Berfikir kritis adalah cara terbaik untuk menyingkap ketidak sadaran dalam tindakan yang dianggap kebanyakan orang sesuatu yang lumrah. Padahal jika dikaji lebih mendalam budaya itu adalah hasil karya manusia yang tentunya bisa di perdebatkan dan juga bisa berubah-ubah sesuai dengan konteksnya. Namun yang terjadi adalah ketabuan yang sangat erat dangan anggapan ketidak sopanan.
Problematika yang terjadi dalam lingkup sosial kemanusiaan terikat dalam kebekuaan cara berfikir yang tidak logis hanya menyandarkan kepada kesepakatan kebanyakan orang. Titik berbanding terjadi adalah ketika ketidak setujuan atau tidak sesuai dengan pendapat kebanyakan orang lalu orang yang berbeda itu dihakimi dengan kata-kata sesat berfikir dan tidak beretika. Semua itu terjadi tanpa adanya validasi ilmiah.
Seyogyanya budaya dalam tatanan sosial kemanusiaan itu bermartabat sebab budaya itu wujud dari keluhuran yang sangat khas. Tetapi kenyataannya budaya seperti penjara bagi penganutnya, sehingga sosial diintervensi oleh budaya dan celakanya penganutnya tidak cerdas dan terbawa arus bersaamaan.
Lucu dan aneh, kebenaran yang dikatakan benar kebanyakan orang hanyalah kesepakatan bukan lahir dari logika yang berdasar dan pengejawantahan yang tepat sasar. Sadar atau tidak, manusia berada dalam penjara yang mereka buat sendiri. Sampai kapan manusia akan terpenjara dan kapan manusia akan terbebas dari penjara jeruji sosial? semua itu akan terjawab jika literasi dan keberanian diutarakan.
ingat! manusia tidak bisa lepas dari budaya dan juga sosial. Namun layaknya manusia yang berakal bisa merubah dengan kententuan standar rasional dan hati jernih.
Penulis: Wahid Syafi'i, M.Ag.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI