Kebahagiaan(ku) lukisan congkak dalam palung hati…
Merana(ku) terseok tak tentu arah…
Lalu dimanakah duduk dan berdiriku …?
Sehingga aku lupa tujuan akan ku…
Sekarangpun sama dengan kemarin…
Bukankah(ku) mentasbihkan bahwasanya kebahagiaan(ku) tak harus di ratapi (milik) orang lain…?
Perbendaharaan sajak(ku) biarkan segala sesuatunya menghampiri(ku)…
toh sepertinya Dia seringkali tak bosan mengintip(ku) dari balik tirai…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H