Mohon tunggu...
Wahyu Sitepoe
Wahyu Sitepoe Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm a simple man

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Kompak Ramah Anak

4 Juni 2012   09:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13388006711856514578

Berbicara tentang Indonesia di masa yang akan datang adalah bebicara tentang anak-anak Indonesia dimasa yang sekarang. Anak-anak adalah bagian dari generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinanbangsa yang akan datang. Rizzini, seorang psikolog, menyatakan bahwa anak – anak adalah awal dari sebuah peradaban. Baik buruknya kualitas anak-anak yang dimiliki suatu bangsa akan berdampak pada keberlangsungan dan masa depan bangsa tersebut. Melihat peran strategis tersebut sudah seharusnya pemerintah dan seluruh elemen masyarakat memberikan perhatian secara serius untuk membentuk anak-anak yang cerdas, pintar, berakhlak baik serta mempunyai wawasan yang luas.

PBB melalui konferensi tentang hak anak telah menetapkan 4 hak dasar anak yang harus dipenuhi. Pertama, hak atas kelangsungan hidup (survival) yang layak dan pelayanan kesehatan. Kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang (development). Ketiga, hak untuk memperoleh perlindungan (protection). Keempat, hak untuk berpartisipasi (participation). Keempat hak dasar tersebut harus dipenuhi oleh negara untuk menciptakan generasi muda yang baik dan berkulitas. Secara hukum dan perundangan, pemerintah juga sudah banyak mengeluarkan kebijakan hingga pembentukan komisi nasional perlindungan anak untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak-anak di Indonesia.

Namun demikian langkah-langkah tersebut belum diikuti oleh kesadaran aparatur negara maupun masyarakat untuk dilaksanakan sepenuh hati. Anak-anak yang secara hukum dijamin untuk memperoleh pemenuhan hak-hak dasar pada kenyataannya tidak mendapatkan hak-hak fundamental tersebut. Berbagai jenis permasalahan anak dengan mudah kita temui di lapangan. Mulai dari anak jalanan, putus sekolah, gizi buruk, eksploitasi anak secara ekonomi dan seksual hingga kekerasan dan penyalahgunaan seksual. Jika dibiarkan begitu saja, masa depan dan keberlangsungan bangsa Indonesia menjadi taruhannya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, melalui kegiatan pengabdian masyarakat (Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat / PKM-M 2012) yang di selenggarakan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi KemDikBud, sebuah Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Negeri Semarang mencoba melakukan sebuah langkah nyata untuk mengurai permasalahan tersebut.  Langkah kecil tersebut diwujudkan dengan perintisan dan pembentukan Desa Kompak Ramah Anak di Dukuh Sidedes Desa Jatipurwo.

Dukuh Sidedes Desa Jatipurwo merupakan sebuah desa di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Di daerah tersebut banyak terdapat anak-anak yang sebagian besar merupakan siswa Sekolah dasar dan menengah pertama. Kebanyakan mata pencaharian masyarakat di Dukuh Sidedes adalah nelayan, buruh tani, dan bekerja serabutan. Dari hasil observasi yang dilakukan sebelum pelaksanan program pengabdian masyarakat, dapat diketahui bahwa jumlah anak-anak dan remaja usia sekolah di desa tersebut cukup banyak. Namun demikian persentase remaja usia sekolah yang melanjut ke jenjang Sekolah Menengah Atas sangat minim. Jumlah putus sekolah di jenjang SMP sangat tinggi. Hal tersebut di perparah dengan minat orang tua untuk menyekolahkan anak nya ke tingkat SMA cukup rendah. Para orang tua lebih menganjurkan anak-anak mereka untuk bekerja setelah lulus SMP. Bahkan di desa tersebut hanya ada 2 orang yang melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Jika dilihat dari segi ekonomi, kemampuan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebenarnya cukup besar. Namun pola pikir tentang pentingnya pendidikan belum terbentuk sehingga berdampak pada masa depan anak.

Perintisan dan pembentukan “Desa Kompak Ramah Anak” di Dukuh Sidedes Desa Jatipurwo diharapkan dapat menjadi wadah positif yang menggugah kesadaran dan kepedulian warga desa tersebut untuk memberikan perhatian yang lebih dalam mendukug tumbuh kembang dan pemenuhan hak-hak dasar anak. Tim pengabdi yang terdiri dari Hudi Hermawan (mahasiswa UNNES yg berasal dari Dukuh Sidedes Desa Jatipurwo), Tri Hartatik, Diana Sulistyowati, Ahmad Saeroji, dan Nisa Khoirul Mizan, menyebutkan bahwa KOMPAK merupakan penjabaran dari “Komunitas Peduli Anak” dimana komunitas tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah mensosialisasikan hak-hak anak kepada orang tua dan masyarakat sekitar. Komunitas ini dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat Desa Sidedes dengan pendampingan oleh Tim PKM-M UNNES. Keanggotaan pada komunitas ini bersifat sukarela dan berdasarkan pada kesadaran masyarakat itu sendiri yang disahkah oleh kepala desa.

Selain mensosialisasikan UU Perlindungan Anak dan hak-hak anak, Komunitas Peduli Anak bekerjasama dengan Tim PKM-M (Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat) UNNES juga mendirikan sanggar dan rumah baca sebagai sarana pendukung dalam tercapainya tujuan tersebut. Saya dan beberapa sahabat yang tertarik dengan program ini berkesempatan untuk mengikuti secara langsung peresmian sanggar dan rumah baca tersebut. Betapa sisi kemanusiaan saya tergugah melihat semangat dan rasa suka cita anak-anak di Desa tersebut karena kini mereka sudah memiliki sarana berekspresi yang positif dan dapat meningkatkan wawasan mereka. Hal yang sama juga dirasakan oleh sahabat saya fiki, banu, dan udin yang pada kesempatan itu diundang oleh Hudi dkk untuk menjadi motivator dan trainer outbond bagi anak-anak yang sudah tergabung dalam komunitas KOMPAK.

Program pengabdian masyarakat dengan program “Desa Kompak Ramah Anak” tersebut dilaksanakan dari bulan Januari hingga Mei telah memperoleh tanggapan yang positif dari warga setempat. Hal tersebut dapat terlihat dari kesediaan beberapa warga desa untuk menjadi pengurus di Komunitas Peduli Anak yang baru terbentuk dan komitmen untuk tetap melaksanakan beberapa program kegiatan ketika kegiatan pengabdian masyarakat Tim PKM-M UNNES berakhir. Berbagai kegiatan positif juga telah dilaksanakan dibawah naungan Komunitas Peduli Anak Dukuh Sidedes Desa Jatipurwo bersama dengan Tim PKM-M UNNES, diantaranya adalah lomba kreatifitas dan keterampilan anak-anak sanggar, penanaman pohon, pembuatan susu kedelai oleh ibu-ibu tim KOMPAK dan gerakan minum susu bersama.

Program pengabdian pada masyarakat tersebut dapat dikatakan hanya salah satu upaya kecil untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan peradaban bangsa yang saat ini tengah dililit oleh berbagai jenis persoalan. Namun nilai positif yang saya dapatkan dari keikutsertaan dalam kegiatan yang diprakarsai Tri Hartatik dkk ini adalah kepedulian dan tanggung jawab sebagai anak bangsa dalam memberikan sumbangsih demi kemajuan bangsa. Sekecil apapun sumbangsih yang bisa kita berikan akan berdampak positif bagi kehidupan kita berbangsa dan bertanah air. Apalagi mampu menularkan semangat itu kepada orang lain... ahh Indonesia yang lebih baik bukan lah sebatas angan-angan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun