Mohon tunggu...
Wahyu Widayanti
Wahyu Widayanti Mohon Tunggu... mahasiswa -

aku mahasiswi smster 3 Jurusan PGSD dari Program S1 PGSD kampus VI Kebumen UNS '09...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar dan Pembelajaran

10 November 2010   04:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 3630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Segala sesuatu di dunia ini mungkinkah tidak terlepas dari adanya suatu teori tertentu? Banyak sekali teori yang dapat dijumpai dalam berbagai bidang. Masing-masing bidang itu memiliki teorinya tersendiri. Lalu apakah teori itu? Teori merupakan hasil analisis manusia yang bias dibuktikan kebenarannya. Suatu teori bersifat tetap dan suatu teori dapat ditinggalkan apabila dijumpai teori baru atau hasil pengembangan dari teori sebelumnya.

Sebagai contoh dalam bidang pendidikan. Pada dasarnya agar proses belajar mengajar berjalan baik seorang guru perlu menggunakan suatu macam teori dalam mengajarnya itu. Adanya teori belajar dan pembelajaran yang diciptakan oleh para ahli terdahulu dimanfaatkan oleh guru. Sampai sekarang teori tersebut masih berlaku dalam proses pembelajaran bagi siswa. Selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa teori pembelajaran diantaranya yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme, dan humanisme. Tetapi sebelum membahas teori-teori pembelajaran tersebut perlu diketahui bagaimana kriteria teori yang ideal itu

Jenis teori ideal yang diperjuangkan oleh para teoretisi yang paling ambisius adalah yang mirip dengan cita-cita yang digagas oleh Hull namun gagal diwujudkan olehnya: formal, akurat, konsisten secara internal, namun sekaligus juga cukup luas cakupannya sehingga meliputi seluruh topik mengenai pembelajaran dan motivasi. Teori tersebut memiliki postulat dan teorema, dan terkonstruksi sedemikian rupa sehingga bias diubah untuk menangani bukti baru ketika teorema tertentu gagal dikukuhkan oleh eksperimen. Selin kombinasi keluasan dan akurasi, teori tersebut juga harus berguna dalam menyelesaikan persoalan-persoalan praktis (Winfred F. Hill, 2009: 318).

Bagi kita pada umumnya, teori-teori pembelajaran memiliki dua arti penting yang pokok. Pertama, teori pembelajaran menyediakan kosa kata dan kerangkan konseptual yang bisa kita gunakan untuk menginterpretasi contoh-contoh pembelajaran yang kita amati. Hal ini penting, artinya bagi siapa saja yang hendak mengamati dunia secara seksama. Kedua, masih terkait dengan yang pertama, teori pembelajaran menuntun kita ke mana harus mencari solusi atas persoalan-persoalan praktis. Teori memang tidak memberikan kita solusi, namun teori mengarahkan perhatian kita kepada variable-variabel yang bermanfaat untuk menemukan solusi (Winfred F. Hill, 2009: 325).

ØTeori Belajar Behavioristik (Tingkah Laku)

Proses pembelajaran menurut teori behavioristik adalah lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Para tokoj aliran ini sebagai berikut :

·Teori belajar menurut Thorndike (1911)

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat diungkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/ tindakan.

Definisi belajar tersebut menurut Thorndike yaitu perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar dapat berwujud konkret (dapat diamati) dan non konkret (tidak dapat diamati). Meskipun Thorndike tidak dapt menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang konkret, tetapi teori ini telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh lain yang dating sesudahnya. Teori Thorndike disebut juga sebagai aliran koneksionisme (connectionism). Akan tetapi kelemahan teori ini masih mengakui stimulus dan respon non konkret yang tidak dapat diukur, seharusnya belajar didasarkan pada perbuatan atau tingkah laku konkret dan diukur agar hasil belajar maksimal serta berkualitas.

·Teori belajar menurut Watson (1963)

Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristikk yang dating sesudaj Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang harus berbentuk tingkah laku konkret (observable) dan diukur. Walaupun ia mengakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar namun ia menganggap hal tersebut sebagai factor tidak perlu diperhitungkan. Tetapi ia tetap mengakui bahwa perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun factor tersebut tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau tidak karena tidak dapat diamati.

·Teori belajar menurut Clark Hull (1943)

Clark Hull mengemukakan konsep teorinya sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin, bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.

Oleh sebab itu, menurut Hull kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral. Stimulus dikaitkan dengan kebutuhan biologis meskipun respon yang muncul mungkin bermacam-macam.

Akan tetapi, keberhasilan proses belajar juga perlu memperhatikan kepuasan siswa dari aspek biologis khususnya kebutuhan dasar yang bersifat material. Semakin terpenuhi kebutuhan material akan berpeluang besar keberhasilan proses pembelajaran.

·Teori belajar menurut Edwin Guthrie

Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguiti bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, serta hubungan antara keduanya merupakan factor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, agar respon dapat bersifat lebih kuat dan tetap diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.

Menurutnya, pemberian hukuman juga merupakan hal yang penting, Hukuman yang diberikan dalam proses pembelajaran harus sesuai denganasumsi dan ideology yang ada dalam siswa. Contoh jenis hukuman du pondok pesantren tidak sesuai jika diterapkan di sekolah formal.

·Teori belajar menurut Skiner (1968)

Menurut Skiner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkunganya yang kemudian akan menimbulkan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Respon yang diberikan siswa tidaklah sesederhana itu sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan yang lainnya, dan interaksi ini akhirnya memengaruhi respon yang dihasilkan.

Dari semua pendukung teori tingkah laku, teori Skiner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan terori belajar behavioristik. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching Machine, Mathetics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respon, dan factor penguat (reinforcement) adalah contoh program yang memanfaatkan teori Skiner.

ØTeori Belajar Kognitivisme

Secara umum teori kognitivisme bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks dan komprehensif. Tokoh-tokoh teori ini sebagai berikut :

·Teori perkembangan Piaget (1975)

Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang adalah suatu proses yang bersifat genetik. Artinya, proses belajar berdasarkan mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Ketika seorang siswa berkembang dalam proses menuju kedewasaan diri, mereka mengalami proses adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga terjadi proses perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki perbedaan usia secara kronologis akan berbeda secara kualitatif. Inilah yang kemudian dijadikan standar ukuran anak masuk sd minimal berusia tujuh tahun.

Ada beberapa konsep dalam teori Piaget, antara lain: (1) Intelegensi adalah proses atau kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan, (2) Organisasi adalah kemampuan untuk memberdayakan segala potensi untuk mencapai tujuan, (3) Skema adalah suatu format atau bentuk dalam realitas miniatur, (4) Asimilasi adalah proses pengintegrasian konsep ke dalam pengalaman nyata, dan (5) Akomodasi adalah proses untuk menyempurnakan konsep atau persepsi setelah mencocokkan antara konsep dengan realitas di lapangan.

Piaget juga membagi tahap perkembangan kognitif menjadi 4 tahap yaitu tahap sensori-motor (Umur 0 s.d 2 tahun), tahap pra operasional (Umur 2 s.d 7/8 tahun), tahap operasional konkret (Umur 7/8 s.d 11/12 tahun), dan tahap operasional formal (Umur 11/12 s.d 18 tahun). Proses belajar yang dialami tiap perkembangan anak pada tahapannya akan berbeda dari tahap satu dengan lainnya. Tahapan perkembangan berjalan secara linier atau relevan dengan kualitas berpikir, makin tinggi tahap perkembangan kognitif membawa implikasi terhadap teraturnya dan semakin abstrak cara berpikir yang dilakukan seorang anak.

·Teori belajar menurut Bruner (1960)

Jerume S. Bruner mengemukakan bahwa pembelajaran itu dipengaruhi oleh dinamika perkembangan realitas yang ada di sekitar kehidupan siswa. Asumsi tersebut dikenal dengan teori free discovery learning, artinya pembelajaran akan efektif dan efisien jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Pandangan Bruner (1964) bahwa teori belajar itu bersifatr deskriptif sedangkan teori pembelajaran itu bersifaf preskriptif.

·Teori belajar menurut Ausubel (1968)

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizers) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

Ausubel percaya bahwa “Advance Organizers” dapat memberikan manfaat yaitu (1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) Sebagai jembatan untuk menghubungkan yang dipelajari siswa saat ini dengan yang dipelajari sedemikian rupa, dan (3) Membantu siswa dalam memahami bahan belajar.

ØTeori Belajar Konstruktivisme

Merupakan teori dari Piaget juga bagian dari teori kognitif. Bahwa belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Belajar bukan proses teknologisasi (robot) bagi siswa melainkan proses membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat terlibat langsung dalam melakukan kegiatan, aktif dalam berpikir. Siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi dan guru hanya sebagai fasilitator atau moderator.

Pembelajaran harus memberi ruang kebebasan siswa untuk melakukan kritik, memiliki peluang yang luas untuk mengungkapkan ide atau gagasannya, guru tidak memiliki jiwa otoriter atau diktator (Paul Suparno S.J dalam Saekhan Muchith, 2008: 73). Pembelajaran akan efektif jika didasarkan pada 4 komponen dasar yaitu pengetahuan, ketrampilan, sifat alamiah, dan perasaan/ kepekaan.

ØTeori Belajar Humanisme

Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang diamati dalam dunia keseharian. Teori ini sangat bersifat elektrik. Teori apa pun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” dapat dicapai. Para tokohnya antara lain :

·Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar

Tujuan belajar dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom yang mencakup, sebagai berikut :


  1. Kognitif terdiri dari 6 tingkatan

a.Pengetahuan (mengingat, menghafal)

b.Pemahaman (menginterpretasikan)

c.Aplikasi (menggambarkan konsep untuk memecahkan masalah)

d.Analisis (menjabarkan suatu konsep)

e.Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

f.Evaluasi (menbandingkan nilai, ide, metode, dsb)


  1. Psikomotor terdiri dari 5 tingkatan

a.Peniruan (menirukan gerak)

b.Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

c.Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d.Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)

e.Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)


  1. Afektif terdiri 5 tingkatan

a.Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

b.Merespons (aktif berpartisipasi)

c.Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

d.Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)

e.Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)

·Pandangan Kolb terhadap belajar

Kolb membagi tahapan belajar menjadi 4 tahap yaitu pengalaman konkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, serta eksperimentasi aktif.

·Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar

Berdasarkan teori Kolb, Honey dan Mumford menggolongkan 4 macam tipe siswa yaitu (1) Tipe aktivis cirinya suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru, berpikiran terbuka, dan mudah bergaul; (2) Tipe reflektor cirinya suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya suatu keputusan; (3) Tipe teoris cirinya sangat kritis, senang menganalisis, berpikir secara rasional; (4) Tipe pragmatis cirinya aspek praktis dari segala hal sangat diperhatikan.

·Pandangan Habermas terhadap belajar

Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian yaitu (1) Belajar teknis ialah siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam sekelilingnya, (2) Belajar praktis ialah siswa belajar berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya, (3) Belajar emansipatoris ialah siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran tentang perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan.

Dari pembahasan mengenai teori pembelajaran secara garis besar dapat disimpulkan bahwa:

üTeori Behavioristik

Orang belajar karena adanya stimulus yang bisa mengkondisikan belajarnya.

üTeori Kognitivisme

Pada intinya belajar menitikberatkan pada kemampuan intelektual.

üTeori Konstruktivisme

Setiap individu memiliki kemampuan untuk membangun sirinya sendiri melalui belajarnya.

üTeori Humanisme

Orang yang ingin dirinya maju ia cenderung memiliki kemauan sendiri untuk belajar tanpa diperintah tanpa ada paksaan dari siapa pun.

Setiap teori masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kekurangan tersebut mengalami pergeseran. Teori behavioristik yangmengutamakan hubungan antara stimulus dan respon sehingga disebut juga dengan teori koneksionisme. Teori koneksionisme mengalami pergeseran menjadi teori kognitivisme. Belajar itu sebenarnya tidak hanya bergantung adanya stimulus melainkan belajar juga bagian dari proses berpikir yang sangat kompleks. Pergeseran dari teori kognitivisme ke teori konstruktivisme yaitu karena adanya proses berpikir maka individu dapat membangun pengetahuannya dari realitas di lapangan atau melalui kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah berarti individu melatih kompetensinya meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Selanjutnya dari teori konstruktivisme mengalami pergeseran ke teori humanisme. Teori humanisme lebih kompleks dari ke tiga teori sebelumnya sehingga belum mengalami pergeseran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun