Mohon tunggu...
w.febriann
w.febriann Mohon Tunggu... Atlet - mahasiswa

senam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dunia seakan tidak berpihak

29 Desember 2024   21:50 Diperbarui: 29 Desember 2024   21:47 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan deras mengguyur kota kecil itu. Di balik jendela yang basah oleh tetesan air, Rani duduk termenung. Hari ini, ia merasa dunia benar-benar tidak berpihak padanya. Semua yang ia perjuangkan, semua mimpi yang ia gantung tinggi di langit, terasa runtuh dalam sekejap.

Pagi tadi, bosnya memanggil ke ruangannya. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia mengumumkan bahwa Rani harus menerima keputusan pahit—perusahaannya terpaksa merumahkan sebagian karyawan, dan Rani adalah salah satu yang terpilih. Padahal, baru bulan lalu Rani diberi pujian karena dedikasinya.

Setelah itu, ia berjalan menuju halte bus. Dompetnya jatuh, dan seseorang dengan cepat mengambilnya tanpa sedikit pun rasa bersalah. Uang terakhir untuk bertahan bulan ini lenyap begitu saja. 

Sepulangnya ke rumah, nasib buruk belum berhenti. Listrik di rumahnya mati karena tagihan yang belum dibayar. Gelap, sunyi, dan dingin menyelimuti malam itu. Rani hanya bisa berbaring di sofa tua, memeluk dirinya sendiri sambil menahan air mata.

"Mengapa semua ini harus terjadi padaku?" gumamnya lirih. 

Namun di tengah keputusasaan itu, ia tiba-tiba teringat kata-kata almarhum ibunya. *"Hidup memang tak selalu adil, Nak. Tapi selama kita masih bernapas, kita masih punya kekuatan untuk mencoba."*

Ia bangkit perlahan, mengambil lilin yang tersimpan di lemari dapur. Dalam temaram cahaya lilin, Rani mulai menuliskan rencana baru di secarik kertas. Ia tahu, hidup tidak akan mudah. Tapi ia juga tahu, menyerah bukan pilihan. Dunia mungkin tidak berpihak, tapi ia akan membuat jalannya sendiri.

Dari hari itu, Rani memutuskan untuk melawan arus. Ia mulai melamar pekerjaan baru, belajar keterampilan baru, dan menata hidupnya kembali, setapak demi setapak. Mungkin dunia tidak adil, pikirnya. Tapi ia tidak akan membiarkan dunia menghentikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun