Mohon tunggu...
Wahyu Triono KS
Wahyu Triono KS Mohon Tunggu... Dosen - Peofesional

Founder LEADER Indonesia, Chief Executive Officer Cinta Indonesia Assosiate (CIA) Dirut CINTA Indonesia (Central Informasi Networking Transformasi dan Aspirasi Indonesia). Kolumnis, Menulis Buku 9 Alasan Memilih SBY, SBY Sekarang! Satrio Piningit Di Negeri Tuyul, JK-WIRANTO Pilihan TERHORMAT, Prabowo Subianto Sang Pemimpin Sejati, Buku Kumpulan Puisi Ibu Pertiwi dan menjadi Editor Buku: Jaminan Sosial Solusi Bangsa Indonesia Berdikari (Penulis Dr. Emir Soendoro, SpOT), Buku Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia, Transformasi BPJS: “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”, Buku Mutu Pekerja Sosial Di Era Otonomi Daerah, Buku Dinamika Penye-lenggaraan Jaminan Sosial Di Era SJSN, Buku Kebijakan Publik (Teori Analisis, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan (Penulis Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc). Buku BPJS Jalan Panjang Mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (Penulis dr. Ahmad Nizar Shihab, Sp.An). Buku Kembali Ke UUD 1945 (Penulis Dr. Emir Soendoro, SpOT), Buku KNPI & Pemuda Harapan Bangsa (Penulis Robi Anugrah Marpaung, SH. MH). Menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan 1998-1999, Ketua PB HMI 2002-2004, Koordinator MPK PB HMI 2004-206 dan Wakil Sekretaris Jenderal DPP KNPI 2008-2011.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda, Pahlawan dan HMI

12 Mei 2011   22:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Wahyu Triono KS

Pada dies natalis pertama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Yogyakarta 1948 Jenderal Besar Soedirman menumpukan harapannya kepada HMI tidak hanya sekedar menjadi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan tetapi juga menjadi Harapan Masyarakat Indonesia (HMI). Begitu besarnya harapan Jenderal Besar Soedirman kepada HMI sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia ini yang didirikan oleh Prof. Drs. Lafran Pane pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta.

Kini HMI tengah mempersiapkan Kongresnya yang ke-27, dilaksanakan 5-10 November 2010 di Graha Insan Cita (GIC) jalan Prof. Drs. Lafran Pane Kota Depok. Kongres yang akan menyampaikan laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) 2008-2010, pembahasan dan penetapan AD dan ART serta menetapkan program kerja organisasi untuk periode yang akan datang dan memilih Ketua Umum PB HMI 2010-2012 serta menetapkan anggota Majelis Pekerja Kongres (MPK) ini dilaksanakan dalam momentum yang penting dan strategis.

Pertama, kongres HMI ke-27 kali ini dilaksanakan dalam suasana yang masih diliputi oleh semangat hari Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 2010. Kedua, kongres HMI ke-27 kali ini direncanakan akan berakhir tepat pada peringatan hari Pahlawan 10 November 2010.

Dalam momentum yang penting dan strategis itu kita akan memperbincangkan denyut dan elan vital gerakan dan perjuangan HMI sebagai generasi muda bangsa sehingga kita dapat memastikan bahwa spirit perjuangan para aktivis HMI itu dijiwai dan disemangati oleh semangat Soempah Pemoeda dan semangat perjuangan para pahlawan bangsa terutama jiwa kepahlawanan dan keteladanan Prof. Drs. Lafran Pane selaku pendiri HMI.

Soempah Pemoeda dan Kepahlawanan

Para mahasiswa perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang menjadi anggota HMI tentu mereka adalah bagian dari generasi muda bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia yang terdidik, anggota HMI memikul peran utama dalam melakukan perubahan bangsanya melalui pengembangan potensi generasi muda bangsa Indonesia.

Sebagai organisasi mahasiswa Islam, HMI mengemban peran strategis antara lain: Pertama, mengimplementasikan kapasitas intelektual dan keilmuannya. Karenanya organisasi HMI mesti mampu menjadi wadah yang dapat meningkatkan dan mengembangkan visi keintelektualan anggotanya dan mampu pula mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia.

Kedua, mengimplementasikan perkaderan organisasinya dengan menyatukan dan memaknai perkaderan atau pelatihan organisasi HMI sebagai suatu kesatuan antara training atau pelatihan dengan aktivitas. Perkaderan organisasi HMI mesti lebih diorientasikan sebagai suatu proses ketimbang pada orientasi hasil.

Namun demikian, orientasi perkaderan yang mengutamakan proses dari pada orientasi hasil dimaksudkan bahwa proses perkaderan itu mesti dilakukan secara baik dan mampu menyatukan antara training atau pelatihan dengan aktivitas. Prinsip ini mengisyaratakan pentingnya kualitas perkaderan atau pelatihan dan aktivitas kader atau anggota HMI dari pada sekedar kuantitas anggota.

Ketiga, mengimplementasikan keislaman. Sebagai organisasi mahasiswa Islam, HMI mesti didorong untuk menumbuhkan komitmen keumatan dan komitmen sosial di tengah tantangan kehidupan keberagamaan bangsa yang terus mengalami perselisihan dan konflik serta munculnya berbagai masalah sosial di tengah-tengah masyarakat, menuntut HMI mesti benar-benar menjadi anak kandungnya umat.

Kesadaran pluralitas dan membangun Islam yang inklusif bagi HMI serta meningkatkan kepedulian sosial di tengah-tengah masyarakat melalui partisipasi HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam yang senantiasa melaksanakan independensi aktifnya dengan menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah adalah wujud nyata yang diharapkan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dengan mengimplementasikan keislaman yang inklusif oleh HMI dapatlah diyakini bahwa Islam benar-benar menjadi rahmat bagi semua umat manusia dan alam.

Pada kongres HMI ke-27 kali ini anggota HMI seluruh Indonesia mesti pula mengambil momentum penting dan strategis ini dengan menjiwai semangat Soempah Pemoeda dengan mengimplementasikan inspirasi pendirian HMI dengan semangat keilmuan, keislaman dan keindonesiaan.

Dengan semangat ini para anggota HMI akan senantiasa mampu menjiwai semangat para pemuda (poetra dan poetri) Indonesia yang pada Kongres Pemuda 27-28 Oktober 1928 berikrar dan bersumpah: Pertama, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia. Kedua, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia, dan. Ketiga, menjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Nilai-nilai kepahlawanan pun mesti menjiwai seluruh aktivitas dan perjuangan para anggota HMI karena para anggotanya adalah generasi muda bangsa yang gagah berani dan menonjol karena keberaniaan dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.

Harapan Masyarakat Indonesia

Bila para anggota HMI ingin menjadikan organisasi HMI menjadi Harapan Masyarakat Indonesia sebagaimana harapan Jenderal Besar Soedirman tentu para anggota HMI mesti kembali meneladani kepahlawanan dan keteladanan Prof. Drs. Lafran Pane selaku pendiri HMI.

Kesederhanaan dan ketulusan perjuangan dan pengabdian Prof. Drs. Lafran Pane mestinya menjadi panutan bagi para anggota HMI. Intelektual muslim generasi ketiga yang membesarkan organisasi yang memiliki nama besar tidak saja bagi anggotanya, akan tetapi bagi bangsa Indonesia.

Prof. Drs. Lafran Pane benar-benar menjadikan HMI menjadi Harapan Masyarakat Indonesia, tak pernah sekalipun mempergunakan HMI yang didirikan dan dibesarkannya untuk kepentingan pribadi dan kepentingan politiknya. Menjaga Independensi HMI menjadi anak kandung umat dan Harapan Masyarakat Indonesia.

Berkali-kali Prof. Drs. Lafran Pane diminta menjadi pejabat negara, bahkan jabatan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang ditawarkan kepadanya berkali-kali beliau tolak, karena beliau selaku pendiri HMI merasa khawatir akan berdampak bagi independensi HMI. Bila akhirnya beliau menerima jabatan selaku anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) bukan merupakan perwakilan partai politik manapun tetapi kita mencatat bahwa Prof. Drs. Lafran Pane adalah satu-satunya anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang merupakan wakil dari organisasi mahasiswa yaitu wakil Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Dalam suasana bangsa Indonesia yang tengah berduka ditimpa oleh berbagai bencana patutlah bagi HMI untuk menggelar perhelatan akbarnya dalam suasana yang sederhana diliputi oleh semangat generasi muda yang peduli pada bangsanya serta jiwa-jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia terutama kepahlawanan dan keteladanan pendiri HMI Prof. Drs. Lafran Pane.

Saya membayangkan bahwa kongres HMI ke-27 di Graha Insan Cita (GIC) Depok dibuka secara serimonial tanpa lupa menudukkan kepala tanda berduka seraya membacakan do’a bagi para korban bencana yang terjadi di seluruh Indonesia dan doa keselamatan bagi bangsa Indonesia.

Tentu para anggota HMI tak dapat menyempatkan diri menjadi relawan membuka posko kemanusiaan untuk para korban bencana, tetapi masih ada momentum partisipasi yang tak boleh terlupakan bahwa berkumpulnya anggota HMI seluruh Indonesia beserta alumninya pada kongres ke-27 di Graha Insan Cita (GIC) Depok yang sudah dapat dipastikan ribuan jumlahnya adalah kesempatan berharga bagi HMI untuk mengumpulkan dana dari setiap anggota HMI dan alumni HMI untuk disumbangkan bagi korban bencana.

Selamat berkongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Semoga benar-benar menjadi Harapan Masyarakat Indonesia (HMI), karena berbuat nyata dan berkontribusi bagi bangsa dan negara Indonesia untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala.

Penulis adalah Direktur CINTA Indonesia (Central Informasi Networking Transformasi dan Aspirasi Indonesia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun