Terlepas dari apapun penyebab putusnya hubungan cinta, kamu akan mengalami reaksi biologis seperti jantung berdegup kencang, gemetar, pusing, sakit perut. Bahkan ada istilah sindrom patah hati. Sindroma patah hati dalam psikologi cinta, juga disebut kardiomiopati akibat stres atau kardiomiopati takotsubo, dapat menyerang bahkan jika Kamu sehat.
Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk mengalami nyeri dada yang tiba-tiba dan intens – reaksi terhadap lonjakan hormon stres – yang dapat disebabkan oleh peristiwa yang membuat stres secara emosional. Bisa jadi kematian orang yang dicintai atau bahkan perceraian, perpisahan atau perpisahan fisik, pengkhianatan atau penolakan romantik. Hal ini sesuai dengan penelitian Field et al (2009) bahwa stres pada wanita lebih besar dibandingkan dengan pria setelah berpisah.
Pembahasan
Tahapan Dalam Kesedihan, Seorang Psikiater sekaligus penulis buku On Death and Dying (1969), Dr. Elisabeth Kübler-Ross, mengembangkan sebuah teori yang dikenal dengan 5 Tahapan Dukacita (The 5 Stages of Grief). Teori ini bermula dari tahapan yang dirasakan ketika kehilangan seseorang karena kematian yang kemudian dikembangan menjadi tahapan yang akan dialami seseorang karena perpisahan.
Penyangkalan (Denial), Adalah tahapan yang normal atau wajar ketika seseorang menyangkal bahwa suatu kejadian buruk yang ia alami bukanlah hal yang seharusnya terjadi. Tahapan ini bisa dikatakan sebagai bentuk pertahanan diri sementara yang cukup “membantu” untuk mengurangi rasa sakit dan meredam emosi.
Marah (Anger), Jika denial merupakan cara yang dilakukan otak untuk melindungi diri, maka marah merupakan pelampiasan emosi dan tahapan lanjutan dari Denial. Ketika diawal kejadian putus cinta atau kegagalan cinta Anda masih berusaha menyangkal dan tidak dapat menerimanya. Tapi perlahan Anda mulai menyadari yang terjadi dan mulai muncul rasa marah sebagai bentuk pelampiasan kesedihan. Rasa marah tersebut bahkan secara tidak sadar dapat Anda luapkan kepada orang sekitar dan Anda pun menjadi lebih sensitif.
Tawar-menawar (Bergaining), elah dengan amarah yang menggebu-gebu lalu menggantinya dengan strategi lain, yakni berkompromi dengan realita yang terjadi untuk membuat perasaan lebih ringan. Dari perspektif psikologi wanita putus cinta, wajar jika merasa begitu putus asa sehingga rela melakukan apa saja untuk mengurangi atau meminimalkan rasa sakit. Ada banyak cara yang dicoba salah satunya yakni menawar. Bentuk menawar biasanya merupakan perjanjian dengan Tuhan, seperti “Tuhan, jika saya bisa bersamanya lagi, saya akan mengubah hidup saya”.
Ketika tawar-menawar mulai terjadi, kamu merasa tidak berdaya maka akan melakukan permintaan ke kekuatan yang lebih tinggi (Yang Maha Berkuasa). Kamu menyadari tidak ada yang dapat kamu lakukan untuk merubah hasil yang lebih baik. Saat tawar-menawar, kamu cenderung merasa bersalah atau menyesal. Kamu mengingat kembali kesalahanmu di masa lalu, mungkin kamu mengatakan hal-hal yang tidak kamu maksudkan. Kamu berasumsi jika saja kamu melakukan hal yang berbeda pada waktu itu, kamu tidak akan merasakan kesakitan ini, seperti “hal ini tidak akan terjadi jika saja aku melakukan… “.
Kamu bersedia melakukan apa saja untuk memperbaiki kesalahanmu, termasuk kamu akan menjadi yang lebih baik agar dapat bersama kembali. Pikiran tanpa mantan begitu tidak tertahankan sehingga kamu berusaha menghilangkan rasa sakit itu dengan memenangkannya kembali, dengan cara apa pun. Seolah-olah semua tanggung jawab ada pada dirimu saja untuk membuatnya berhasil kali ini. Tentu saja, hal ini tidaklah logis. Tawar-menawar hanya dapat mengalihkan perhatian dalam waktu singkat dari perasaan kehilangan. Bertindak seperti manusia super untuk menyelamatkan hubungan secara terus-menerus itu hanyalah ilusi.
Depresi, Kamu mulai menyadari bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hubungan. Pada tahap psikologi wanita setelah putus cinta ini, kamu merasa sulit makan, sulit memusatkan perhatian, sulit tidur, dan menghindari situasi yang tidak nyaman. Kamu mengalami kesedihan yang sangat mendalam sampai tidak punya semangat hidup. Jadi putus asa, bahkan cenderung mengisolasi diri dari lingkungan. Kamu mulai lebih merasakan kehilangan orang yang kita cintai secara nyata. Kamu melalui proses putus dan rekonsiliasi (perbuatan memulihkan hubungan seperti keadaan semula) ini lebih dari sekali sebelum benar-benar yakin ada saatnya untuk melepaskan.
Penerimaan (Acceptance), Pada tahap terakhir ini Anda akan merasa lebih pasrah. Bukan karena sudah tidak merasakan kesedihan lagi melainkan Anda mulai berusaha menerimanya dan mulai memperbaikinya. Anda mulai sadar bahwa apa yang telah pergi tidak akan bisa kembali lagi dan mulai belajar darinya. Sedikit catatan, Tahapan Kesedihan yang dilalui setiap orang akan berbeda atau tidak sama persis. Bisa jadi Anda melakukan bergaining lebih dulu akan tetapi Anda menyangkalnya setelah itu. Lantas apa saja dampak psikologis dari putus cinta? Apa saja yang terjadi pada otak, hati dan pikiran ketika Anda sedang di fase putus cinta ?.