Mohon tunggu...
Ahmad Wahidi
Ahmad Wahidi Mohon Tunggu... -

Untuk baca tulisan saya, Anda gak harus tahu siapa saya, asal saya, warna kulit saya, agama saya, partai saya, juga ukuran sepatu saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Surat Akhir Tahun untuk Ibu

31 Desember 2010   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ibu,

Tidak terasa beberapa jam lagi, tahun 2010 akan berlalu. Tahun 2010 yang menampung mozaik-mozaik waktu yang sering kusia-siakan itu akan berlalu. Tak banyak yang bisa ku ceritakan di tahun ini. Semua berjalan biasa-biasa saja. Tidak ada kejadian menonjol secara personal. Kalau pun ada, itu hanyalah refleksi personalku terhadap berbagai kejadian yang terjadi di negeri ini. Bagaimanapun juga, sedikit banyak mempengaruhi cara pandangku terhadap hari esok.

Apakah Ibu di Kampung sering meluangkan waktu untuk menonton TV? Dari TV saja sebenarnya kita bisa tahu bagaimana wajah negeri kita ini. Apabila Ibu capek, setelah seharian memetik cabai di sawah kita yang selebar daun kelor itu, istirahatlah sejenak Bu, sambil minum kopi didepan TV. Apakah Ibu masih suka menonton sinetron seperti dulu?. Sejak kecil, aku tahu bahwa ibu adalah tipe penonton yang kritis. Setiap kali menonton sinetron, Ibu selalu mengomentari sinetron yang Ibu tonton. Dari masalah tema ceritanya yang itu-itu saja, pemainnya yang  itu-itu saja, iklannya yang itu-itu saja, dan  kebodohan yang itu-itu saja. Kalau ibu bosan nonton sinetron, coba ganti chanel dan luangkan waktu sejenak untuk menikmati cemilan berita, biar ibu gak kuper. Biar ibu punya bahan untuk gosip bareng tetangga di saat beli sayur di warung sebelah rumah. Apakah ibu2 tetangga masih suka ngobrolin masalah artis Bu?. Artis kita semakin macem-macem saja gayanya, semakin macem-macem saja skandalnya. Masalah kawin cerai, masalah perselingkuhan, masalah narkoba, dan yang gak ketinggalan hebohnya masalah video syur. Tapi saya masih tak habis pikir Bu, mengapa infotainment itu lebih suka mengekspose hal-hal yang negatif seperti itu? Apakah sisi positif seorang selebritis itu tidak menarik untuk diekspose?ataukah memang gak ada yang diekspose? ataukah ada yang diekspose, tapi gak ada yang nonton?

Bukan artis saja yang tingkahnya macem-macem. Wakil-wakil kita yang duduk di Senayan malah lebih banyak lagi macemnya. Mungkin benar kata Ibu, bahwa menjadi orang baik itu tak harus menjadi sarjana, dan menjadi sarjana itu gak menjamin kita menjadi orang baik. Wakil-wakil kita di Senayan itu sudah pasti sarjana, bahkan banyak yang lulusan luar negeri, tapi kelakuannya  tak lebih baik dari Preman Kampung sebelah. Setiap kali diskusi malah jadinya debat kusir, bukan mencari kebenaran bersama tapi ambisi mereka hanya pembenaran terhadap golongan mereka sendiri. Mereka tak kenal rakyat yang mereka wakili, mereka tahunya golongan yang harus mereka wakili, yang harus mereka bela habis-habisan. Rakyat tak bisa beli beras, itu bukan urusan mereka, Istri simpanan minta mobil baru, itu baru urusan mereka. mungkin artis dan politikus itu sekarang gak ada bedanya, Bu. Jadi jangan kaget kalau sekarang banyak artis jadi politikus, dan ada politikus yang jadi bintang film. Karena keahlian dasar dikedua bidang itu sebenarnya sama saja, yaitu Akting. Akan tetapi, kutahu Ibu pasti selalu optimis. Ibu  selalu bilang bahwa tidak semua Politikus seperti itu. Masih ada politikus yang negarawan. Ibu adalah orang paling optimis yang pernah ku kenal.

Bicara tentang negeri ini, maka mau tak mau harus bicara tentang korupsi. Kalau ibu melihat berita di Tv, maka satu demi satu kasus korupsi terungkap. Banyak koruptor yang  masuk bui. Pak Presiden dengan percaya dirinya mengatakan bahwa Pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami kemajuan. Bagaimana menurut Ibu?. Seperti kata Ibu, korupsi yang kasat mata itu berbahaya, tapi jauh lebih berbahaya adalah korupsi yang tidak kelihatan. Mungkin Ibu benar, korupsi yang tak kasat mata jauh lebih berbahaya. Kutahu bangsa kita adalah bangsa yang cerdas, begitu juga koruptornya, jurus  korupsi dimasa lampau pasti sudah dipelajari, mereka tak mau jatuh pada lubang yang sama, sehingga teknik-teknik korupsi yang kasar mereka haluskan sehingga tercipta jurus korupsi terbaru  , dimana korupsi tak kelihatan krupsi, dimana koruptor tak disebut koruptor, dimana korupsi berjamaah sudah menjadi sistem bisnis, yang mungkin suatu saat akan diwaralabakan.  Orang yang mengaku bukan koruptor, belum tentu tidak koerupsi. Bagi yang tak punya kekuasaan bisa korupsi waktu, Bagi yang punya kekuasaan bisa korupsi kebijakan.Bagaimana menurut Ibu?

Bu, masih melalui TV juga, Ibu bisa lihat sepanjang tahun ini, Bangsa kita dilanda bencana beruntun. Dari gempa bumi dan tsunami di Mentawai, Banjir Wasior, sampai letusan Merapi dan Bromo. Bagaimana menurut Ibu?. Ibu selalu percaya bahwa alam merespon sikap manusia. Ibu selalu percaya bahwa manusia dan alam saling terhubung dalam harmonisasai rantai kehidupan. Energi negatif yang dihasilkan manusia sudah memutus rantai kehidupan tersebut. Sehingga manusia dan alam tak lagi selaras. Dan alam bicara dengan caranya sendiri. Itulah keyakinan Ibu dari dulu. Mungkin aku kurang sependapat dengan Ibu, aku yang tak bisa searif Ibu dalam melihat kehidupan ini hanya bisa melihat itu semua sebagai Takdir Tuhan. Aku tidak tahu apa motif Tuhan dibalik semua ini. Mungkin yang terpenting sekarang adalah untuk sama-sama belajar dan sama-sama menunjukkan kemanusiaan kita terhadap sesama. Bu, aku tak bisa membantu apa-apa untuk korban bencana itu, selain berdoa yang terbaik untuk mereka. Aku tak habis pikir Bu, sumbangan untuk koraban bencana dari partai politik tak sebanyak seperti saat terjadi bencana Situ Gintung. Apa mungkin karena pemilu 2014 masih lama ya, Bu?


Bu,  apakah Ibu masih memajang foto Kiai Ahmad Dahlan di rumah?. Di tahun 2010 ini, ada film yang diangkat dari kisah hidup tokoh kesayangan ibu tersebut, judulnya Sang Pencerah. Aku tahu Ibu belum nonton kan?. Bagaimana bisa nonton, di Kampung tidak ada gedung bioskop. Kalau  ingin nonton, mungkin VCD bajakannya sudah dijual di pasar di samping Kantor Pak Camat. Tapi aku tahu, Ibu gak bakalan nonton dari VCD bajakan. Biarpun kita orang miskin, tapi dari dulu Ibu selalu berprinsip bahwa Mencuri itu Haram, dan bagi Ibu, Pembajakan sama dengan Pencurian. Aku salut dengan sikap ibu itu. Pelajaran hidup yang tak akan ku temukan di universitas manapun, tentang Kejujuran. Bu, film Sang Pencerah itu menjadi salah satu film paling fenomenal tahun ini. Selain filmnya laris manis bagaikan kacang goreng, film itu pun menyulut perdebatan di FFI (Festival Film Indonesia) 2010. Film itu tidak lolos seleksi lantaran dinilai kurang lengkap sebagai film sejarah yang utuh. Terjadi perbedaan pendapat antara Tim Seleksi dengan Tim Juri, Tim Juri bahkan memilih film yang tak lolos seleksi ini sebagai film terbaik. Tim Juri akhirnya dipecat gara-gara membela film Sang Pencerah. Bagiku kejadian ini membuat film Sang Pencerah mempunyai nilai tersendiri. Bagaimana menurut Ibu?

Oh iya Bu, hampir saja lupa, mungkin Ibu juga sudah tahu bahwa dalam AFF Suzuki Cup 2010 ,  Timnas Indonesia akhirnya kalah dari Malaysia  dengan skor 2-4. Aku tidak bisa menilai bagaimana permainan Timnas kita, karena aku tidak begitu mengerti tentang sepakbola. Aku bagian dari minoritas laki-laki yang bukan penggila sepak bola, ditengah-tengah mayoritas laki-laki yang penggila bola. Tapi dari sini yang bisa kulihat adalah adanya kekompakan dan semangat persatuan. Bangsa Indonesia memenuhi Gelora Bung Karno dan menyulapnya menjadi warna merah, saking besarnya antusias masyarakat sampai-sampai panitia kehabisan tiket. Aku  hanya nonton di TV, tapi semangat di gelora Bung Karno bisa aku rasakan juga. Apalagi pertandingan final ini berjalan begitu sengit, setelah Garuda dikalahkan Harimau Malaya di Kandang Malaysia, dengan skor 0-3.  Pertandingan final bagian kedua ini berjalan begitu sengit, dengan babak pertama skor masih 0-0. Akhirnya skor 2-1 untuk Indonesia. Dan Skor akhir 4-2 untuk kemenangan Malaysia. Yang terpenting bukan masalah menang atau kalahnya, tapi dari sini bisa aku lihat bahwa boleh saja di TV kita lihat perpecahan antara sesama bangsa Indonesia, tapi kalau sudah menyangkut sepakbola, Persatuan adalah harga mati. Bagaimana menurut Ibu?

Bu, itulah sedikit refleksi pribadiku tentang  Negeri kita di tahun ini. Kejadian-kejadian yang tidak terhubung langsung denganku, tapi sedikit banyak bisa mempengaruhi pola pikirku di hari esok. Mungin bisa mempengaruhi bagaimana seharusnya aku memandang hidup, bagaimana seharusnya aku melangkah, dan bagaimana seharusnya aku menghadapi masa depan, menghadapi tahun depan, tahun 2011. Seperti perkataan Ibu, bahwa kemarin adalah fakta, sekarang adalah realita, dan hari esok adalah spekulasi . Aku tak pernah tahu apa-apa tentang masa depanku, satu detik dari sekarang aku ada dimana, sedang apa, bersama siapa, aku tak pernah tahu. Aku hanya bisa berspekulasi bahwa Di tahun 2011 aku pasti memanfaatkan waktuku dengan sebaik mungkin dan seproduktif mungin.

Ibu,

Sampai disini dulu surat refleksi dari Aku. Semoga ibu sehat selalu. Selamat tahun baru 2011.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun