Tugas kesejarahan bagi setiap manusia adalah membangun peradaban, dan membangun peradaban sesungguhnya membangun kualitas sumberdaya manusia yang memiliki akhlak dan kepribadian atau Attitude (A), mendorong keunggulan kompetitif dan komparatif dengan meningkatkan kemahiran, keahlian dan keterampilan atau Skill (S) dan menyiapkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang mencerahkan sehingga memiliki kapasitas, kapabilitas dan kualitas pengetahuan atau knowledge (K) yang mumpuni.
Hanya pendidikan yang mencerahkan yang mampu membangun kualitas pengetahuan sumber daya yang mempuni dan berdaya saing yaitu pendidikan yang mengkonsentrasikan pada basa (mencari kebenaran dari koherensi kenyataan-kenyataan), masa (kemampuan untuk menangkap arah atau gerak dari peristiwa), rasa bahasa (keserasian rasa seni atau keindahan seni) dan yasa (kemampuan untuk menerima yang sakral dan yang suci).
Di beberapa negara yang telah maju, modern, sejahtera dan indeks kenyamanan dan kebahagiaan hidup warganya sudah sangat tinggi dan berkualitas pemerintah yang memiliki hak otoritatif dari negara dan kedaulatan rakyat mengatur warganya, tidak pernah cemas bila anak-anak generasi pada usia sekolah kurang pintar dan cerdas berhitung, kurang cekatan dan trampil mengerjakan tugas dan kerja-kerja teknis.
Negara dan pemerintah akan dipusingkan dan melakukan intervensi yang signifikan bila anak-anak generasi di usia sekolah tidak jujur, tidak mampu antri, tidak santun, tidak tertib dan sederet daftar buruk lainnya tentang keperibadian, akhlak atau mental anak-anak generasi masa depan bangsanya.
Revolusi mental yang pernah dicanangkan Pak Jokowi sesungguhnya merupakan track on the right track dalam membangun sumber daya manusia dan peradaban bangsa.
Apalagi Indonesia pada 2020-2030 akan menikmati puncak bonus demografi, keadaan dimana jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan jumlah penduduk muda (dibawah 15 tahun) dan lanjut usia (65 tahun ke atas).
Bonus demografi ini akan didominasi oleh generasi milenial dan usia matang dan produktif yang sudah semestinya telah dibekali dengan Attitude (A), Skill (S) dan Knowledge (K).
Tetapi Attitude (A) tentu yang lebih utama. Semahir dan setrampil apapun, sepintar dan secerdas apapun bila tidak berkeribadian, tidak bermental dan tidak berakhlak bonus demografi yang dikelola dan dinikmati tidak akan berkontribusi bagi kemanusiaan dan peradaban.
Sebagai warga bangsa dan calon pemilih di Pemilu 2019 kita perlu bertanya pada para calon legislatif di seluruh Indonesia apakah memiliki komitmen untuk membangun sumber daya manusia Indonesia. Patut juga ini kita pertanyakan kepada kandidat presiden (Ask to Presidential Candidates) bagaimana komitmen dan kesungguhan mereka.
Oleh karenanya, bila ada jalan kembali pulang bagi Pak Jokowi meretas jalan untuk berfokus pada investasi sumber daya manusia saat kembali memimpin Indonesia adalah pilihan paling masuk akal berdasarkan bonus demografi tersebut dan menjadi legacy terpenting pak Jokowi dalam membangun peradaban bangsa Indonesia.
Bila pak Prabowo yang memimpin Indonesia, sikap berdiri hormat yang tegak lurus anda pada merah putih benar-benar nyata ketika anda berkomitmen membangun Indonesia dengan bangunlah jiwanya, bangunlah raganya untuk Indonesia raya.