Ini adalah pagi yang paling indah bagi Purnama dan keluarganya.Hasratnya untuk memiliki sebuah bajaj tercapai sudah. Setidaknya ia tidak akan kepanasan bila harus mengantar penumpang ke terminal induk atau tidak akan kehujanan bila harus mengantar langganan ke pasar Senen.
Berkat bantuan Pak Anwar teman ayahnya dulu, ia dapat kemudahan mengambil kredit motor Bajaj 4 tak yang ramah lingkungan saat ini.Dengan penghasilan 3 juta sebulan ia yakin dapat mencicil angsuran bulanannya hingga tiga tahun ke depan.
“Inilah cinta yang dapat ku persembahkan buat mu”, bisik Purnama pada Nani, istrinya
“Kalau pak Habibie mempersembahkan Pesawat buat istrinya, aku sudah cukup bahagia dengan Bajaj ini mas..”jawab Nani berusaha membesarkan hati Purnama.
“Bukan pesawat atau Bajaj ini, namun cinta yang besar itulah kekuatannya!” tegas Purnama pada istrinya.
Sendagurau di pagi yang cerah itu masih berlanjut.Kini bukan saja soal Bajaj saja, keluarga kecil ini juga merencanaka punya sebuah rumah mungil nan asri, biar si kecil nantinya bisa tumbuh besar tanpa hidup berdesak-desakan dirumah sewaan.Bahkan Nani istrinya akan membuka catering kecil-kecilan bila beban angsuran sudah lunas.
“Bagusnya anak kita nantinya bercita-cita menjadi apa Pa..?”Tanya Nani datar sambil menikmati nasi goring buatannya.
“Entahlah, sepertinya jangan seperti Ayahnya ini, jadi supir Bajaj!Anakmu nanti harus sekolah tinggi, harus seperti Pak Habibie, sekolah keluar negri, pulang membangun bangsanya dan berkarya tiada hentinya!” jawab Purnama bersemangat.
“bagaimana kalau dia ingin jadi presiden?!” Tanya Nani serus
“Wong cilik kok mau jadi penguasa, gak usah ah, yang lain aja!” jawab Purnama tenang
“Tapi kalau ia tetap ngotot ingin jadi presiden Pa?” desak Nani lagi
“Sudahlah, nanti kita tanya saja sama si kecil , mau jadi apa dia, yang penting jangan jadi supir Bajaj seperti ayahnya” jawab Purnama sembari menghirup kopi terakhirnya.
Pagi itu sendagurau ditutup dengan doa bersama dan ciuman mesra di kening sang istri
“Aku berangkat Nani..” pamit Purnama pada istrinya.
Detik berjalan tiada henti. Dari waktu ke waktu mengurai realitas, membuka jalan bagi titian sejarah dan peradaban. Purnama berangkat mengejar rezeki untuk istri tercinta yang sedang hamil 7 bulan. Lihatlah senyum istrinya penuh harap dan cinta berdesakan antara kerumunan nasib yang entah darimana ujung pangkalnya.
-0-
Hari ini seperti biasanya di istana kepresidenan sedang ada acara ulang tahun . Namun kali ini sungguh beda, hari ini ulang tahun cucu pak Aim, badud istana yang biasa menghibur anak-anak mentri atau cucu-cucu pejabat tinggi Negara bila sedang ada rapat penting di istana kepresidenan.Sungguh tidak menyangka pa Aim, ulang tahun cucunya dirayakan secara mendadak dan penuh kejutan.
Pa Aim memang tidak punya cucu balita , namun Tias adalah cucu satu-satunya yang sangat menghibur pak Aim. Tias selalu ada di sisi pa Aim sudah 10 tahun yang lalu, tepatnya sejak berusia 7 tahun . karna itulah tidak heran lingkungan istana mengenal baik Tias yang kini berusia 17 tahun. Remaja ini tumbuh pesat dilingkungan istana bahkan oleh Bapak Presiden sudah di anggap seperti cucu sendiri.Tidak banyak orang yang seberuntung Tias bisa masuk lingkungan istana berkat koneksi kakeknya dan menjadi keluarga besar Bapak Presiden.
“Selamat ya Tias, semoga panjang umur dan tercapai cita-cita mu” kata beberapa teman selingkunga n istana.
Ada setumpuk kado dengan ukuran variatif dari sebesar tv 21 inc hingga sekecil kotak korek api.Ini pasti hadiah mahal semua.Namun kali ini yangmenjadi perhatian adalah kado dari pa Aim.
“kakek member aku kado?” Tanya Tias sambil memeluk kakek kesayangannya ini
“Bukan, ini dari Bapak!, beliau masih di luar negri..” balas pa Aim
“apa ini kek?”
“Entahlah, buka sendiri!” jawab pak Ain senang.
“Wow kunci mobil kek!” kata Tias setengah berteriak, dan semua undangan yang hadir bertepuk tangan tanda ucapan selamat atas hadiah istimewa dari orang yang paling istimewa.
“Sudah punya SIM?” Tanya pa Aim ringan
“:Belum kek, nanti ku urus” jawab Tias sambil melirik ke pa Imam orang Mabes.
Acara di istana keprsidenan berlangsung meriah dan menghibur.Hingga malam menjelang. Kemeriahan pesta ulang tahun disela beberapa keputusan penting soal subsidi bbm buat rakyat dan dukungan buat anggran militer.
-0-
Malam itu Purnama dapat rezeki banyak sekali, Ia tidak menyangka ia dapat hampir seperempat setoran bulanannya.Tapi ini sudah larut malam dan ia harus segera pulang, istrinya pasti menunggu dengan rindu tiada tara.Namun dipertigaan jalan Jenral Sudirman ia melihat sebuah mobil terombang ambing tidak tentu arah. Ia menghentikan Bajajnya berharap terhindar dari amukan mobil itu, namun ia berada pada titik akhir ikhtiarnya, kemudian takdir merajut satu demi satu alasan kematiannya.
-0-
Nani berteriak histeris.
Ia tolak permintaan maaf keluarga yang menabrak suaminya, ia juga menolak ganti rugi dalam bentuk uang pengganti maupun jaminan kehidupannya dan anak yang di kandungnya.Bahkan dia telah begitu naïf merobek-robek uang pemberian keluarga pemilik mobil baru itu.
Anehnya ia seperti melolong sendiri, tanpa liputan media baik elektronik maupun koran,
Ia bahkan diseret kepengadilan atas tuduhan menolak permintaan maaf!!
Dalam teriakannya yang hampir menghilang ia memanggil Purnama , suaminya, Ia berbisik seolah Purnama ada di sisinya”selamat atas keabadian yang kau dapatkan, tapi tolonglah aku sejenak saja atas ketidak adilan ini ….”
Sekali lagi Nani berteriak histeris…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H