[caption id="" align="aligncenter" width="652" caption="hdwallon.blogspot.com; Indahnya Persahabatan"][/caption] Indahnya bergaul dengan sesama tanpa memandang suku, ras, dan agama yang didasari atas sikap saling berbagi, memahami, dan berempati satu sama lain. *** Aku kenal dia satu tahun yang lalu secara kebetulan. Waktu itu aku diajak seorang teman berkunjung ke rumahnya. Saat kami datang, dia kelihatan sedang sibuk memotong kayu dengan mengunakan pemotong listrik. Melihat kami, dia langsung berhenti bekerja dan menjabat tanganku dengan erat sembari menyebutkan namanya yang agak sulit kuingat sampai detik ini. Jika tidak salah dia menyebutkan nama "Kang dek-Won", pada saat itu, tapi kamu bisa memanggilku "Chally", dia menambahkan. Ya Chally namanya...nama yang lebih mudah diingat dibandingkan nama aslinya. Umumnya, orang Korea mempunyai English Name, seperti Ned, Jay, Greece dll. Memang jauh lebih mudah mengingat nick name-nya dibanding nama aslinya yang menurutku semua hampir sama dan sulit diingat. Entah kenapa, kemudian dia sering berkirim pesan melalui Kakao Talk (messenger favorit orang Korea), hanya untuk sekedar berbasa-basi. Seiring waktu pertemanan kita semakin akrab, kadang dia datang menjemputku sekedar mengajak makan siang atau makan malam. Semakin lama, semakin aku bisa mengenal pribadinya dan kehidupannya. Dia seorang Doktor lulusan universitas cukup ternama di Seoul dalam bidang teknik sipil. Saat ini, dia bekerja pada perusahaannya sendiri yang bergerak dalam bidang kontruksi. Mungkin karena dia seorang Doktor, maka bahasa inggrisnya lumayan menurutku, meskipun awalnya agak susah memahami, dengan seringnya kita berkomunikasi akhirnya tidak ada kendala berarti. Dia memiliki 2 orang anak, yang pertama laki-laki yang saat ini sedang kuliah tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi di Daegu, dan anak perempuannya sekolah pada level pertama di Senior High School. Chally beragama Kristen dan dia tahu bahwa aku seorang Muslim. Tapi kita sama sekali tidak pernah menyinggung urusan agama masing-masing. Yang dia tahu bahwa aku seorang muslim yang tidak boleh minum Sul (alkohol) atau makan Dwaeji Goggi (daging babi). Cukup sering dia mengajak makan bersama teman-temannya, setiap makan rame-rame hampir dipastikan mereka akan minum Soju (rice wine) yang merupakan minuman favorit mereka. Secara bersamaan dia juga selalu memesan satu botol coca cola buatku. Sehingga pada saat toast aku juga bisa ikut berpartisipasi dengan mengangkat dan membenturkan gelasku yang berisi cola. Tidak jarang temannya yang sedang mabuk memaksaku untuk minum soju, tapi dia dengan keras memproteksiku dan bilang bahwa aku muslim tidak boleh minum alkohol. Saat memesan makanan, dia juga selalu mengerti bahwa aku tidak bisa makan Dwaeji Goggi, sehingga dia akan memilihkan menu yang bisa aku makan. Aku sangat menghargai toleransinya yang demikian besar, serta proteksinya yang luar biasa. Menurutku Chally cukup kaya, mobilnya tiga buah. Satu sedan KIA K-5 seharga dua ratusan juta, kedua mobil mini MPV KIA Soul seharga dua ratusan juta lebih, dan terakhir mobil KIA dump pick up dengan harga hampir sama sekitar dua ratusan juta. Yang aku tahu dia juga mempunyai tiga buah arloji, satu merk Rolex seharga tiga puluhan juta, yang kedua Galaxy Gold seharga lima belasan juta, dan ketiga adalah Seiko Automatic seharga tiga jutaan. Rumahnya tingkat dua, dan menurutku torgolong jelek untuk ukuran Chally yang merupakan pemilik usaha kontruksi berkelas sedang. Saya yakin, pertama kali melihat Chally sama sekali tidak akan menduga dia adalah bos perusahaan kontruksi yang cukup kaya. Aku banyak mengenal orang-orang di daerahku yang mempunyai usaha kontruksi. Kebanyakan kehidupannya berubah drastis setelah mendapatkan beberapa proyek dari instansi pemerintah. Penampilan necis, mobil gonta-ganti, rumah mentereng. Sangat bertolak belakang dengan Chally yang bersahaja. Di dalam pribadinya yang bersahaja, Chally juga memiliki sifat liar dan kocak. Sering dia mengeluarkan umpatan yang umum dikeluarkan orang Surabaya; "J*nc*k", tapi dalam bahasa Korea. Jika melihat gadis cantik matanya langsung melotot, yang kadang disertai ungkapan kotor dan "ngeres". Seringkali dia melucu yang membuat aku terpingkal mendengarnya. Seperti kemarin, dia cerita habis menampar istrinya tapi dengan segepok uang yang baru diterimanya dari pembayaran tahap pertama proyek yang sedang dikerjakan. Istrinya, tidak marah, tetapi sebaliknya malah bersikap mesra, dan mengajaknya tidur. Pernah suatu ketika pekerjanya tidak masuk karena libur panjang di korea, sedangkan dia sudah terikat kontrak untuk menyelesaikan proyeknya tepat waktu. Dia menelpon dan minta tolong bantuanku untuk bekerja, ya sebagai seorang teman aku membantunya bersama anak lelakinya. Dia bekerja sebagai tukang, dan kita berdua sebagai kulinya. Padahal saat di Indonesia saya belum pernah jadi kuli hehehe...Kemarin saat tahun baru kejadian itu terulang lagi, dan aku membantunya me-ngecat 10 balok besi besar. Selama 4 hari masih terasa sakit pinggang dan kakiku. Aku yakin seratus persen tidak akan ada bos kontruksi di daerahku yang akan melakukan hal yang sama seperti yang sudah dilakukan oleh Chally. Dia telah kuanggap kakak yang selalu memperhatikanku. Sering dia minta dompetku dan dibukanya hanya sekedar ingin tahu apakah aku punya cukup uang apa tidak. Jika dia anggap tidak cukup, segera dia mengajakku untuk belanja di supermarket terdekat. Persahabatan kami begitu indah, saling menghargai, memahami, dan penuh toleransi. Jika di dunia ini banyak Chally Chally yang lain, betapa damainya dunia...I love you my brother.... Salam... (Korea, 22/1/2014, 06.26 pm)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H