Pada Oktober 2011, sekitar 40 situs yang terkait pornografi anak dilumpuhkan plus sebanyak 1.589 nama aktif penggunanya bocor ke publik. Tak cuma itu, rangkaian aksi dari grup hacker Anonymous terhadap kegiatan siber membuat mereka masuk dalam daftar kelompok hacker berpengaruh di dunia menurut majalah Time pada tahun 2012.Â
Tak hanya meretas berbagai situs yang bisa dibilang kontroversial, mereka juga meretas situs pemerintahan, perusahaan hingga bersinggunangan dengan kelompok ISIS. Dengan simbol wajah putih berkumis sebagai penanda diri, Anonymous menjadi salah satu kekuatan perlawanan di dunia modern selayaknya sang pemilik asli wajah tersebut yaitu Guy Fawkes.
Setiap tanggal 5 November pada malam hari di langit Inggris, orang-orang menyalakan kembang api dan memadati jalanan layaknya penanda tahun baru. Namun alasannya jelas bukan itu, Bonfire sebutannya adalah sebuah perayaan dimana pada tanggal yang sama pada tahun 1605, seorang mantan tentara bernama Guy Fawkes mencoba untuk melakukan aksi pengeboman.Â
Malam itu, ia berada di bawah tanah jalan menuju gedung parlemen membawa sekitar 36 barel bubuk mesiu. Cukup untuk meluluhlantahkan gedung parlemen yang baru saja dibangun tersebut beserta orang-orang didalamnya termasuk Raja James I.
Rencana untuk meledakkan parlemen itu hancur berantakan. Tertangkapnya Fawkes juga menjadikan rekan-rekan konspiratornya ketahuan. Sir Everard Digby, Robert Winter, John Grang dan Thomas Bates yang masuk menjadi komplotan akhirnya. Kemudia barulah giliran Fawkes yang dieksekusi pada 31 Januari 1606. Guy Fawkes menerima hukumannya. Ia digantung dan jenazahnya dipotong. Momen tersebut menjadi salah satu hukuman paling sadis dalam sejarah Inggris.
Kegagalan Guy Fawkes dan kawan-kawannya adalah keberhasilan bagi pemerintahan Inggris kala itu. Hari dimana penangkapan Fawkes yaitu 5 November menjadi sebuah hari perayaan. Pada malam itu dikemudian hari hingga sekarang, patung menyerupai Fawkes akan diarak dan kemudian dibakar.
Perlawanan yang dilakukan oleh Fawkes merupakan buntut dari kebijakan James I kala itu yang juga sebagai seorang Protestan. Pemimpin-pemimpin Katolik diperintahkan untuk meninggalkan Inggris dan memberi sanksi kepada mereka yang masih melanjutkan praktik religinya. Penindasan satu pihak membuat satu pihak lainnya merasa terancam.Â
Kecacatan kekuasaan kala itu membuat persinggungan antar umat agama. Menurut Fitzgibbon dalam bukunya berujudul A Short History of London, The Queen and The Gunpowder Plot: History In An Hour, menyebutkan bahwa "Orang-orang Protestan juga pasti marah dengan pembunahan itu, dan saya yakin banyak orang akan main hakim sendiri untuk membalas dendam. Tidak sulit membayangkan letusan kerusuhan anti-Katolik di seluruh negeri Inggris".
Perlahan waktu berlalu semenjak Guy Fawkes meregang nyawa, perayaan 5 November lebih tepat dibilang sebagai bentuk ekspresi masyarakat. Tak lama kemudian menjadi simbol perlawanan atas kesewanang-wenangan para pemangku kekuasan baik negara maupun yang bersifat swasta. Patung menyerupai tokoh-tokoh politik justru menjadi panggantinya. Seolah mengatakan secara tak langsung bahwa ada suatu hal yang tidak beres sedang berlangsung.
Simbol perlawanan muncul ke dalam beragam bentuk. Salah satunya adalah wajah Fawkes. Namun, lebih dari itu, akan selalu ada masa dimana orang-orang mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dan perlu sebuah penunjuk ke jalan yang seharusnya.Â
Melakukan sebuah perubahan mungkin akan berjalan sangat lama hingga menemui hasilnya, tetapi kenyataanya, ada yang tetap tidak mati meskipun dibakar ataupun digantung. Dalam kutipan di Film V for Vendetta ketika tokoh utama sudah terdesak dan dihujami peluru dan ia yakin akhir sudah dekat untuknya, ia berkata "Beneath this mask there is an idea. And ideas are bulletproof"