Mohon tunggu...
Wahid Muslim
Wahid Muslim Mohon Tunggu... -

hidup untuk mati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Izrail dan Lelaki Muda

23 Februari 2014   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang lelaki muda dalam mimpinya didatangi oleh Izrail sang malaikat maut.Izrail berkata, “Kamu telah diberi nikmat hidup oleh Allah, maka bersiaplah karena suatu saat engkau akan mati.”Lelaki itu berujar,”Bolehkah aku minta dikabulkan satu hal?Berikan saya tanda-tanda jika ajal saya telah menjelang.”Izrail pun mengabulkannya, lalu pergi meninggalkan lelaki muda itu.

Hari berganti, tahun terus berlalu, sementara lelaki tersebut terus sibuk dengan berbagai kenikmatan dunianya.Karir, prestasi, keluarga, harta, perniagaan dan kecintaan terhadap dunia terus melenakannya.Hingga saatnya Izrail datang untuk menjemputnya, ia terperangah dan takut.“Saya belum siap wahai Izrail, lagi pula engkau tidak memenuhi janji untuk mengirimkan tanda-tanda bahwa kematianku telah dekat,”protes lelaki muda itu kepada sang malaikat.

Dengan tegas sang malaikat yang tak pernah kenal kasihan itu (kecuali kepada Rasulullah SAW dan pengikutnya yang beriman) mengatakan, “Bukankah sudah banyak utusanku yang datang untuk mengingatkanmu.Rambut yang memutih, wajah yang keriput, gigimu yang tanggal satu per satu, anak-anakmu yang semakin tumbuh besar, orang-orang di sekitarmu yang mendahuluimu, dan masih banyak lagi.Mereka semua adalah tanda-tanda yang telah mengingatkan akan kematianmu.Hanya saja kamu tidak menyadari kedatangan mereka dan pesan yang mereka bawa.Oleh karena itu hari ini tiada lagi kesempatan itu diberikan padamu karena pintu ajal telah menjemputmu.Dan sayang sekali engkau ada dalam kerugian.”

Demikianlah, banyak orang di jaman sekarang ini yang begitu terlena dengan kehidupan dunia.Pekerjaan sehari-harinya adalah menumpuk-numpuk harta, pergi pagi pulang malam mengejar karir, ke sana ke mari mengurusi perniagaan, sibuk mencari popularitas diri dan terus-menerus memupuk kecintaan terhadap dunia hingga tanpa disadari kerapuhan hati dan jiwa telah menjangkiti diri mereka.Sementara mereka pun tinggal dalam rumah-rumah mewah berpagar tinggi seolah menjadi pembatas antara mereka dengan para hina dan kotor di luar pagar itu.Mereka seperti tak kenal dan tak butuh orang lain karena mereka menyangka harta mereka itu bisa mengekalkan dan menyelamatkan hidupnya.Tidakkah mereka sadar hingga suatu saat sang malaikat pembawa kematian datang menjemputnya, dan kala itusebuah taubat tiada berguna lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun