Bintang liar itu tak punya perasaan.
Saat lima langkah kami terlalu singkat dia terangi.
Dan, kekeh tawa itu berubah jadi sinar padu padan saja.
Maka lima jemari emasnya telah menggelembung dalam bias jejak sinar cahayanya.
Aku yg berduka,
Menggamit luka pada saudara tua yg mati diterkam gelap bayang bintang liar.
Gemeletakpun diamdiam terkandung di rahim semu yg kalian titipkan.
Ada 'cinta terlarang' yg diterbangkan sayap kedamaian embunembun.
Dan, aku tercipta pelangi di ketiak bintang liar itu.
Kususul engkau,,,
Pahlawan liar yg mati di rumputrumput liar.
Wahyu Handayani
d'BP-Malang, 7 Agustus 2010; 23:30WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H