Mohon tunggu...
wahidil qohar
wahidil qohar Mohon Tunggu... -

Hingga saat ini aku masih menyangsikan keberadaan ku didunia yang tidak pernah aku bayangkan atau aku impikan sebelumnya. Dimana satu dunia yang terlihat sangat manis dan baik, tetapi penuh dengan kepura – puraan dan kemunafikan yaitu menjadi seorang guru. Dimataku menjadi seorang guru memiliki dua tanggung jawab yang sangat besar, yaitu tanggung jawab moril dan spirituil yang mungkin akan dipertanggung jawabkan kelak. Itupun jika dunia yang selalu diceritakan dalam kitab suci memang benar – benar ada.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasionalisme yang Memudar

3 Juni 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:46 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang mulai hilang yang dahulu kita “Bangsa Indonesia” miliki. Ataukah sesuatu yang hilang itu tidak benar – benar hilang melainkan hanya bergeser saja secara norma dan nilai luhurnya serta mulai tergantikan dengan sesuatu yang lain. Ya…sesuatu yang hilang itu adalah Nasionalisme, yang dahulu terlahir dan tumbuh oleh segelintir orang, kelompok atau komunitas – komunitas kecil atas adanya persamaan tujuan, persamaan nasib dan rasa ingin hidup bebas tanpa tekanan dan kekangan dari orang atau bangsa lain dan tentuya hal tersebut tidaklah mudah karena adan jiwa – jiwa yang berkorban dan tak akan pernah tergantikan hingga kini.

Tumbuhnya Nasionalisme dan perlawanan tersebut tentunya tidak dapat dipsisahkan dari perlawanan yang diberikan terhadap para penjajah yang ada ditanah air ini sehingga melahirkan organisasi kemasyarakatan baik yang berlatarbelakngkan aqidah ataupun ideologi yang hinga kini organisasi perlawanan dan kemasyarakatan tersebut ada yang telah menjelma menjadi partai politik.

Atas persamaan nasib, tujuan bersama serta keinginan yang kuat agar dapat terlepas dari rantai – rantai penjajahan dan dari tetesan darah serta air mata maka terlahirlah sebuah negeri yang kokoh dan sangat majemuk dengan berbagai suku dan kebudayaan dibawah naungan bendera Merah – Putih dibelahan nusantara dari peta dunia.

Indonesia… Dibumi cakrawala inilah terlahir sebuah burung Sakti Garuda yang memiliki lima sila didadanya yang menjdi dasar dan falsafah sebuah negeri kecil nan anggun akan kekayaan alamnya.

Lain padi maka lain pula belalang…Mungkin ungkapan itu benar adanya untuk diungkapkan pada negeri yang memiliki dua musim digaris khatulistiwa ini karena faktanya untuk mengingatkan kita pada semangat nasionalisme yang dahulu dimiliki Indonesia mulai memudar. Merah – Putih diterpa cuaca yang tak menentu. Merah – Putih kini, tidak lagi menjadi kebanggaan seperti dahulu yang digaungkan kepelosok penjuru dunia.

Mayoritas pelajar dan pemuda kita “Generasi Indonesia” lebih menyukai warna – warna cerah yang serta terdapat corah bintang – bintangnya, hal ini ditunjukan oleh maraknya acara TV yang mengadopsi produk luar seperti kontes mencari idola, konters dangdut, bergaya seperti Michael Jackson, mengadopsi budaya luar dan lain sebagainya. Meskipun hal ini banyak disangkal tetapi pada faktanya banyak barisan pelajar kita yang lupa atau bahkan tidak mengenal sila yang ada pada garuda sakti kita.

Gaya hidup dan tren yang sedang booming, globalisasi seolah menjadi dalih pembenaran untuk mereka “sebagian dari kita” untuk mulai melupakan jasa – jasa jiwa tak beraga yang ada diliang lahat yang telah memperjuangkan tanah air tercinta ini. Banyak dari kita hanya berorientasi pada kesenangan semata “Hedonisme”, kekerasan yang dibungkus dengan organisasi seolah melegalisasikan kekerasan dan premanisme serta budaya Bar – Bar yang ada. Hal tersebut dapat dilihat darikehidupan sehari – hari mulai dari gaya hidup bersenang – senang, demonstrasi yang cenderung anarkisme, perang suku, komunitas yang bermunculan atas dasar apapun dengan tujuan manipulasi serta tawuran antar pelajar atau mahasiswa dan lain sebagainya.

Perjuangan belum berakhir…

Penjajahan diatas dunia tidak akan pernah hilang hanya berubah bentuk saja dari kekerasan, penindasan hingga perang fisik, kini beralih menjadi bentuk baru seperti ekonomi, kebijakan yang diambil selalu dibayang – bayangi bangsa lain serta serangan moral bangsa lain yang coba memorak – morandakan keagungan budaya timur. Ada sesuatu yang dititipkan oleh kita semua generasi bangsa yang rentan akan hal itu, yaitu meneruskan perjuangan yang dahulu dan hingga kini belum usai melalui hal positif seperti mengharumkan nama bangsa dikancah dunia dengan segala bentuk prestasi yang baik bukan seperti peringkat dua Negara terkorup se Asia Tenggara.

Kini perjuangan lebih sulit dan sangat sulit karena akan sangat sulit mengidentifikasi musuh seperti dahulu. Perusakan moral melalui penyebaran ideologi – ideologi yang salah dan merusak menjadi musuh bersama yang harus ditaggulangi baik secara kontak fisik maupun melalui dunia maya dan TV.

Nasionalisme harus tetap ditumbuh kembangkan bagi generasi – generasi penerus sehingga esok generasi penerus masih dapat mengenang dan menghargai jasa – jasa pendahulunya serta dapat bercerita tentang sejarah hebat yang melelahkan dalam proses mempertahankan harga diri bangsa dan kehidupan yang bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun