Akulah sang pejalan.. Â berjalan pelan menyusuri lorong-lorong kehidupan,
Mencoba mencari arti dan makna hakiki keberadaan ku disini. Namun semakin jauh aku berjalan, semakin ku merasa tersakiti dengan realiti. Sepanjang jalan yang kulalui penuh dengan umbaran liar janji-janji kosong dan kelakuan yang begitu bejat. Semua terlihat samar sampai aku tidak bisa lagi membedakan mana kebaikan dan mana keburukan.
Mana ketulusan dan mana kepamrihan.
Semua begitu indah di poles, sampai yang buruk dianggap baik dan yang baik disisihkan dan dianggap lain.
Bagaimana mungkin mereka bisa berdiri berdiri kokoh dan pongah dengan kemegahan sedangkan dikanan kirinya bergelimpangan orang-orang mengiba makan.
Seakan tidak peduli pada luka kemiskinan yang menganga di ulu hati yang sebentar lagi akan membusuk.
Mereka seolah tidak mendengar riuh rendah teriakan mulut-mulut mencari makan. Tidak ada yg tersentuh melihat mata yang nanar mengunci perutnya menahan lapar. Begitu lemah tanpa daya dengan tatapan penuh kehambaan dan rintihan menahan kesedihan.
Amanah yg diberikan disalahgunakan. Uang dan kekuasaan telah membutakan. Hati nurani pun di matikan. Suap menyuap digalakkan untuk melindungi kepentingan.
Ahh.. ingin rasanya kusudahi perjalanan ini. Aku hanya bisa berdiri diam diantara mereka, dengan kemarahan yang menggelora di dalam hati.
Aku tidak mengerti mengapa Tuhan telah menciptakan makhluk-makhlukseperti itu, makhluk yang harusnya saling mengayomi dan saling menyayangi. Makhluk yang disebut manusia.
Apakah mereka adalah manusia-manusia yang tercipta dari puing-puing api.............???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H