Kebiasaan yang kini menjadi kebutuhan keseharian saya adalah membuka twitter. Salah satu daya tarik yang membuat saya menjadi netizen twitter adalah betapa unik dan santuynya para penggunaanya dalam membahas suatu hal. Di lain sisi, mereka juga bisa menjadi pembahas yang tajam. Terlebih ketika sedang ada isu terkini yang hangat, salah satunya adalah kasus seorang WNI di tanah Britannia.
Pemberitaan berbagai media tentang segala hal terkait kasus tersebut sangatlah intens beberapa hari ini. Entah berapa kali saya menemukan berita yang menguak kasus tersebut dengan berbagai sudut pandang, dari yang paling kritis hingga yang terbilang aneh. Tentu saja, ketika berita panas disematkan dengan pembawaan yang aneh, maka hal tersebut menjadi semakin panas. Terlebih jika berita tersebut dibawakan oleh media-media yang terkenal. Terkadang membuat para pembaca bertanya-tanya, apa sih yang ada di pikiran si penulis hingga berita seperti ini layak tayang?.
Sebelum lanjut pada masalah di atas, mari sedikit masuk ke ranah jurnalis. Saya pernah menjadi wartawan sebuah koran lokal di daerah dan sedikit banyaknya paham mengenai masalah pemberitaan. Ketika saya meliput sebuah peristiwa ataupun agenda, berita yang di tulis memang benar-benar adalah fakta.
Saya yakin semua wartawan setuju dengan hal ini, yang di tulis dalam sebuah berita terutama straight news, isinya mesti sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Selain itu, asal kalian tahu, satu peristiwa dapat dijadikan berita dengan judul berbeda dengan isinya yang di modifikasi tanpa mengurangi makna. Dan hal tersebut lumrah terjadi. Membuat berita dalam setiap sudut pandang yang berbeda.
Kemudian saya juga pernah menjadi content writer untuk sebuah situs. Setiap harinya ada target tulisan yang mesti dibuat. Konten yang dibuat ada yang telah ditentukan sebelumnya, dari headline dan isinya mencakup apa saja. Tergantung pesanan. Ketika menulis suatu konten, kreativitas kita ditempatkan pada penulisan kata, bukan pada esensi ataupun seberapa pentingnya konten itu untuk jagat dunia ini.
Tentu ada juga konten yang dapat dinilai lebih dari segi isinya dan banyak. Intinya, ada yang hanya untuk menambah konten demi visitor, ada yang khusus pada menjaga kualitas isi tulisan.
Ketika saya mendapati banyak respon tentang baik dan buruknya suatu berita pada media-media online terkenal, saya setidaknya memahami dari sudut pandang penulis. Ambil contoh seperti masalah pada paragraf sebelumnya. Saat membaca judulnya saja, pasti setiap orang akan mengira itu adalah hal yang sangat memalukan terlebih bagi media sebesar itu.
Isi yang ditampilkan tidaklah menedukasi, jelas sekali. Namun ketika saya melihatnya, disamping juga tersenyum, saya merasa tulisan tersebut bukanlah karya jurnalisme, hanya sebuah konten biasa. Hanya seorang content writer yang sedang mengkhatamkan target tulisannya pada hari itu.
Media online yang memberitakan setiap peristiwa memiliki situs utamanya sendiri. Disana ada beragam jenis tulisan yang dapat pembaca pilih sendiri. Tentu ada yang sedang hangat, tulisan santai hingga yang tidak penting sama sekali bagi keseimbangan alam semesta.
Masalahnya tentu saja ketika sebuah media yang dulunya dikenal merupakan penyedia berita actual dan terpercaya, kemudian didapati ada tulisan yang jauh dari marwahnya, maka hal tersebut menjadi sebuah kritikan dan hujatan tentunya.
Seiring zaman, koran kemudian menjadi media online. Ada yang memang berawal dari media cetak ada pula yang langsung menargetkan pengguna dunia maya. Perlu diingat bahwa pada koran juga ada halaman khusus yang tidak penting ataupun konten santai. Tentu tidak mengejutkan jika hal tersebut juga terbawa ke media onlinenya.