Mohon tunggu...
wahida husnur rohmi
wahida husnur rohmi Mohon Tunggu... -

muslimah yang sedang belajar tentang kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengobrol dengan Maple

14 Januari 2010   02:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi di musim dingin, aku mengantar suamiku yang membonceng anak-anak ke sekolah. Lalu mampir sebentar ke taman belakang rumah. Assalamualaikum pohon daun maple, assalamualaikum pohon bunga sakura............ Waalaikumsalam...tumben mampir........... Hehehe....iya nih, habis dingin banget sih. Ini aja aku liat tenkinya 10 derajat, jadi aku berani keluar. Wah kamu beda sekarang ya.....kemarin daun-daunmu merah, sampingmu berdaun kuning. Pohon bunga sakura kemarin juga masih banyak daunnya Kamu tau kenapa kemarin aku berwarna merah? Karena karotenku lebih banyak daripada klorofilku. Biasanya kan klorofil yang banyak karena memang tugasnya menangkap energi matahari untuk bikin makananku di musim semi dan panas. Tapi karena perubahan temperatur serta pergeseran distribusi spektrum cahaya langit, maka klorofil kerjaannya jadi tidak efisien lagi. Akibatnya molekul klorofil diuraikan dan jenis-jenis molekul-pigmen lain, yang berwarna merah dan kuning, menjadi lebih terlihat menonjol. Merah kalo banyak karoten dan kuning kalo banyak antosianin. Hehehe..si daun pinter nih. Trus kenapa sekarang rontok semua? Bagusan yang kemaren lo... Karena aku menurut apa yang Alloh perintahkan padaku. Musim ini Alloh memerintahkan aku menggugurkan daun-daunku. Supaya batangku tidak kebanyakan air karena matahari yang jarang muncul. Jika aku menentang dengan berkeras menahan daunku maka aku pasti keberatan menahan angin. Jadi aku ikhlas aja, cukup bagiku untuk mengikuti hukumNya. Aku tau Alloh selalu sayang sama aku walau aku gak punya daun seperti saat ini. Tapi nanti aku aku akan dihidupkannya lagi. Aku percaya janjiNya. Wah jadi malu sama kamu nih...Lebih Islam daripada aku.... Hidupku ini tanggung JawabNya. Tugasku adalah menjadi pelajaran bagi manusia. Bagaimana Alloh memelihara aku dari bergantinya musim. Bagaimana Alloh tetap memberiku rizki walau aku meranggas. Tapi manusia tidak melihat itu. Manusia tidak melihat rahman dan rohimnya Alloh lalu manusia merasa dia sangat hebat, jadi dia pengennya ikut campur urusan Alloh. Membikin aturan-aturan baru yang katanya ini lo lebih modern, ini lebih sesuai dengan tuntutan jaman, ini lebih bertoleransi...... Iya...... Sebenarnya tau apa sih manusia? Melihat peredaran darah di tubuhnya sendiri nggak bisa. Menahan supaya rambutnya tetap hitam nggak bisa...eeeh gitu kok ya bikin aturan sendiri. Apa nanti aturan baru yang dia hasilkan lebih adil dari aturan Alloh biarpun katanya lebih modern? Apa iya aturan yang lebih bertoleransi memang benar mempersatukan dan tidak merusak aqidah? Eh misalnya yang kayak gimana se? Kamu tau orang -orang itu sukanya ngomong apa? Kebebasan. Boleh dong sesekali jadi Nabi. Boleh dong telanjang. Boleh dong mabok. Boleh dong nikah sesama jenis...halah keledai, anjing dan babi aja nikahnya bukan sesama jenis, ini malah mau dibawah derajat binatang. Oh yang gitu ta..... Alloh ngatur itu kan karena Dia yang tau formula apa yang bisa membahagiakan manusia dengan kebahagiaan yang sesungguhnya. Misalnya Alloh ngatur wanita harus menutup aurotnya, itu untuk kebaikan dia sendiri. Tapi yang suka kebebasan bilangnya diskriminasilah, tidak sesuai dengan HAMlah, menutup akses dan informasilah,gak usah ikut campur urusan pribadi orang dong... ...kok ya nggak belajar dari negara lain. Berapa kasus yang terjadi karena berawal dari aurot? Pemerkosaan, hamil diluar nikah, aborsi, akhirnya AIDS.. Iya... Manusia itu diberi akal bukan untuk bikin aturan baru, tapi akalnya digunakan untuk melaksanakan perintah Alloh. Manusia diingatkan manusia yang lain karena rasa sayang. Orang yang dihalangi berbuat maksiat itu seperti orang yang hampir masuk jurang lalu dipegangi tangannya oleh orang lain. Tapi manusia sekarang bisa diibaratkan ada orang yang disebelahnya ada ular berbisa trus diingatkan oleh temannya. Yang dipukul bukan ularnya tapi temannya. Hahaha....iya ..iya kamu benar (si pohon kayaknya mulai panas ngeliatin tingkah polahnya manusia yang makin lama makin menjengkelkan. Mending pamit deh) Duluan ya maple..... Eh sakura,diem aja...sayang ya aku nggak bisa liat kamu penuh bunga april nanti. Kan aku sudah pulang Insyaalloh, jika memang rizkimu maka Alloh akan membawamu melihat aku berbunga Amiiin.....duluan ya. Mau masak nih, sebelum keduluan suamiku datang. Assalamualaikum Waalaikumsalam. Perbanyak dzikir ya....Hafalan Qurannya ditambah... Jangan fesbukan melulu... Hahaha..iya iya...(ngacirrr) *** Menuju rumah aku teringat firman Alloh dalam surat Al An’am 59 Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Pohon daun maple yang musim kemarin merah, sekarang daunnya sudah tinggal satu-satu. Rasanya baru kemarin berfoto dibawahnya dan kudapati hari ini dia sudah meranggas. Namun hal itu tentu saja tidak luput dari pencatatan Alloh. Alloh merincinya kapan sehelai daun ini memerah lalu kapan gugurnya. Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. QS. al-An'am (6) : 60 Yah, daun aja dicatat kapan rontoknya apalagi perbuatan manusia. Alloh merincinya, walau nilai perbuatannya hanya seberat zarrah, baiknya atau buruknya. Kemudian Alloh menimbangnya, lalu membalasnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun