Mohon tunggu...
wahyu arifin arifin
wahyu arifin arifin Mohon Tunggu... -

Bekerja sebagai konsultan pertanian khususnya dalam penggunaan obat-obatan, herbisida, fungisida maupun insektisida

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Pilar di Lantai II

9 Desember 2013   19:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baker adalah mantan seorang mahasiswa S2 jurusan Ilmu Sosial dan Politik.Sebagai seorang pengamat politik dan dosen pada sebuah perguruan Tinggi Negeri ia pasti berkecukupan, apalagi seminar demi seminar membuat nya menjadimapan secara ekonomi.

Pergaulannya pun semakin meluas dan tak terbatas pada lingkungan kampus saja. Itu pula yang membuatnya semakin dekat dengan elit penguasa dan partai politik.

Pada hari harlah sebuah partai besar ia di undang menjadi pembicaramengenai masa depan sebuah partai politik di Indonesia, cara pandang dan sikap nasionalisnya mendapat pujian dari banyak kalangan partai tersebut.Terlebih lagi ketua Umum juga hadir pada kesempatan itu.Hanya selang beberapa menitsetelah memberikan pandangan politiknya, Baker sudah duduk berdampingan dengan ketua umum.Sekilas mereka terlihat akrab, sesekali tersungging senyuman dan sesekali terlihat tawa berderai dari keduanya.

Dalam tahun pertamanya berkenalan dengan Ketua Umum tidak ada perubahan siknifikan pada agenda Baker, semua berjalan seperti biasanya.Namun pada tahun kedua, ia diundang ke Jakartaataspermintaan Ketua Umum.Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakannya, dan hasilnya Baker dan keluarga harus pindah ke Jakarta untuk menjadi pengurus partai di tingkat DPP. Tentu saja semua koleganya menyambut baik kesemtan tersebut.

Hari-hari Baker dipenuhi dengan kesibukan demi kesibukan. Pada suatu kesempatan ia merenungi keberuntungannya, ia bersyukur karna waktu kuliah ikut menjadi aktivis kampus,sehinggaketika berkarir di partai politik tidak kaku lagi. Ia masih ingat bagaimana proses pemilihanketua BEM fakultas , dengan mudahnya ia menjatuhkan lawan-lawannya. Hanya dengan satuisu saja waktu itu yaitu perubahan! Semua suara berpaling dengannya dan hasilnya kemudian isu perubahan itu benar-benar menjadi isu universitas. Siapa saja yang membawa isu perubahan maka sudah dapat dipastikan dia akan mendapat suara terbanyak pada pemilihan BEM .Karna itulah buat Baker, politik adalah hal sederhana dan mudah baginya. Berpolitik baginyatidak ubahnya seperti mengendarai mobil,kalau sudah tahu cara menjalankannya tentu tidak sulitapalagi dijalan yang beraspal..

Ini bukan keajaiban pikirnya mensikapi perubahan pada hidupnya,ini tentu hasil kerja keras dan doa orang tua. Baker benar , tidak ada yang menyangkal ia seorang yang rajin belajar. Sejak SMUselalu rengking satu, dan di kampus ia selalu mengambil SKS paling banyak, itu artinya perolehannilainya rata-rata A dan paling sial B.

Semua teman sekampusnya juga tahu, ia kutu buku, hampir saja perpustakaan di kampus menjadi rumah keduanya. Sebagian orang menduga Baker paling banter hanya menjadi dosen saja, dan paling jauh analis politik lah.., namunsi kutu buku itu kini telah menjadi orang penting disebuah partai, si mantan ketua BEM itu kini sudah mulai berbicara politik sebagai pelaku politik, tidak lagi sebagai analis politik.

Namun ada satu hal yang siknifikan pada diri Baker sejak menjadi orang paling penting di partai tersebut.yaitupenampilannya tidak lagi lusuh. Ia tampil sangat rapi dan simpatik.Rambut bersisir rapi dan mengkilat. Ini pencerahan besar bagi penampilan Baker, dan semua terpesona pada penampilan dan senyum sipatiknya.

Dulu teman temannya menganggap Baker paling lusuh dan urakan dari segi penampilan. Rambut tak terurus, baju gak sempat disetrika, dan yang palingnampak diabiasa pakai baju untuk tiga hari.Tapi itu dulu disaat pencarian idialisme dan jaditi dirinya, kini sejak jadi orang yang sangat penting dipartaibanyak perubahan besar terjadi.TiIdak ada yang tahu maksud Baker. Namunbagi beberapa teman lamanya Baker telah menemukan identitasnyadikepartaian.

Banar saja, semua waktunya habis di partai tersebut. Hampir saja ia tidak tidur dirumah, kalau tidak di kantor maka ia tidur di hotel tempatnya rapat, seminar dan temu kader.Bakertelah menjadi politisi sejati!

Suatu hari limaorang sahabat dekatnya datang kekantornyadengan maksud reuni dadakan.Denganwaktu dan kesempatan yang terbatas inikelima sahabatnya itu tidak ingin kehilangan momentumnya, tentu saja mereka tidak ingin Bakerbernasib buruk seperti beberapa elit partai yang terjebak dengan kekuasaan kemudian tertangkap tangan oleh KPK.

“Aku rekomendasikan kalian menjadi calek diwilayah masing-masing” kata Baker setelah berkangen kangenan.

“Substansinya bukan soal itu kami kemari!” jawab salah satu sahabatnya

“Tentu saja bukan, namun sayangkan , kalau penawaranku diabaikan. Partai ini berkuasa dan banyak mimpi kita kan terwujud dengan cara ini!” jelas Baker tenang.

“Maaf Baker, sebegitu sederhanakesimpulanmu, lalu apa maksudnya kau berlama-lama di perpustakaan dan berkacamata tebal?” Tanya sahabatnya yang lain

“Pengetahuan!” jawab Bakar telak

“hanya itu?”

“Aku telah mengetahui dua hal penting dalam hidupku yaitu Pengetahuan dan Kekuasaan!”

“Baker?!” kata sahabatnya serentak

Karna tidak ada kesepakatan apapun, sahabatnyanya pun pamit dan mengundurkan diri.

“Hubungi aku jika kalian berubah pikiran”. Teriak Bakar pada sahabat-sahabatnya .

Walhasil, waktupun berlalu begitu cepat dan Baker menjadi sangat sukses dipartai tersebut.Kantor mewah, mobil mewah, rumah mewah dan acara partai yang selalu mewah membuat banyak generasi muda terpesona ingin seperti Baker.Muda, sukses, kaya dan berkuasa.

Namun ada satu hal yang Baker lupa, bahwa hampir satu gerbong pengurus elit di partainya telah dijamah KPK, hanya tinggal dia saja yang belum bersama Ketua Umumnya.Mengetahui kondisi ini Baker begegas menemui Ketua Umum yang sedang dudukdiruang kerjanya, namun sayang ruang kerja Ketum terkunci rapat, padahal Baker yakinpa Ketum pasti ada diruang tersebut.

Lalu ia menuju ruang sekertaris pribadinya, juga terkunci rapat, ia berlari-lari mencari orang-orang yang selama ini berbagi dengannya , bahkan teruntungkan dengan keberadaannya, kiniruangannya juga terknci.

Hampir saja Baker pingsan akibat menyusuri ruang kerja koleganya.Namun hasilnya nihil.Sungguh ia tidak percaya kalau ini masih di kantornya.Pelan namun pasti derap sepatu petugas KPK itu mulai terdengarpasti. Hanya tinggal satu lantai lagi ia akan berhadapan muka dengan KPK.

Ini sunggu sulit pikirnya, terjun kelantai bawahatau menyerah begitu saja? Tekanan yang begitu berat ini seolah-olah membuatnya ingin masuk ke lorong waktu, menjadi orang yang tidak terkenal, jauh dari kemapanan, hiduptenang dan bahagia bersama anak dan istri. Namun itu seperti mimpi .Kembali kewaktu yang lalu hanya ada dalam dongengsaja!

Baker duduk tersandar diantara dua pilar besar, ia berusha menghubungi salah satu sahabatnya, namun tidak berhasil, namun tanpa sengajaia melihat sebuah smsdari sahabatnyayang belumsempat dibukanyabeberapa hari yang lalu isinya sederhana “tidak cukup pengetahuan dan kekuasaan, harus ada iman sebagai pilar ketigauntuk mencapai kesempurnaan hidup”

“Selamat siang Pa!” suara dari tim KPK menyeruak dilantaidua dimana Baker duduk dan tersandarlemah di antara dua pilar besar kantor partai, dimana ia berkarir selama ini…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun