Mohon tunggu...
Wahyu Hidayanto
Wahyu Hidayanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wong Ndeso, Wong Cilik, Rakyat Jelata yang Rindu Terwujudnya Keadilan dan Kemakmuran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Berpolitik dengan Golkar

20 Oktober 2014   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:24 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413772397564337735

[caption id="attachment_367675" align="aligncenter" width="500" caption="Kampanye partai Golkar (sumber: delikberita.com)"][/caption]

Siapa yang tidak kenal dengan Partai Golkar? Partai berlambang pohon beringin dengan slogan “Suara Golkar, Suara Rakyat” dikenal luas oleh rakyat Indonesia. Partai yang selalu menjadi pemenang pemilu di tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Yang jelas partai beringin tersebut sudah pasti sangat berpengalaman karena usianya yang sudah cukup tua.

Sejarah Partai Golkar bermula pada tahun 1964 dengan berdirinya Sekber Golkar di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan Darat ( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama GOLONGAN KARYA (Sekber Golkar).

Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh politik tertentu. Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber Golkar adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono sebelum digantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Bulan Desember Tahun 1965.

Partai Tua yang Berpengalaman

Partai Golkar sudah memasuki usia 50 tahun, sudah setengah abad, ibaratnya sudah banyak makan asam garam. Di usia tersebut sudah bisa dipastikan Partai Golkar sudah sangat berpengalaman dalam berpolitik. Banyak kemenangan yang telah mereka raih, dalam pemilu legislatif, pilgub dan pilbub seluruh Indonesia. Manuver-manuver politiknya luar biasa dan patut diajungi jempol.

Saking berpengalamannya dalam berpolitik, Partai Golkar selalu menjadi pemenang. Selalu masuk tiga besar. Selain berpengalaman berarti rakyat banyak yang masih setia mendukung partai Golkar. Kesetiaan rakyat terhadap partai Golkar ditunjukkan oleh perolehan suara disetiap pemilu.

Selain pintar bermanuver dan banyak pengalaman, partai Golkar juga bagus dalam proses kaderisasi politik. Hal itu terbukti dengan banyaknya partai politik yang berdiri dengan dipelopori oleh eks kader Partai Golkar. Sebut saja Partai Gerindra, partai tersebut didirikan oleh Prabowo yang dulunya kader Partai Golkar. Selanjutnya Partai Hanura, partai tersebut didirikan oleh Wiranto yang sebelumnya juga kader Partai Golkar. Selanjutnya Partai Nasdem, partai baru tersebut juga didirikan oleh eks kader terbaik Partai Golkar, Suryo Paloh. Hal itu menunjukkan jika Partai Golkar memiliki kaderisasi politik yang baik. Walaupun akhirnya banyak kader terbaiknya yang keluar dari Partai Golkar dan mendirikan Partai baru yang akan menjadi lawan politik bagi Partai Golkar, tapi setidaknya Partai Golkar sudah melahirkan kader-kader terbaik melalui kaderisasi politiknya.

Masuk Tiga Besar

Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai Golkar, dan untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya pada masa pemerintahan Soeharto. Pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara Partai Golkar turun menjadi peringkat kedua setelah PDI-P.

Pada pemilu 2004 partai Golkar kembali menjadi pemenang pemilu, dengan meraih 24.480.757 suara atau 21,58% dari keseluruhan suara sah.

Kemenangan tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi Partai Golkar karena pada Pemilu Legislatif 1999, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendominasi perolehan suara. Dalam Pemilu 1999, Partai Golkar menduduki peringkat kedua dengan perolehan 23.741.758 suara atau 22,44% dari suara sah. Sekilas Partai Golkar mendapat peningkatan 738.999 suara, tapi dari prosentase turun sebanyak 0,86%.

Hasil pemilu legislatif 2009 menempatkan Partai Golkar pada peringkat kedua setelah Partai Demokrat. Partai Golkar mendapat 107 kursi (19,2%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat sebanyak 15.037.757 suara (14,5%). Partai Golkar masih masuk tiga besar.

Pemilu 2014 menempatkan Partai Golkar dalam urutan kedua setelah PDIP. Partai Golkar memperoleh 14,75 % suara dari total suara sah. Hal ini menunjukkan bahwa Partai Golkar selalu dalam peringkat tiga besar. Ini berarti Partai Golkar termasuk partai yang masih dicintai oleh rakyat.

Selalu Menjadi Pemenang

Jika melihat sejarah sepak terjang Partai Golkar, partai berlambang pohon beringin ini selalu menjadi pemenang. Sepanjang Pemilu yang diselenggarakan pemerintahan Orde Baru, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 Golkar selalu menjadi pemenang dan menempatkan kader terbaiknya menjadi presiden selama 32 tahun.

Dalam pemilu 2004, Partai Golkar kembali mencapreskan kader terbaiknya, Wiranto. Tapi, sayangnya kalah. Walaupun kalah tapi Partai Golkar bisa menempatkan kader terbaik lainnya menjadi wakil presiden. Itulah hebatnya Partai Golkar, tidak dapat presiden tepat dapat wakil presiden. Waktu itu Partai Golkar mengusung Wiranto menjadi Capres, tapi SBY meminang Jusuf Kalla jadi Cawapresnya. Dengan Jusuf Kalla menjadi wapres, yang juga kader terbaik Partai Golkar yang juga menjadi ketua umum Partai Golkar periode 2004-2009.

Pilpres 2004 yang dimenangkan oleh pasangan capres-cawapres, SBY dan Jusuf Kalla tetap menjadikan Partai Golkar menjadi pemenang dan menjadikan partai Golkar berada dalam pemerintahan. Walaupun capres yang diusung Partai Golkar kalah, tapi Jusuf kalla yang waktu itu menjabat ketum Partai Golkar menang menjadi wapresnya SBY. Hal itu menjadikan Partai Golkar berada dalam pemerintahan dan menempatkan kader-kader terbaiknya menjadi menteri dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid I.

Dalam pilpres 2009, Partai Golkar kembali mengusung capres, bersama Partai Hanura, partai Golkar mengusung Jusuf Kalla dan Wiranto menjadi capres dan cawapres. Tapi sayangnya kemenangan belum memihak pada pasangan tersebut. Walaupun kalah Partai Golkar masih bisa menempatkan kader-kader terbaiknya menjadi menteri dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II, karena akhirnya masuk dalam koalisi pemerintah.

Dalam pilpres 2014, Partai Golkar tidak mengusung capres maupun cawapres, Partai Golkar ikut mendukung Prabowo yang diusung oleh Partai Gerindra. Tapi kali ini Jusuf Kalla yang masih kader Partai Golkar kembali dipinang oleh capres lain untuk menjadi cawapres. Walaupun capres yang didukung oleh Partai Golkar kalah, tapi Partai Golkar tetap bisa menempatkan kader terbaiknya menjadi wapres. Hal ini memungkinkan Partai Golkar akan kembali berada dalam pemerintahan Jokowi-JK. Mari kita tunggu manuver-manuver Partai Golkar selanjutnya.

Setiap partai politik pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Apa salahnya jika belajar dari semua partai politik termasuk Partai Golkar? Ambil yang baik-baik dan buang yang buruk-buruknya.

Selamat HUT yang ke-50 untuk Partai Golkar.

Salam..

Jambi, 20 September 2014

Sumber bacaan:

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya

http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun