Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kuburkan Saja Istilah Orla dan Orba Itu

23 Desember 2017   22:13 Diperbarui: 23 Desember 2017   22:47 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dipersembahkan kepada umat Kristiani di seluruh Indonesia yang kini sedang merayakan Hari Natal 25 Desember 2017 M. Semoga dalam merayakan Hari Natal tersebut umat Kristiani mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa serta aman di dalam menjalankan ibadah. 

Artikel  saya ini bukan Hadiah Natal melainkan menyatakan rasa simpati saya kepada umat Kristiani yang dahulu pada zaman Orde Baru (Orba) pernah dizholimi oleh Penguasa. Kita masih ingat dengan kasus HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatera Utara beberapa puluh tahun yang lalu yang telah membuat organisasi itu terbelah dua.

Urusan agama dibawa ke ranah politik, yah, akhirnya berserak-seraklah. Yang satu pro Pemerintah dan yang satu lagi ingin mempertahankan konsistensinya.

Untuk memporak porandakan suatu institusi itu gampang sekali. Gunakan saja istilah Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) maka selesailah sudah.

Pada masa Soeharto berkuasa dahulu istilah-istilah Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) selalu kita dengar setiap harinya. Bukan hanya di dalam setiap pembicaraan saja tetapi juga di dalam setiap orasi-orasi. Begitu pula dalam dunia literasi dan dunia informasi seringkali kedua terminologi itu kita jumpai.

Seakan dua istilah terminologi politik tersebut sangat ampuh digunakan untuk mendiskreditkan, untuk membatalkan fasilitas, untuk mengintimidasi, bahkan juga untuk mendiskriminasikan, dan sampai juga kepada kultur politik yang mendera kehidupan masyarakat.  

Kalau bukan Soeharto, siapa lagi yang membuat istilah-istilah tersebut. Dari dialah datangnya istilah-istilah Orla dan Orba itu. Dalam kurun waktu yang cukup lama tidak sedikit yang menjadi korban dari kedua istilah terminologi politik tersebut. 

Kini kita ikut-ikutan pula latah menyalin ulang jejak Soeharto dengan menyebut Orde Reformasi buat masa kita sekarang ini sebagai pengganti Orde Baru (Orba) yang sudah bubar itu.

Tetapi, orang-orang yang mengaku dirinya Orde Baru (Orba) dahulu bahkan, diantaranya ada yang mengaku Orbanya itu 24 karat namun, setelah datangnya Orde Reformasi tidak ada satu pun yang ditangkap dan ditahan, termasuk dirinya Soeharto sendiri selaku arsiteknya Orde Baru.

Beda dengan Orde Baru dahulu, banyak dikalangan orang-orang Orde Lama yang dipenjarakan, termasuk Soekarno sendiri yang sampai saat ini kita tidak tahu apa kesalahannya. Korban dikalangan orang-orang Orde Lama semasa Soeharto dahulu berkuasa jumlahnya tidak sedikit.

Jika dikumpulkan seluruh Napi dari seluruh penjara yang ada di Indonesia ini belum sebanding dengan korban Orde Baru dahulu. Sepertinya Orde Reformasi itu adalah orde yang rapuh dan tak mempunyai sikap politikyang tegas.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun