil!”bisik  pa Iwan pada Heru di sela-sela coffe break pada pertemuan penting itu.

“Semangat Pak!” balas Iwan sembari menuangkan secangkir kopi dan pisang goring kesengan pa Iwan, lalu ia pun beranjak menemui Ibunya di ruang tengah.

“Bapakmu tidak berubah!” kata ibunya dengan mata setengah melotot.

“Bapak itu orangnya pendiam bu, kudu sabar!”

“Pendiam atau bodoh!”

“Bapak bodoh tapi setia!”

“aku ndak mau lagi duduk berjam-jam dengan  Bapakmu kalau hanya diam seribu basa!”

“Kita coba di sesi kedua ini bu, kalau tidak Bapak, cobalah Ibu yang memulai sepatah dua patah kata, mudahan ada jalan” kata Heru penuh harap.Sambil mempersilahkan ibunya untuk melanjutkan pertemuan dengan bapaknya.

-0-

Detik-detik  penting ini tidak boleh ada yang sia-sia pikir Heru.Mulailah ia mebuka suasana itu dengan beberapa lagu kenangan.Sayup-sayup  terdengar, ada sedikit reaksi, Ibu lebih santai dan Bapak  sudah mulai menggoyang-goyangkan kakinya.

Untuk lebih hangat lagi Heru mulai menyajikan  berbagai menu makanan kesukaan bapak dan ibunya. Sedikit demi sedikit suasana mulai terasa ramai oleh suara keripik, kacang goreng, melinju, kerupuk udang, amplang tenggiri, dan lain-lain.Dan tanpa terasa tangan Bapak denga Ibu mulai saling beradu  di atas tumpukan menu murah meriah itu.

Dan betapa dahsyatnya, sentuhan lembut itu membongkar semua batu karang  kebencian dan kekakuan selama bertahun- tahun. Kerinduan terdalam itu menyeruak  tanpa ampun.Ingatan cinta itu mengalir bagai air bah yang menepiskan semua persangkaan.

“Maafkan aku selama ini”, bisik pa Iwan pada istrinya

Tidak ada jawaban, kini istrinya bungkam seri basa, hanya saja dari kejauhan Heru melihat  Bapak begitu eratnya mendekap ibu dengan sedusedannya….

Selamat tinggal Hongkong pekik Heru dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun